Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kain Ihram Jokowi Salah? (Ini Pengalamanku)

8 Juli 2014   07:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:04 16536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404755440236148512

Ada apa dengan kain ihram Jokowi?

SORE ini aku banyak tertawa, saat melihat banyak status bertebaran di media sosial tentang Jokowi yang sedang beribadah umrah.

Betul, tertawa.

Sebab apa yang kubaca sore tadi itu, betul- betul 'lucu'.

" Masa' ya mas, " ceritaku sambil terbahak pada suamiku, " Ada yang nulis Jokowi itu umrohnya di Tanah Abang kali, koq perginya sebentar sekali'. "

Suamiku turut terbahak. Dan lebih terbahak lagi saat kuceritakan bahwa status tentang umrah di Tanah Abang itu dijawab oleh seseorang lain dengan, " Ya nggak di Tanah Abang-lah, wong mendaratnya aja di Jeddah. "

Ha ha ha. Cool.

' Umroh di Tanah Abang ' itu hanya salah satu dari ungkapan ketidak percayaan bahwa Jokowi sedang menunaikan ibadah umrah. Ada banyak yang lain lagi yang meragukan kebenaran berita tentang umrah yang dilakukan Jokowi. Sebab umrah 'seharusnya' berlangsung sekitar seminggu sampai sepuluh hari, begitu yang banyak ditulis dalam beragam komentar.

Ah, aku tak ingin berbelit atau menuliskan dengan rumit, tapi begini, ibadah umrah sebenarnya bahkan tak memakan waktu sepenuh hari.

Allah memberikan rejeki dan karunia sehingga kami sekeluarga berkesempatan berangkat umrah pada tahun 2011 dan 2013 yang lalu. Pada dua kesempatan itu, rombongan kami memulai umrah menjelang tengah malam, dan menyelesaikannya menjelang adzan subuh berkumandang. Hitungannya adalah jam.

Betul. Umrah itu bisa selesai dilakukan dalam beberapa jam saja.

Adalah benar bahwa paket perjalanan umrah yang ditawarkan dari tanah air biasanya sekitar sembilan hari. Tapi itu tak berarti bahwa ibadah umrahnya sendiri berjalan selama itu. Sembilan hari biasanya sebab ada beberapa hari tinggal di Madinah, lalu beberapa hari di Mekah, namun tak seluruh sembilan hari itu diisi dengan ibadah umrah. Ibadah umrahnya sendiri, seperti yang kusampaikan di atas, bisa diselesaikan dalam hitungan jam saja.

[caption id="attachment_332581" align="aligncenter" width="453" caption="Latihan menggunakan kain ihram saat manasik haji. Dok. pribadi"][/caption]

Lalu, mengenai kain ihram.

Aku agak bingung, salahnya Jokowi dimana ?

Pagi tadi sekilas aku sudah melihat foto Jokowi saat tiba di Jeddah dan telah menggunakan kain ihram dengan satu bahu terbuka dan tak kulihat adanya keanehan itu.

Kali kedua kulihat fotonya, kain ihramnya ditutupkan sepenuh pundak, dan menurutku ini juga tak salah. Foto saat kain ihramnya ditutupkan sepenuh bahu itu jelas diambil bukan dalam keadaan sedang tawaf mengelilingi Ka'bah. Sementara tata cara menggunakan kain ihram yang digunakan dengan sebelah bahu terbuka itu untuk digunakan saat tawaf saja.

Jadi apa yang salah ?

Baru kemudian kutemukan foto lain.

Ooooo.

Aku tersenyum (lagi).

Ini tho yang disebut salah.

Ada foto Jokowi diantara begitu banyak orang, berkain ihram dan semua yang lain pundak kanannya yang terbuka sementara Jokowi, pundak kirinya yang terbuka.

Reaksi pertamaku adalah: ini tidak logis.

Mengapa tidak logis?

Sebab dari apa yang kubaca, Jokowi pergi umrah berombongan. Dan dari apa yang pernah kualami, penggunaan kain ihram itu selalu menjadi perhatian ulama, atau pemimpin rombongan, atau ustad yang ada di rombongan itu.

Telah beberapa kali kusaksikan para lelaki menggunakan kain ihram dalam perjalanan umrah dan juga saat manasik haji dan kemurahan serta kebaikan hati selalu terjadi disana. Para lelaki selalu saling memperhatikan teman serombongannya dan membantu merapikan kain ihram para teman serombongan, bahkan tanpa diminta.

Pemandangan semacam itu terekam kuat dalam memoriku sebagai suatu kenangan indah. Maka, akan sangat aneh jika benar sampai terjadi ada salah satu orang dalam rombongan yang alih- alih pundak sebelah kanan seperti selayaknya, malah pundak sebelah kiri yang terbuka, dan tak seorangpun dalam rombongan mengoreksinya.

Hampir mustahil menurutku.

Manusia memang tempatnya salah dan khilaf, tapi secara logika, diantara begitu banyak orang, akan ada yang menangkap kejanggalan itu sejak awal dan memperbaikinya.

Bahkan jika yang melakukan kesalahan itu bukan Jokowi.

Apalagi, ini Jokowi. Yang merebut hati begitu banyak orang itu. Yang setiap langkah dan gerak- geriknya kini menjadi perhatian banyak orang. Pasti ada yang melihatnya sejak awal dan tak mungkin itu dibiarkan.

Apalagi, sepengetahuanku, ini bukan kunjungan pertama Jokowi ke Tanah Suci. Jokowi sudah perhah umroh dan berhaji sebelumnya. Maka Jokowi sendiri tentu tahu cara menggunakan kain ihram.

Apalagi, katakanlah jikapun mulanya salah, diantara begitu banyak orang yang berpakaian serupa, ketertukaran letak itu akan segera pula disadari oleh Jokowi sendiri.

Itu sebabnya aku tersenyum saat melihat foto yang dihebohkan itu.

Sederhana saja, sebab seperti yang kukatakan di atas: tidak logis menurutku.

Beberapa jam kemudian, ternyata ada banyak counter berita yang muncul lagi yang menunjukkan bahwa foto Jokowi menggunakan kain ihram dengan pundak kiri yang terbuka itu adalah foto hasil editan.

Nah, kan !

***

Last but not least, kutemukan juga satu komentar tentang Thawaf Wada yang dilakukan Jokowi. Ada komentar yang sempat kubaca di facebook seorang kawan, begini bunyinya: yang nulis status mikir sedikit dong, mana ada Thawaf Wada dalam ibadah umrah ?

Lho?

Kembali kuputar memori saat kami melaksanakan ibadah umrah tahun 2011 dan 2013 lalu.

Kami juga melakukan Tawaf Wada.

Masih segar dalam ingatanku, dan masih tergetar hatiku setiap kali mengingatnya. Bayangan kami melakukan Thawaf Wada, atau Thawaf perpisahan saat hendak meninggalkan kota Mekah itu masih dengan jelas bisa terlihat di pelupuk mataku.

Masih teringat olehku bagaimana air mata mengalir, teringat bagaimana doa- doa itu dilantunkan dalam hati, agar Sang Pemilik Hidup mengijinkan kami suatu saat kelak kembali ke sana. Masih terasa olehku betapa kerinduan untuk kembali ke Tanah Suci, ke Masjidil Haram, telah muncul saat sedang melakukan Thawaf Wada di tempat itu.

Begitulah.

Sesuatu yang berlebihan, memang pada akhirnya sulit mencapai tujuannya. Begitu pula berita- berita negatif tentang Jokowi saat sedang melaksanakan umrah, sebab terlalu berlebihan, bagiku memang hanya bisa disikapi dengan satu cara: tertawa dan tersenyum sajalah !

p.s. Semoga rahmat dan perlindungan Sang Maha Cinta selalu terlimpah padamu, pak Jokowi. Doaku untukmu.


* Tulisan lain terkait pilpres: Ada Gambar Tanduk di Surat Suara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun