Ada foto Jokowi diantara begitu banyak orang, berkain ihram dan semua yang lain pundak kanannya yang terbuka sementara Jokowi, pundak kirinya yang terbuka.
Reaksi pertamaku adalah: ini tidak logis.
Mengapa tidak logis?
Sebab dari apa yang kubaca, Jokowi pergi umrah berombongan. Dan dari apa yang pernah kualami, penggunaan kain ihram itu selalu menjadi perhatian ulama, atau pemimpin rombongan, atau ustad yang ada di rombongan itu.
Telah beberapa kali kusaksikan para lelaki menggunakan kain ihram dalam perjalanan umrah dan juga saat manasik haji dan kemurahan serta kebaikan hati selalu terjadi disana. Para lelaki selalu saling memperhatikan teman serombongannya dan membantu merapikan kain ihram para teman serombongan, bahkan tanpa diminta.
Pemandangan semacam itu terekam kuat dalam memoriku sebagai suatu kenangan indah. Maka, akan sangat aneh jika benar sampai terjadi ada salah satu orang dalam rombongan yang alih- alih pundak sebelah kanan seperti selayaknya, malah pundak sebelah kiri yang terbuka, dan tak seorangpun dalam rombongan mengoreksinya.
Hampir mustahil menurutku.
Manusia memang tempatnya salah dan khilaf, tapi secara logika, diantara begitu banyak orang, akan ada yang menangkap kejanggalan itu sejak awal dan memperbaikinya.
Bahkan jika yang melakukan kesalahan itu bukan Jokowi.
Apalagi, ini Jokowi. Yang merebut hati begitu banyak orang itu. Yang setiap langkah dan gerak- geriknya kini menjadi perhatian banyak orang. Pasti ada yang melihatnya sejak awal dan tak mungkin itu dibiarkan.
Apalagi, sepengetahuanku, ini bukan kunjungan pertama Jokowi ke Tanah Suci. Jokowi sudah perhah umroh dan berhaji sebelumnya. Maka Jokowi sendiri tentu tahu cara menggunakan kain ihram.