Aku mencoba bertanya apa yang terjadi, tapi ceritanya tidak jelas, jadi akhirnya kukatakan padanya aku akan menelepon lagi nanti malam setelah dia tenang.
***
[caption id="attachment_334305" align="aligncenter" width="327" caption="Gambar: Wikipedia"]
Malamnya, kuhubungi lagi si mbak kutanya ceritanya.
Kubagi di sini, agar teman- teman yang hendak mudik, atau yang asisten rumah tangganya hendak mudik, bisa lebih berhati-hati.
Extra hati-hati, maksudnya. Atau extra extra extra hati-hati.
Sebab si mbak ini juga sebetulnya sudah aku wanti-wanti untuk berhati-hati.
Saat mengantarkannya ke stasiun sehari sebelumnya, kupastikan bahwa makanan dan minuman bekalnya kubeli sendiri. Baik nasi kotak untuk buka puasa, bekal untuk sahur, camilan dan air minumnya, aku sendiri yang membelikan.
Kuberikan padanya dengan pesan untuk tak menerima tawaran apa pun dari orang asing. Tidak makanan, tidak minuman. Kuwanti-wanti untuk menjaga barang bawaannya, menaruh telepon genggam di tempat yang aman, juga memastikan bahwa karcis dan KTP-nya tak terselip.
Ini bukan pengalaman pertamanya pulang mudik sendiri. Rute yang sama dengan kendaraan serupa sudah pernah dipergunakannya berulang kali.
Tapi ternyata terjadi juga peristiwa itu.