Malam harinya, ketika kutelepon, dia sudah lebih tenang dan ceritanya lebih bisa ditangkap.
Jadi dia itu bukan dirampok, tepatnya. Tapi ditipu.
Turun dari kereta api di stasiun Pasar Turi, dia hendak menuju Terminal Bus Bungurasih. Rupanya di situ dia sudah diikuti. Diajak mengobrol, ditanya ke mana tujuannya.
Yang lalu dijawabnya.
Orang yang mengajaknya bicara, perempuan juga, mengatakan bahwa tujuan mereka sama, sebab dia sendiri pun hendak menuju ke arah sana. Katanya, dia tinggal di tempat yang tak jauh dari tempat tinggal asisten rumah tanggaku itu.
Lalu dia mengajak si mbak asisten rumah tanggaku itu untuk pulang bersama-sama saja.
Bersama si perempuan itu, ada seorang lelaki yang diakui sebagai keponakan. Mereka lalu masuk ke mobil yang dikemudikan lelaki tersebut, yang pada suatu saat dihentikan di tengah jalan dengan alasan si supir perlu mampir untuk membeli bekal minum.
Jadi, asisten rumah tanggaku itu berdua ada di mobil dengan si perempuan yang mengaku-ngaku berasal dari kota yang sama itu.
Di situlah drama penipuan berlanjut. Ketika mobil berhenti, seseorang mengetuk-ngetuk jendela mobil. Menyapa dengan salam, Assalamu'alaikum, dan percakapan terjadi antara perempuan pertama yang ada di mobil dengan orang yang mengetuk jendela -- juga perempuan yang disapa dengan sebutan 'Bu Haji' oleh perempuan di mobil.
Pendek cerita, dongeng disampaikan, bahwa 'Bu Haji' itu baru saja pulang dari Malaysia dan dirampok hingga uangnya habis semua. Lalu perempuan pertama di mobil mengeluarkan gepokan uang (yang disebut berjumlah sepuluh juta rupiah). Si supir, lelaki, yang juga sudah kembali ke mobil, mengeluarkan uang, konon, lima juta rupiah. Mereka katanya hendak meminjamkan uang itu pada 'Bu Haji' yang baru saja kerampokan, dan membujuk asisten rumah tanggaku untuk turut membantu.
Dijanjikan oleh mereka bahwa nanti semua yang diberikan akan dikembalikan, asisten rumah tanggaku itu akan dihubungi melalui telepon. Maka dia memberikan nomor telepon genggamnya.