Kudekati dia, kutatap mukanya. Kukatakan padanya, " Bisa bicara baik-baik? Tidak usah pakai marah-marah begitu dong ! "
Dia rupanya tak mengira akan dihampiri dan ditanggapi seperti itu. Reaksinya spontan, " Saya tidak marah !!!"
Lho, bahkan menjawabpun nadanya membentak.
Benar sih..mungkin dia 'tidak marah'. Sebab menurut ukuranku, kata-kata yang dia gunakan, nada tinggi yang jelas terdengar, itu bukan marah lagi namanya tapi "marah besar" alias marah sekali.
"Nanti kalau keinjak- injak orang ****** gimana..makanya keluar ! " (dia menyebutkan nama negara-negara yang sedang antri diluar, menanti masuk setelah giliran kami)
Duh, sudahlah, pikirku. Petugas ini sudah bicara keluar konteks. Sebab bahkan hingga kami menuju keluar saat itu sekalipun, kelihatannya rombongan orang dari negara-negara yang disebutkannya itu belum mendapat giliran masuk Raudhah. Artinya kami justru sudah akan keluar lebih dulu daripada orang-orang yang disebutkannya itu masuk.
Kutinggalkan saja petugas itu.
Sampai saat ini, tak bisa kupahami sikap petugas haji yang kemarin mengusir-usir jamaah untuk keluar dari Raudhah dengan bentakan-bentakan bernada tinggi itu.
Apa sebenarnya yang ada di benaknya ya?
Setahu aku, petugas haji disediakan oleh Pemerintah Indonesia untuk membantu jamaah haji Indonesia selama berada di Tanah Suci. Dan jelas menurut pendapatku, membantu itu tidak bisa diwujudkan dalam bentuk bentakan-bentakan kasar bernada tinggi atau kalimat tudingan semacam "sudah dikasih tahu juga...dst dsb" seperti yang diucapkan -- juga dengan suara tinggi dan nada keras -- oleh petugas haji Indonesia itu.
Tidak bisakah dia bersikap lebih lemah lembut? Bicara baik-baik dengan nada yang terjaga?