Duh...
***
Berulang kali mengalami kejengkelan dari hal-hal kecil sehari- hari membuatku merenung dan membuat refleksi diri.
Aku mengambil hikmah atas semua hal menjengkelkan yang kulihat. Kujadikan itu pengingat diri. Jika aku jengkel melihat hal- hal tersebut, maka kuingatkan diriku untuk tak melakukan hal serupa.
Tapi itu saja tak cukup.
Kuingatkan diriku sendiri. Ini masih awal, situasinya sebetulnya juga masih relatif mudah diantara rangkaian panjang perjalanan ibadah haji kami. Masa' aku mau jengkel terus?
Lalu jika hal-hal kecil begitu saja membuatku jengkel, bagaimana pula nanti akan kuhadapi hari-hari ke depan ketika rasa lelah akan makin menumpuk, tempat makin padat, dan sebagainya?
Maka kuperbanyak shalatku.
Berulang-ulang kulakukan shalat taubat dan shalat hajat. Memohon ampun atas semua kesalahan, memohon ketenangan dan keluasan hati, memohon diberi kesabaran.
[caption id="attachment_344580" align="alignnone" width="640" caption="Halaman Masjid Nabawi juga dipenuhi jamaah haji (dok. Rumah Kayu)"]
Dan aku mulai berdamai dengan keadaan. Kuringankan saja apa yang kulihat. Kuupayakan agar sedikit saja bicara atau berkomentar. Banyak tersenyum. Kuhindari orang-orang yang berpotensi membuat hatiku rusuh. Biar saja jika dia sifatnya begitu, tak perlu kupusingkan jika tak bersinggungan, bukan?