Aku yakin, tak ada perempuan yang akan bisa rela dan ikhlas suaminya menikah lagi.
Pada dasarnya, orang tidak boleh menyakiti diri sendiri. Perempuan juga begitu.
Keberanian perempuan untuk mengatakan "tidak mau dimadu" seperti yang dilakukan sang Ibu Negara Iriana patut dipuji. Kesediaan Jokowi untuk menyepakati, juga patut dipuji.
***
Kejujuran para lelaki juga dibutuhkan. Sebab, berapa banyak sebetulnya para suami yang belakangan dengan beragam dalih mengambil istri kedua itu yang berani berterus terang di depan sebelum menikah dengan istrinya mengatakan bahwa mungkin suatu saat nanti dia akan mengambil istri kedua?
Aku yakin, tak banyak. Mayoritas, akan memberikan janji setia.
Dan itu menjadi tidak fair bagi para istri yang suaminya menikah lagi. Sebab dia lalu dipaksa menghadapi situasi yang tak pernah disepakati sebelumnya. Beban dan tekanan diberikan padanya untuk menerima begitu saja keinginan suaminya untuk menikah lagi.
Selain itu, ada hal yang juga perlu dipertanyakan ketika poligami terjadi.
Dimana rasa cinta dan tanggung jawab para suami yang mengambil perempuan lain menjadi istri kedua itu?
Seseorang yang dengan tulus mencinta, tak akan sanggup melihat orang yang dicintainya tersakiti. Apalagi jika orang yang dicinta itu tersakiti oleh dirinya. Seseorang yang benar mencinta akan menjaga hati orang yang dicinta dan bukan membuat hati orang yang konon dicintainya itu berdarah- darah.
Juga, kemana rasa tanggung jawabnya? Mengapa alih- alih bersama- sama dengan istri (pertama) merawat rumah tangga yang mereka bentuk dan anak- anak yang lahir dari pernikahan itu, dia malah enak- enakan berpaling dan berpoligami dengan beragam alasan?