Kucoba menahan diri. Sebab aku memang sudah bertekad untuk menahan amarah selama perjalanan ibadah hajiku. Kutarik nafas panjang sebelum akhirnya dengan nada yang kuupayakan tak terlalu naik, kukatakan begini, " Oh, kalau ada Bapak- bapak yang tidak sabar dan perlu makan duluan, silahkan saja, saya sih tidak keberatan... Â "
Sudah, begitu saja. Lalu kuabaikan ibu- ibu itu walau dia tetap sibuk menyuruh- nyuruh jamaah perempuan segera makan. Aku dan beberapa jamaah perempuan lain tetap tak berdiri hingga antrian memendek, seperti biasa.
Tak luput setelah itu, kuperhatikan apa yang terjadi. Rupanya benar dugaanku. Yang tak sabar itu adalah Bapak- bapak yang perokok. Suami ibu yang menggusah jamaah perempuan untuk cepat makan tadi itu dan satu orang lagi teman sekamarnya yang juga perokok. Sebab tak lama setelah ujung antrian perempuan habis, kedua Bapak itu segera masuk ke dalam antrian untuk makan (agar kemudian setelah itu bisa merokok sebelum shalat Isya ).
Duh!
Kejadian itu  mau tak mau, membuatku berpikir: diakui atau tak diakui, sikap seperti itu memang nyata menunjukkan keegoisan, sikap kurang toleransi dan ketidak mampuan menahan diri. Persis seperti yang dikatakan oleh artikel yang pernah kubaca itu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H