[caption id="attachment_361001" align="aligncenter" width="540" caption="Gambar: https://give.it/"]
Dan begitulah, bertahun kemudian, para anak- anak dalam keluarga itu berangkat dewasa dan banyak yang tinggal di luar kota. Tapi para orang tua tetap tinggal di rumah mereka yang dulu. Tetap masih saling bertetangga. Dan menjaga tradisi yang telah mereka jalankan selama berpuluh tahun.
Di saat- saat lebaran, ke rumah nenek dan kakek akan banyak tetangga yang tak merayakan lebaran mengirimkan kue dan penganan lain. Sebaliknyapun, menjelang Natal, nenek dan kakek akan mengirimkan sesuatu pada para tetangga itu.
Bentuknya bisa beragam. Apapun itu. Kadangkala berupa barang, misalnya pada suatu hari nenek mengirimkan taplak berwarna kombinasi merah dan hijau. Kali lain, dikirimkannya sekotak kue bolu buatan sendiri. Kali lain lagi, sekeranjang buah- buahan. Tahun ini, rupanya nenek membuat ayam panggang untuk hantaran Natal pada para tetangga.
Tak ada 'pakem' atau aturan baku tentang apa yang akan dikirimkan, memang. Setiap tahun, hantarannya bisa berbeda- beda. Tapi Dee memahami, esensinya tetap sama. Mereka menjaga silaturahmi dan persahabatan antar tetangga yang telah dijalin begitu lama.
Apa yang dikirimkan, tak selalu berharga mahal. Tapi perhatian yang diberikan, itu makna utamanya.
" Ini ayamnya mau dimasukkan kotak, bu? " tanya Dee pada nenek.
Nenek mengangguk, " Mau bantu, Dee ? "
Dee menjawabnya dengan anggukan juga, " Iya. "
Nenek menyodorkan beberapa buah kotak, juga pita berwarna merah dan hijau.
Dee memasukkan ayam panggang hantaran Natal itu satu persatu ke dalam kotak. Lalu diberinya kotak itu pita- pita sebagai pemanis.Â