Faktor pendukung
Dengan berbagai manfaatnya tersebut, “Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah” yang dicanangkan Kemdikbud sepantasnya mendapatkan apresiasi. Namun, perlu dilihat apakah kegiatan ini bisa berjalan dengan efektif, supaya manfaatnya dapat semaksimal mungkin.
Di Belanda yang segala sesuatunya sudah teratur, tingginya keterlibatan orangtua dalam pendidikan anaknya di sekolah dimungkinkan karena banyak faktor yang mendukung. Sebagai contoh, di Belanda seorang murid umumnya diwajibkan untuk mendaftar ke sekolah-sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Dengan kebijakan seperti ini, orangtua tidak punya kendala jarak ketika mengantarkan anak sekolah, karena dapat sekaligus dilakukan saat berangkat ke kantor. Sekolah di dekat rumah ini pun dimungkinkan karena sebagaimana galibnya negara maju, kualitas antarsekolah sudah merata. Di Indonesia, tidak bisa disalahkan jika orangtua memilih sekolah yang jauh dari rumah, untuk mengejar mutu. Harus diakui bahwa ketimpangan kualitas antarsekolah masih terjadi. Hal ini menyebabkan munculnya kendala spasial dalam mengantarkan anak. Apalagi di kota besar seperti Jakarta.
Kendala jarak membuat sebagian kantor tidak bisa selalu fleksibel untuk mengizinkan orangtua datang ke sekolah anaknya. Perjalanan bolak-balik kantor ke sekolah, bisa amat memakan waktu. Salah satu alternatif solusinya mungkin adalah memberikan dispensasi khusus untuk pegawai yang memiliki anak usia sekolah. Misalnya dua hari dalam satu bulan, pegawai diberikan jam kerja yang bebas, dengan catatan target pekerjaan tetap dapat diselesaikan, entah dengan mengambil waktu lembur keesokan harinya, atau bekerja di rumah. Jam kerja yang fleksibel ini, menjadi salah satu alasan mengapa frekuensi kedatangan wali murid ke sekolah anak di Belanda bisa amat tinggi.
Penutup
Mengantar anak di hari pertama sekolah merupakan kegiatan yang amat baik. Di dalamnya terkandung filosofi yang dalam, bahwa guru dan orangtua adalah mitra yang tidak terpisahkan dalam mendidik anak. Sebagai mitra, mutual respect antar keduanya dapat memicu banyak hal yang positif. Jika saling menghormati, kerjasama dapat dilaksanakan dengan lebih mudah. Selain itu, berbagai bentuk kemarahan orangtua murid ke guru, yang akhir-akhir ini marak, tidak perlu terjadi lagi. Orangtua yang respek ke guru, akan menyadari bahwa apapun macam perlakuan guru ke anaknya, selama tidak berlebihan, justru merupakan wujud rasa cinta seorang guru terhadap muridnya.
Kita pun tidak boleh melupakan, bahwa peran penting pendidikan dasar terhadap kemajuan suatu bangsa tidak dapat ditawar-tawar. Sehingga melaksanakan pendidikan dasar yang bermutu adalah kewajiban kita semua. Inisiasi dari Kemdikbud ini, adalah sebagian dari usaha untuk mencapainya. Sumber daya manusia yang bermutu jauh lebih berharga dibandingkan emas dan minyak bumi. Untuk itu, ikut terlibat aktif dalam memberikan pendidikan dasar yang terbaik bagi anak-anak kita, menjadi tugas mulia yang diemban setiap orangtua.
Groningen, Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H