Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejamnya Masyarakat Menghukum Saipul Jamil

6 September 2021   00:50 Diperbarui: 6 September 2021   01:01 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika masih  remaja  dan berangkat dewasa, almarhum ayah saya memberi petuah yang salah satunya dengan kalimat seperti ini.  "Terkadang Hukum Masyarakat Jauh Lebih Kejam dari Hukum Negara". 

Petuah itu terbukti benar. Seorang pelaku kejahatan hanya akan dihukum penjara oleh Negara berdasarkan ancaman hukuman sesuai pasal-pasal KUHP dan KUHAP.  Bahkan kalau Hakimnya bijak atau Pengacaranya Handal, hukuman yang diterima bisa seminimal mungkin.

Akan tetapi kalau masyarakat sekitar di tempat tinggal seorang pelaku kejahatan sudah terlanjur membenci  orang tersebut maka yang terjadi hukuman social  dari masyarakat bisa berlangsung sampai seumur hidup.  Tidak saja Pelaku yang dikucilkan, bahkan keluarganya pun bisa menjadi sasaran cemooh, bullyan hingga dikucilkan pula oleh masyarakat tersebut.

Begitulah sepintas pengalaman saya terkait fenomena hukuman social masyarakat terhadap pelaku/ mantan pelaku kejahatan.

Dan saat ini di media-media yang sedang ramai adalah terkait  Petisi Boikot terhadap Saiful Djamil yang dilarang untuk tampil di Stasiun TV.  Kabar terakhir Petisi itu sudah ditanda-tangani oleh 320 ribu orang.

Pertanyaannya kemudian adalah :

Apakah sudah sepantasnya Petisi yang dilakukan ratusan ribu masyarakat/ netizen terhadap Saiful Djamil?

Dengan dasar pertimbangan apa seorang mantan pelaku Pedofillia yang sudah menjalani hukumannya dilarang untuk mencari nafkah di dunia hiburan?

Bukankah Saiful Djamil sudah menjalani hukuman penjara selama 5 tahun yang sesuai dengan kesalahannya?

5 tahun dalam penjara itu sangat berat dan sangat menyiksa.  Apakah hukuman itu kurang baginya?

ANTARA HATER, LOVER DAN KEPENTINGAN BISNIS STASIUN TV

Sebenarnya saya kurang tahu dengan sosok Saipul Jamil.  Tidak ada satupun Lagu Saipul Jamil yang  pernah saya dengar dengan sengaja.  Kalaupun pernah mendengar paling itu terdengar dari Tape tetangga atau music di Angkot.

Begitu juga dengan  tayangan TV  yang berisi  Saipul Jamil. Belum pernah ada  yang saya tonton.  Kalaupun ada paling cuplikan iklannya saja. Jadi  saya  bukanlah  Lover atau Hater dari artis ini.

Di sisi lain di kalangan Netizen kita memang ada istilah Hater dan Lover bagi artis-artis Top yang ada. 

Saya tidak tahu persis dan tidak yakin sama sekali bahwa yang menanda-tangani Petisi ataupun yang mendukung Boikot Saipul Jamil untuk tampil di TV adalah para Haternya.  Masa iya jumlah haternya mencapai ratusan ribu orang?

Tapi yang mencolok memang ulah dari para Lover Saipul Jamil yang menyambut kebebasan artis idolanya selepas  penjara. 

Saya melihat berita-berita yang ada, foto-foto yang ada merasa geli sendiri.  Saipul Jamil disambut layaknya Atlit Olimpiade yang memperoleh medali emas di Olimpiader jepang.  Diarak dengan mobil dan lain-lain sebagainya.

Apakah salah cara para Lover Saipul Jamil menyambut aritis idolanya?  Saya tidak dalam kapasitas bisa membenarkan atau menyalahkan.  Itu hak mereka untuk menyukai dan memberi penghargaan kepada sang idola.

Sampai disini akhirnya kita dalam posisi Dilema. Tidak ada yang bisa disalahkan dari masyarakat yang menginginkan Saipul Jamil tidak usah tampil di TV lagi.  Dan tidak ada yang bisa disalahkan dari masyarakat yang menyambut Saipul Jamil bak Pahlawan.

Yang kemudian seharusnya kita soroti adalah "Kebiasaan" atau "Aji Mumpung" dari para Produser acara TV yang selalu berusaha mendulang keuntungan dari tayangan-tayangan  yang  berkonten Sosok yang sedang menjadi buah bibir masyarakat.

Produser Acara TV atau Pemilik Siaran TV biasanya tidak perduli dengan sekontroversial apapun tokoh yang akan ditayangkannya.  Semakin kontroversi biasanya berpotensi menjadi semakin tinggi rating acaranya. Perhitungan Bisnis tentunya.

Kembali lagi tidak bisa menyalahkan siapa-siapa.  Tidak ada kapasitas kita semua untuk menyalahkan Stasiun TV bila mereka ingin menayangkan Saipul Jamil.  Tayangan mereka tidak melanggar Hukum kok. Dan secara Bisnis hal itu juga sudah sangat umum.

Mungkin yang bisa kita harapkan hanya Pertimbangan Stasiun TV atas dampak yang mungkin bisa ditimbulkan oleh tayangan yang terkesan mengistimewakan sosok kontroversial (dalam hal ini Saipul Jamil sebagai mantan "Predator"} .

ARIEL NOAH, LUNA MAYA HINGGA VICKY PRASETYO

3 nama itu  pernah menjadi kontroversi beberapa tahun lalu. Ariel dan Vicky pernah masuk penjara kalau tidak salah tapi atas kasus yang berbeda.

Tapi selepas selesai kasusnya nama-nama itu kembali popular dan diterima masyarakat.  Bahkan Vicky Prasetyo yang tadinya hanya dikenal sebagai Calon Tunangan Zaskia Gotik dan belum pernah masuk tipi ternyata setelah lepas penjara malah sering sliweran di layar kaca.

Kita semua tahu bahwa masyarakat kita umumnya adalah masyarakat pemaaf.  Mudah bagi masyarakat untuk melupakan kesalahan para pesohor.  Mungkin itulah yang jadi pertimbangan para pemilik Stasiun TV.

Ariel dan Luna bagi saya secara pribadi tidak keberatan mereka popular lagi karena kasusnya memang kasus "Kenakalan" orang dewasa.  Tapi untuk Vicky Prasetyo, entah kenapa saya agak keberatan dia bisa popular di stasiun TV.

Yang menjadi pemikiran saya atau menjadi kekuatiran adalah,  bila orang-orang yang punya prilaku "Tukang PHP" , atau  sampai dia melakukan pidana "Pasal 378", lalu kemudian malah menjadi popular di stasiun TV dan mampu mendulang honor yang aduhai,

yang dikuatirkan hal itu  malah menjadi contoh buruk bagi generasi muda.  Menjadi pembenaran bahwa sah-sah saja melanggar hukum , yang penting kasusnya viral, kontroversial yang ujung-ujungnya bisa menjadi popular dan di kemudian hari bisa dipanggil mengisi acara TV.

BOLEHKAH MASYARAKAT MENDIKTE KPI ATAU STASIUN TV?

Ada pemikiran di banyak orang yang yakin bahwa bila Saipul Jamil kembali sering tampil di TV maka hal itu akan memicu kembali trauma yang dialami korban dari Saipul Jamil.  Bisa-bisa trauma korban tidak sembuh-sembuh.

Di sisi lain seolah-olah Meida TV memfasilitasi mantan pelaku kejahatan asusila terhadap anak (Kejahatan luar biasa) menjadi popular kembali.  Mungkin bagi Media TV kejahatan seperti itu hal yang biasa.  Dan bila itu dilakukan maka bisa jadi juga generasi mendatang menganggap kejahatan seperti itu hal yang biasa.

Saya sepakat dengan pemikiran bahwa sebaiknya Media TV memperhitungkan kembali "Double Impactnya" bila mempopulerkan kembali Saipul Jamil dengan menggaris-bawahi bahwa jangan sampai masyarakat "dididik" bahwa  Kejahatan Pedofillia adalah kejahatan biasa seperti  "Kenakalan Ariel Noah"

Tapi kalau soal Trauma Korban, saya pikir hal itu tidak bisa dijadikan pertimbangan untuk "melarang" Stasiun TV menayangkan Saipul Jamil. Terlalu banyak factor yang bisa membuat trauma korban dan itu tidak bisa dihubungkan kembali dengan "nasib baik" Saipul Jamil.

Masyarakat memang harus peduli dengan apa-apa yang ditayangkan Stasiun TV.  Masyarakat juga harus bersuara keras bila ada hal-hal yang berpotensi membuat keresahan, tidak mendidik dan lainnya.  Tapi masyarakat memang tidak punya hak untuk mendikte KPI ataupun Staisun TV.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun