Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Takut pada Corona dan Jangan Salahkan Jokowi Terus

29 Maret 2020   06:22 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:59 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BENARKAH  SAYA TIDAK TAKUT PADA VIRUS CORONA?

Sejauh ini sudah ada 3 orang yang sempat menyimpulkan bahwa saya tidak takut dengan Covid-19 atau Corona. 2 orang tetangga dan 1 kawan baik. Mereka merasa aneh karena dalam seminggu terakhir saya tetap beraktivitas di luar rumah dari pagi sampai habis magrib sementara mereka lebih banyak berdiam di rumah dan keluar kalau ada kepentingan yang mendesak saja.

Ketika mereka bertanya mengapa saya terlihat tidak takut, saya menjawabnya tentu saja saya takut. Sangat takut mungkin karena membayangkan keganasan virus ini. Tidak terbayangkan kalau saya terinfeksi di luar rumah dan kemudian membawa virus itu menyebar ke anak-anak saya dan istri.  

Tapi memang tidak ada pilihan lain buat kami-kami yang bukan karyawan atau PNS. Kami-kami yang merupakan pedagang, penjual jasa dan lainnya tetap harus beraktifitas setiap hari karena tidak ada yang menggaji kami.  Istilah umumnya adalah Nggak Kerja ya Nggak Makan.  Jadi memang harus setiap hari keluar dari rumah dan beraktifitas.

Rasa takut pada Corona itu pasti ada.  Aktivitas sehari-hari sudah dikurangi durasinya. Setiap keluar rumah selalu menggunakan Masker dan membawa hand sanitizer di kantong jaket.  Begitu jengan social distancing (menjaga jarak berkomunikasi) dengan siapapun yang ditemui di luar rumah. Mungkin hanya itulah yang bisa dilakukan untuk menghindari potensi tertular Covid-19.

Jadi sebenarnya saya juga takut pada Corona. Tapi sangat jelas bahwa saya tidak panic (berusaha tidak panic) dengan adanya wabah ini. saya sangat menyadari  bahwa kepanikan hanya akan berujung pada hal-hal yang kurang baik, atau menjadi buruk bahkan.

Lihatlah mereka yang panic lantas memborong sembako dan menyimpannya di rumah mereka. Tentu hal ini membuat harga sembako menjadi tidak karuan.  Lalu ada juga yang memborong Masker, Hand Sanitizer, Alkohol hingga Desinfektan. Sudah pasti tindakan ini malah merugikan masyarakat luas.

Bahkan contoh kepanikan lainnya adalah beberapa Kepala Daerah secara mendadak menutup Bandar Udaranya dari penerbangan domestic. Dan yang paling ekstrim adalah Walikota Tegal  secara mendadak (sempat) menutup (me-lockdown) kota Tegal padahal kita semua tahu Tegal berada ditengah-tengah jalan raya lintas pulau Jawa baik lewat utara maupun lewat selatan.

Yang terbaik bagi kita semua adalah Tidak Perlu Takut apalagi sampai panic. Kita harus waspada dan berhati-hati. Jeli memantau situasi yang ada dan siap menghindar ataupun melakukan tindakan strategis bila situasinya semakin memburuk.

KENALI  DENGAN BAIK COVID-19 AGAR DAPAT BIJAK MENYIKAPINYA

Saya bukan seorang dokter, bukan ahli medis apalagi ahli virus. Hanya seorang Blogger yang memang sudah terbiasa mencari literasi sebanyak-banyaknya untuk menyimpulkan apa yang sedang terjadi, bagaimana bisa terjadi dan bagaimana sikap yang bijak untuk menyikapinya/ mengatasinya.

Dari berbagai literature dan pendapat-pendapat para ahli di bidang kesehatan maupun pendapat-pendapat para dokter  saya menyimpulkan  beberapa hal antara lain:

Pertama, Covid-19 ini bukanlah virus Corona yang ada di Kelelawar melainkan suatu virus antara manusia  yang mirip dengan Influenza dan memang sudah lama dikenal  dengan nama  Corona.  Berdasarkan beberapa literature disimpulkan Virus ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu (mungkin juga ratusan tahun lalu) tetapi  karakteristiknya tidak seganas seperti yang ada saat ini.

Corona yang dikenal sebelumnya berkarakter mirip Flu biasa dan banyak ahli yang mengkatagorikannya sebagai Influenza. Bisa berbahaya (bisa mematikan) tetapi tidak agresif menular seperti  karakter dari Covid-19.  Dan Covid-19 ini saya yakini diakibatkan oleh ulah segelintir ahli virus yang bereksperimen dengan kesalahan yang fatal. (kita tidak membahas substansi eksperimen apalagi teori konspirasi Covid-19).

Kedua, Covid-19 sepertinya halnya Virus Flu biasa sebenarnya memang  tidak ada Obat yang Pasti sebagai Obat Penyembuhnya. Mengapa, karena  (yang saya  baca), Flu atau Corona bukanlah Mikroba/ Bakteri melainkan berupa molekul/DNA.  Kalau bakteri bisa dibasmi dengan obat tetapi DNA/ Molekul hanya bisa dikalahkan dengan DNA yang lebih kuat.

Jadi Covid-19  memang tidak dapat dibasmi obat melainkan hanya bisa dibasmi oleh antibody yang dimiliki penderitanya (antibody masing-masing manusia). Syaratnya adalah manusianya memang benar-benar sehat sehingga mampu membentuk sendiri antibody yang mampu mengalahkan virus ini.  

Obat-obat yang ada selama ini hanyalah membantu membendung perkembangan virus  dalam tubuh.  Dan untuk memperkuat  kualitas  antibody  penderita seharusnya si pasien mengkonsumsi supplemen dan vitamin.

Jadi yang saya simpulkan dari  sekian literature yang ada, Pada dasarnya Pasien Covid-19 memang dapat sembuh bila memang si Pasien  pada awalnya benar-benar sehat (tidak punya penyakit bawaan), menjaga stamina tubuhnya dan mengkonsumsi vitamin yang diperlukan untuk memperkuat antibodinya sehingga mampu melawan Covid-19.

Ketiga, karena bukan merupakan mikroba maka Covid-19 ini mudah dibasmi bila masih berada di luar inangnya.  Di luar tubuh manusia Covid-19 dapat dihancurkan dengan mudah oleh Sabun, Alkohol 70% dan pemanasan (dipanaskan hingga suhu mendidih atau kurang dari itu). Covid-19 juga mudah larut pada air yang mengalir dan mudah hancur oleh panas matahari yang menyengat.

Yang harus diwaspadai adalah Covid-19 dapat menempel lama (seharian) di beberapa material  seperti logam dan plastic. Droplet (cairan ludah) yang terlontar dari penderita  membuat  Covid-19  dengan mudah  menempel  dimana-mana.

Untuk itulah kita memang memerlukan Desinfektan pada wilayah pandemi.  Dan kita juga membutuhkan masker untuk menghindari droplet dan menggunakan Hand Sanitizer (air yang mengalir) untuk menghilangkan Covid-19 yang sempat menempel di tangan kita.  

Keempat, Yang membuat Covid-19 berujung pada kematian, analisa saya  kurang lebih adalah :  Pasien memang memiliki penyakit bawaan lain, Pasien sedang jatuh staminanya atau Pasien memang berada di pusat Pandemi  sehingga kuantitas virus yang menyerangnya sangat banyak (tidak sekedar terpapar saja).

Dengan demikian bila kita adalah Pasien Covid-19 yang baru saja terpapar, maka tindakan  yang harus diambil adalah : Menjauhi Episentrum Virusnya, melakukan Isolasi, beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi  Vitamin dan obat-obat yang ditentukan oleh dokter yang merawat.  Insya Allah langkah-langkah itu akan membuat pasien Covid-19 dapat sembuh segera.

Lockdown adalah cara yang paling efektif menghambat penyebaran Covid-19 yang sangat agresif penularannya ini.  Tapi di sisi lain sebagai masyarakat kita sendiri harus aktif melakukan langkah-langkah seperti menggunakan Desinfektan, Masker, Hand Sanitizer dan Sosial Distancing (menjaga jarak antara satu dengan lainnya).

Kelima, Covid-19 pada wilayah tropis tidak seganas bila dirinya berada di wilayah yang cenderung dingin.  Seperti yang diulas diatas Covid-19 bisa hancur karena dipanaskan pada suhu tinggi begitu juga dengan sinar Matahari yang terik.  Dengan demikian wilayah tropis memang cukup menghambat penyebaran Covid-19.

Indonesia, Malaysia, Thailand, Amerika, dan negara-negara Eropa seperti Italy dan Spanyol bisa dikatakan bersamaan waktunya Covid-19 masuk ke negara-negara masing-masing.  Dan bila kita lihat statistic penyebarannya, hingga saat ini pertumbuhan ODP dan PDP pada  Malaysia, Thailand dan Indonesia jauh dibawah pertumbuhan ODP dan PDP dari Amerika, Italy dan Spanyol.  Jadi mungkin bisa dipastikan iklim Tropis memang menghambat laju penyebaran Covid-19.

Mudah-mudahan informasi yang saya kumpulkan diatas adalah benar adanya dan bila kita mengetahui sejelas itu tentu kita semua tidak akan terlalu panic.

JOKOWI SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK, TOLONG JANGAN TERUS-TERUSAN DISALAHKAN.

Seperti halnya yang terjadi pada Anies Baswedan. Saya sangat tidak setuju bila Anies selalu dibully dan disalahkan oleh para pendukung Jokowi-Ahok, PDIP, PSI dan lainnya. Selalu dicari-cari kesalahannya karena dendam politik yang ada paska Pilgub DKI 2017.

Begitu juga dengan saat ini yang sedang menimpa Jokowi.  Saya melihat dalam minggu-minggu terakhir betapa Jokowi diserang terus menerus oleh netizen dan masyarakat luas.  Apa boleh buat ini memang sudah terjadi.  Saya paham dengan apa yang bergejolak di hati masyarakat. Jokowi memang beberapa kali melakukan kesalahan langkah dalam penangangan Covid-19. Tetapi seharusnya  masyarakat tidak melihat sisi buruknya saja dan adil untuk melihat hal-hal baik yang telah dilakukan Jokowi di dalam menangani wabah hebat ini.

Di sisi lain musuh-musuh politik PDIP dan Jokowi memang lebih mendramattisir kesalahan yang ada. Inilah yang sangat disayangkan. Menyalahkan boleh, mengkritisi boleh tetapi setelah itu sebaiknya kita bahu membahu bersinergi untuk bersama-sama mencari jalan keluar terbaik mengatasi wabah ini.

Sebelum bicara tentang bersinergi, seharian kemarin ada yang ramai di Media Sosial  dimana Juru Bicara Satgas Covid-19 diserang habis-habisan public  karena pidatonya yang mendikotomi  antara si Kaya dan si Miskin. Blunder besarnya ada narasi dari sang Jubir yang menyebut  si Miskin jangan menularkan penyakitnya.

Blunder seperti ini juga sempat dilakukan Menteri Kesehatan Terawan dimana ketika awak media menanyakan ketersediaan Masker untuk rakyat malah dijawab sang Menteri dengan menyalahkan masyarakat yang memborongnya.

Begitu juga ada blunder (pernyataan-pernyataan dangkal ) dari Menteri Perhubungan yang mengatakan  rakyat kebal dari Covid-19 karena sering mengkonsumsi Nasi Kucing dan pernyataan-pernyataan dangkal pejabat lainnya terkait Covid-19.

Kesalahan-kesalahan narasi ke public maupun blunder-blunder yang dilakukan oleh para pejabat seharusnya tidak dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Pejabat-pejabat yang bersangkutan seharusnya langsung meralat pernyataannya  dan meminta maaf untuk itu (tidak perlu konfrensi pers khusus).  Rakyat pasti mau memaafkannya. Akan tetapi kalau dibiarkan maka yang begini akan terakumulasi dan akan menjadi tambahan  nilai minus bagi pemerintahan Jokowi.

Jokowi dan pemerintahan yang ada memang harus bisa memahami  hal-hal yang menjadi kekecewaan masyarakat luas dalam beberapa bulan terakhir.  Jokowi jelas salah mengantisipasi keganasan Covid-19 pada awalnya.  Di saat negara-negara lain sudah waspada dengan apa yang terjadi di Wuhan, Jokowi malah melakukan langkah-langkah menggalakan pariwisata dan mengundang wisatawan mancanegara untuk masuk ke Indonesia.

Ini kesalahan fatal. Dan menjadi lebih fatal lagi ketika  buzzer-buzzer pemerintah mencoba meredam kesalahan ini dengan opini-opini dangkal atau memutarbalikan fakta ataupun mengalihkan isu kepada kesalahan (yang dicari-cari) dari Anies Baswedan.  Apalagi juga  ada kabar burung buzzer-buzzer itu mendapatkan intensif untuk itu.  

Kekecewaan masyarakat luas selama 2 minggu terakhir yang yang tidak diantisipasi pemerintah adalah Langkanya Masker,  Hand Sanitizer dan Desinfektan. Menjamurlah para tengkulak komoditi tersebut diantara masyarakat.  Jangankan harga Masker yang menggila. Sampai Alkohol dan Desinfektan pun harganya sampai berlipat-lipat.  Dan pemerintah sepertinya sama sekali membiarkan semua itu terjadi.

Rakyat disuruh Sosial Distancing tapi Masker, Sanitizer dan lainnya tidak disupply. Ya bagaimana mau efektif pencegahan penyebaran kalau Masker dan Sanitizer tidak tersedia  untuk rakyat?

Kesalahan fatal lainnya adalah Jokowi  Panik dan buru-buru mengimpor ratusan ribu Rapid Test dari China tanpa mencari tahu terlebih dahulu kemampuan sebenarnya dari alat ini. Seingat saya Jokowi dan beberapa pejabat belum apa-apa sudah menghebat-hebatkan kemampuan alat ini.

Begitu  kementerian kesehatan Malaysia dan para pakar ahli mengkritisinya barulah Pemerintah baru paham kemampuan alat ini. Tapi sudah terlanjur didatangkan ya mau bagaimana lagi.

Dan yang paling buruk yang terjadi pada minggu ini adalah  para elit-elit partai pendukung Jokowi  yang ada di DPR malah meminta perlakuan istimewa dari negara.  Mereka minta didahulukan menggunakan Rapid Test dibanding Tim Medis, PDP dan ODP.  Tindakan ini benar-benar menyakiti rakyat.

Di sisi lain sebenarnya bukan hanya Jokowi sebagai Kepala Negara yang melakukan beberapa kesalahan.  Donal Trump, Pemimpin-pemimpin Italy dan Spanyol juga melakukan kesalahan yang sama. Amerika , Italy, Spanyol dan beberapa negara lainnya juga awalnya menganggap sepele Si Corona ini.  Dan kita lihat sekarang  betapa paniknya Donald Trump menghadapi Covid-19, betapa pasrahnya  Italy dan Spanyol menghadapi gempuran dari mahluk kecil luar biasa ini.

Jadi sekali lagi untuk saat ini masyarakat luas  janganlah melihat dari satu sisi saja. Dibalik dari kesalahan langkah Jokowi  ada banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah saat ini. Mulai dari mengevakuasi  WNI di Wuhan, mengevakuasi WNI di beberapa kapal, mengkarantinakan mereka dan memastikan mereka kembali dengan status negative Covid-19, lalu membangun banyak Rumah Sakit Darurat di berbagai tempat dan melakukan kebijakan beberapa stimulus untuk membantu rakyat yang sedang digempur Corona.

Lupakan sementara dendam-dendam politik yang ada.  Pahami dan mengertilah bahwa Badai Covid-19 ini memang sangat sulit diprediksi  sehingga banyak kepala negara melakukan salah langkah penangangan.

Mari kita bersatu bahu membahu melawan Corona.  Israel dan Palestina saja bisa bersatu melawan Corona, mengapa  kita semua tidak bisa bersatu melawan Corona?

Yang terbaik dilakukan masyarakat adalah menyadari bahayanya penyebaran Corona.  Masyarakat harus sadar bahwa siapapun orangnya meski terlihat sehat bisa saja dirinya menjadi  inang dari virus ini dan akhirnya menularkannya pada keluarga tercinta ataupun orang lain. 

Ingatlah kemampuan bertahan dari virus ini di berbagai media. Lakukan langkah-langkah aktif untuk membantu pemerintah menekan laju penyebaran Covid-19.  

Dan terakhir baik Pemerintah dan masyarakat tidak perlulah Panik menghadapi Corona. Waspada itu sangat perlu.  Paham Bahayanya juga perlu.  Pahami karakteristik wabah juga sangat penting.  Takut boleh tapi Panik Jangan karena kepanikan hanya berbuah kesalahan langkah yang tidak perlu terjadi.

Semoga Wabah Covid-19 ini tidak berlama-lama di Indonesia  agar masyarakat segera kembali bisa hidup normal dan semoga negara  ini tidak terpukul ekonominya lebih dalam lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun