Begitu juga ada blunder (pernyataan-pernyataan dangkal ) dari Menteri Perhubungan yang mengatakan  rakyat kebal dari Covid-19 karena sering mengkonsumsi Nasi Kucing dan pernyataan-pernyataan dangkal pejabat lainnya terkait Covid-19.
Kesalahan-kesalahan narasi ke public maupun blunder-blunder yang dilakukan oleh para pejabat seharusnya tidak dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Pejabat-pejabat yang bersangkutan seharusnya langsung meralat pernyataannya  dan meminta maaf untuk itu (tidak perlu konfrensi pers khusus).  Rakyat pasti mau memaafkannya. Akan tetapi kalau dibiarkan maka yang begini akan terakumulasi dan akan menjadi tambahan  nilai minus bagi pemerintahan Jokowi.
Jokowi dan pemerintahan yang ada memang harus bisa memahami  hal-hal yang menjadi kekecewaan masyarakat luas dalam beberapa bulan terakhir.  Jokowi jelas salah mengantisipasi keganasan Covid-19 pada awalnya.  Di saat negara-negara lain sudah waspada dengan apa yang terjadi di Wuhan, Jokowi malah melakukan langkah-langkah menggalakan pariwisata dan mengundang wisatawan mancanegara untuk masuk ke Indonesia.
Ini kesalahan fatal. Dan menjadi lebih fatal lagi ketika  buzzer-buzzer pemerintah mencoba meredam kesalahan ini dengan opini-opini dangkal atau memutarbalikan fakta ataupun mengalihkan isu kepada kesalahan (yang dicari-cari) dari Anies Baswedan.  Apalagi juga  ada kabar burung buzzer-buzzer itu mendapatkan intensif untuk itu. Â
Kekecewaan masyarakat luas selama 2 minggu terakhir yang yang tidak diantisipasi pemerintah adalah Langkanya Masker, Â Hand Sanitizer dan Desinfektan. Menjamurlah para tengkulak komoditi tersebut diantara masyarakat. Â Jangankan harga Masker yang menggila. Sampai Alkohol dan Desinfektan pun harganya sampai berlipat-lipat. Â Dan pemerintah sepertinya sama sekali membiarkan semua itu terjadi.
Rakyat disuruh Sosial Distancing tapi Masker, Sanitizer dan lainnya tidak disupply. Ya bagaimana mau efektif pencegahan penyebaran kalau Masker dan Sanitizer tidak tersedia  untuk rakyat?
Kesalahan fatal lainnya adalah Jokowi  Panik dan buru-buru mengimpor ratusan ribu Rapid Test dari China tanpa mencari tahu terlebih dahulu kemampuan sebenarnya dari alat ini. Seingat saya Jokowi dan beberapa pejabat belum apa-apa sudah menghebat-hebatkan kemampuan alat ini.
Begitu  kementerian kesehatan Malaysia dan para pakar ahli mengkritisinya barulah Pemerintah baru paham kemampuan alat ini. Tapi sudah terlanjur didatangkan ya mau bagaimana lagi.
Dan yang paling buruk yang terjadi pada minggu ini adalah  para elit-elit partai pendukung Jokowi  yang ada di DPR malah meminta perlakuan istimewa dari negara.  Mereka minta didahulukan menggunakan Rapid Test dibanding Tim Medis, PDP dan ODP.  Tindakan ini benar-benar menyakiti rakyat.
Di sisi lain sebenarnya bukan hanya Jokowi sebagai Kepala Negara yang melakukan beberapa kesalahan.  Donal Trump, Pemimpin-pemimpin Italy dan Spanyol juga melakukan kesalahan yang sama. Amerika , Italy, Spanyol dan beberapa negara lainnya juga awalnya menganggap sepele Si Corona ini.  Dan kita lihat sekarang  betapa paniknya Donald Trump menghadapi Covid-19, betapa pasrahnya  Italy dan Spanyol menghadapi gempuran dari mahluk kecil luar biasa ini.
Jadi sekali lagi untuk saat ini masyarakat luas  janganlah melihat dari satu sisi saja. Dibalik dari kesalahan langkah Jokowi  ada banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah saat ini. Mulai dari mengevakuasi  WNI di Wuhan, mengevakuasi WNI di beberapa kapal, mengkarantinakan mereka dan memastikan mereka kembali dengan status negative Covid-19, lalu membangun banyak Rumah Sakit Darurat di berbagai tempat dan melakukan kebijakan beberapa stimulus untuk membantu rakyat yang sedang digempur Corona.