Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soal Senjata, Ternyata Gatot Nurmantyo Benar

1 Oktober 2017   06:42 Diperbarui: 1 Oktober 2017   07:09 3746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar detiknews. link terlampir

Saya tidak tahu apa alasannya mengapa dalam beberapa bulan terakhir ini di media-media social terliihat cukup banyak opini-opini ataupun status-status medsos dari 1-2 kalangan netizen yang terkesan tidak menyukai  TNI, begitu juga Panglima TNI kita Gatot Nurmantyo.

Apa salah TNI ataupun Gatot sehingga 1-2 kalangan tersebut terkesan tidak menyukai?  Ini sungguh aneh  karena tidak ada alasan yang nyata tapi mungkin saja mereka yang tidak menyukai TNI ataupun Panglima TNI sudah terkena provokasi politik dari pihak-pihak tertentu.

Dalam 2 minggu terakhir,  Panglima TNI menyatakan berdasarkan data inteligen TNI  ada potensi ataupun kemungkinan akan bisa muncul  PKI dalam bentuk gerakan yang baru sehingga harus diwaspadai maka Panglima mengintruksikan  seluruh Prajurit untuk menonton Film G30S/PKI.

Rasanya tidak ada yang salah dengan Himbauan Panglima terhadap para Prajurit TNI.  Kita semua tahu seperti apa PKI sejak tahun 1948 hingga tahun 1965. Jelas-jelas PKI harus diwaspadai kemunculannya kembali.  Dan TNI memang punya Inteligen yang sangat baik dan teruji sehingga  himbauan Panglima itu amat sangat masuk akal.

Sayangnya sesaat ketika  Panglima mengeluarkan pernyataan tersebut,  seketika itu juga Panglima TNI dibully  oleh beberapa pihak.  Banyak sekali yang  bersuara dan menuduh Panglima TNI  melakukan  maneuver politik.  Entah apa hubungannya himbauan menonton G30S/PKI dengan maneuver Politik sehingga banyak yang berpikir demikian.

Dalam pandangan pribadi saya juga sebenarnya tidak percaya 100% buku sejarah yang ada tentang PKI, khususnya G30S tahun 1965 akan tetapi secara umum PKI  saya nilai memang sudah membuat banyak masalah di negeri ini jadi seharusnya memang ajaran ini dihindari.

Niat Panglima TNI itu baik. Mengingatkan dan mewaspadai.  Sayangnya Panglima kita malah dituduh macam-macam.  Saya sempat menarik kesimpulan mereka yang menuduh Panglima TNI berpolitik sebagian besar malah  sepertinya pendukung Jokowi.

Di laman Facebook saya,  saya sempat membuat status Facebook yang menyesalkan terjadinya Polemik Nonton Film G30S/PKI. Ini negara Demokrasi. Yang mau menonton film itu kan tidak merugikan yang tidak ingin menonton film itu, mengapa yang tidak ingin menonton harus rempong?

Sepintas pikiran saya, jangan-jangan yang tidak setuju film G30S/PKI diputar serentak itu malah mereka-mereka yang simpati dengan Gerakan PKI dulu. Hahaha. (maaf bercanda).

Berbeda dengan banyak pendukungnya yang tidak setuju Film G30S/PKI diputar, Jokowi malah nonton bareng dengan Prajurit TNI.  Ini adalah dukungan moril Jokowi terhadap keinginan baik dari Panglima TNI. (ada sesuatu yang bermakna dibalik itu, saya ingin membahasnya di tulisan lain).

PERINGATAN GATOT NURMANTYO SOAL SENJATA MILITER ILEGAL

Bahwa semua Militer di setiap negara memiliki jaringan inteligen, termasuk TNI.  Fungsi Inteligen adalah memantau aktifitas rahasia dari musuh-musuh negara baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. TNI kita sudah dikenal kemampuannya di manca negara dalam banyak hal sehingga Inteligen TNI kita memang tidak bisa diragukan kemampuannya.

Kemudian Panglima TNI mengeluarkan pernyataan Inteligen TNI mencium adanya rencana Pembelian Senjata sebanyak 5.000 secara Ilegal.  Panglima pun mengancam bila ada pihak lain di luar TNI-Polri yang memasukkan senjata militer tanpa izin maka dirinya akan mengerahkan pasukannya untuk menggempur dan membuat  mereka merintih-rintih.

Dan terjadi lagi hal yang sama, Panglima TNI kita dibully habis-habisan. Dituduh Berpolitik dan lain-lain sebagainya.  Padahal Logika kita seharusnya berpikir,  apa mungkin seorang Panglima TNI mengeluarkan pernyataan mengejutkan seperti  itu tanpa pertimbangan-pertimbangan yang matang?

Pernyataan Panglima TNI kemudian menjadi Isu/ Polemik masyarakat.  Waktu itu yang muncul ke permukaan adalah Jumlah 5.000 Senjata yang masuk secara Ilegal.

Isu itu kemudian  di-counter oleh Menko Polkam dan dijelaskan TNI salah paham, yang benar ada pengadaan 500 pucuk Senjata untuk BIN dan dibeli dari Pindad.  Logikanya kalau BIN beli senjata dari Pindad ya pastilah TNI tahu karena Pindad berkorelasi dengan TNI.

Penjelasan Wiranto ini tentunya membuat netizen yang sudah tidak suka Panglima TNI malah semakin menjadi-jadi tidak sukanya.  Keluar lagi tuduhan Panglima TNI berpolitik dan seterusnya.

MENGAPA  POLRI DAN WIRANTO HARUS BERBOHONG (TIDAK MAU TERUS TERANG)?

 Sekali lagi saya menjelaskan bahwa tulisan ini ataupun artikel ini merupakan Opini Pribadi sehingga apa yang saya pikirkan dan saya rasakan itulah yang saya tuliskan. Artikel ini hanya mewakili pendapat pribadi.

Ketika  Jendral Gatot Nurmantyo mengatakan  akan ada masuk senjata-senjata militer  illegal yang bisa dipakai untuk menembak Tank milik TNI dan peralatan militer lainnya, seharusnya Mabes Polri langsung meresponnya dan  menjelaskan (berterus terang)  bahwa saat ini mereka memang sedang mendatangkan senjata-senjata seperti itu. 

Wiranto juga sebagai Menkopolkam pun seharusnya sudah tahu maksud pernyataan Gatot itu  arahnya kemana.  Sebagai Menko Polkam tentu Wiranto tahu bahwa Polri sedang mendatangkan Senjata-senjata Militer yang belum diketahui untuk keperluan apa.

Mengapa Wiranto malah membelokkan isu itu kepada isu pembelian senjata dari BIN ke Pindad?

Faktanya kemudian dalam 2 hari lalu tersiarlah kabar bahwa memang benar  ada Senjata-senjata Militer yang diimpor masuk ke dalam negeri dan sudah berada di Gudang Kargo Bandara Sukarno-Hatta.

Ramailah Netizen membicarakan hal ini. Tadinya belum diketahui siapa pemilik Senjata-senjata berat ini. Dan terbukti apa yang dikatakan Gatot Nurmantyo benar bahwa  akan ada masuk senjata-senjata berat (senjata Anti Tank dan lainnya).

Setelah Netizen ramai membicarakan hal ini barulah Mabes Polri melalui  Kadiv Humas Polri  Irjen Setyo Warsita mengakui bahwa barang-barang tersebut milik Polri dan akan digunakan untuk kepentingan Brimob.

"Senjata tersebut betul milik Polri. Itu barang yang sah," kata Inspekrut Jenderal Setyo Wasista, Kepala Divisi Humas Mabes Polri dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu 30 September 2017 malam. (Tempo.co).

Setyo juga menegaskan pengadaan senjata itu sudah melalui prosedur yang sah. Ia merinci, prosesnya mulai dari perencanaan spek, proses lelang, review staf Irwasum dan BPKP sampai ke pengadaan dan pembelian oleh pihak ketiga, hingga proses masuk ke pabean Soekarno Hatta.

Meski begitu, perizinannya masih diurus kepada Badan Intelijen Strategis TNI. Namun Setyo memastikan, Polri sudah mengkonfirmasi impor senjata tersebut kepada Bais TNI. "Semua sudah sesuai prosedur," kata Setyo.

Penjelasan Mabes Polri melalui Kadiv Humas ini saya pikir pasti tidak akan memuaskan masyarakat. Mengapa tidak dari awal Mabes Polri menjelaskan (sesuai isu yang dilontarkan Panglima TNI) aka nada masuk Senjata-senjata militer yang bukan dibeli oleh TNI?

Begitu juga soal Prosedur yang  ada.  Apa benar  Prosedur itu sudah berjalan terbuka sehingga semua Pihak Terkait mengetahui proses Pengadaan Senjata-senjata Berat itu?

Dan kalau sesuai Prosedur tentu Menko Polkam tahu juga proses Perencanaan Pembelian, Proses Lelang dan seterusnya. Mengapa Wiranto hanya bicara soal 500 pistol yang dibeli dari Pindad?

Kadiv Humas Polri  pada 3 hari yang lalu juga sudah menjadi buah bibir terkait isu (adanya) Video Amatir yang sudah beredar di netizen yang menggambarkan ada Pasukan  (ditengarai  Polri) sedang berlatih menggunakan Senjata Roket (RPG).

Video itu diakui oleh Kadiv Humas Polri tentang adanya latihan Personil Polri yang menggunakan RPG (senjata Roket). Tetapi menurut Irjen Setyo Warsita rekaman itu diambil pada zaman reformasi pada saat Polri masih menjadi  bagian dari TNI.

Penjelasan Setyo langsung menuai komentar-komentar pedas netizen dimana sangat tidak mungkin di zaman Reformasi adanya ponsel-ponsel canggih yang bisa merekam video-video amatir dengan kualitas seperti yang beredar di netizen.

Ada hal yang tidak sinkron dari penjelasan Kadiv Humas Polri soal latihan menggunakan RPG tersebut. Dan itu pasti mengkikis kepercayaan public pada Polri.

Begitu juga dengan Penjelasan tadi malam Kadiv Humas Polri soal senjata-senjata berat yang diimpor.  Apakah benar Prosedurnya sudah dilakukan tahap demi tahap?

Dari Detiknews ada kabar miring lagi berkaitan dengan senjata-senjata berat tersebut.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Warsita menjelaskan bahwa Senjata Berat yang diimpor itu yang masih berada di gudang Kargo Bandara salah satunya jenis SAGL (Pelontar Granat).  Setyo menjelaskan sambil memperlihatkan senjata tersebut ke media dan mengatakan senjata itu bukan termasuk senjata militer meskipun bentuknya Seram.

Bersama dengan Kadiv Humas Polri, Kepala Korps Brimob Polri, Irjen Murad Ismail, mengupas spesifikasi senjata Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) keluaran pabrik Arsenal, Bulgaria. Murad mengatakan senjata tersebut tak dapat membunuh seseorang karena berjenis senjata kejut.

"Saya tekankan senjata ini bukan untuk membunuh tetapi kejut. Senjata ini kalau kita berbicara modelnya saja seram," kata Murad dalam konferensi pers di gedung Divisi Humas, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (30/9/2017).

Murad menjelaskan senjata yang baru dibeli pihaknya, memiliki daya lontar maksimal 100 meter dan tak memiliki alur. Peluru yang ditembakkan pun tak bisa lurus, memiliki sudut elevasi 45 derajat dengan bentuk peluru bulat.

Sayangnya penjelasan Murad ini jauh berbeda dengan data yang ada di situs Pabrik senjata tersebut.  Pelontar Granat itu senjata Militer.  Dikutip dari situs Arsenal, senjata itu bisa untuk menyerang target tunggal atau pun grup dengan jarak sampai dengan 400 meter. Senjata ini memiliki bobot 2,85 kilogram. Kecepatan lontarnya adalah 76 meter per detik.

Pelontar Granat ini berpasangan  dengan amunisinya dimana Amunisi ini efektif menyerang pasukan di lapangan terbuka ataupun tempat perlindungan ringan yang berjarak antara 40 hingga 400 meter.

Sesuai dengan nama tipenya, amunisi berjenis granat lontar ini berkecepatan rendah. Namun dia memiliki daya ledak fragmentasi yang tinggi.

JANGAN BULLY GATOT NURMANTYO

Jadi memang soal  Senjata,  secara substansi menurut saya yang dikatakan Gatot memang benar.  Ada Senjata Militer yang masuk "diam-diam" dan tidak seharusnya dimiliki oleh institusi selain TNI.

Pemerintah atau mungkin Menko Polkam harus sekali lagi menjelaskan dengan baik dan sebenarnya. Jangan ada yang ditutup-tutupi lagi. Jangan ada yang dibelak-belokan lagi.

Dan pesan saya untuk para pendukung Jokowi yang MUNGKIN ketakutan dengan sosok Gatot Nurmantyo yang berpotensi menjadi pesaing Jokowi di Pilpres 2019, sebaiknya jangan bully Gatot Nurmantyo.  Ingatlah dulu Jokowi karena sering dibully malah tambah moncer namanya. Hehehe.

Karakteristik masyarakat kita memang begitu.  Tokoh manapun yang mulai mencuat namanya tetapi kemudian dibully tanpa alasan yang jelas maka tokoh tersebut akan memiliki Elektabilitas yang tinggi.

Sekian.

Sumber berita : 1, 2 dan 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun