Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Komedian dan Politik, Hiburan Semata atau Suara Rakyat yang Terwakili?

20 Februari 2024   09:57 Diperbarui: 20 Februari 2024   14:04 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: commons.wikimedia.org/Dontworry
Sumber: commons.wikimedia.org/Dontworry

Fenomena di balik maraknya komedian Indonesia yang terjun berpolitik

Di pemilu kali ini kita juga banyak menemukan deretan komedian yang memilih terjun ke dunia politik sebagai caleg. Sebut saja Komeng, Bedu, Narji, Denny, Eko, Opie Kumis, dan Mongol.

Bisa jadi ini disebabkan tingginya popularitas atau elektabilitas para pelawak di mata masyarakat. Komeng contohnya, yang wajah dan suaranya mudah dikenali. Lelucon dan kelucuan yang mereka sajikan dianggap mampu menarik massa.

Selain itu, komedian biasanya dikenal memiliki kepiawaian berbicara dan retorika yang baik untuk menghibur penonton. Kemampuan inilah yang coba dijual sebagai modal untuk memenangkan hati konstituen di dunia politik yang penuh intrik.

Namun sayangnya, jika hanya mengandalkan popularitas dan kepandaian bicara itu tak cukup. Diperlukan visi misi serta kemampuan kepemimpinan dan politik untuk bersaing di dunia politik. Inilah yang kebanyakan komedian gagal penuhi hingga kandas di tengah jalan.

Sebagian publik bahkan melihat fenomena ini hanya sekadar memanfaatkan celah popularitas guna meraih keuntungan tertentu. Entah itu nama atau materi. Padahal politik bukanlah panggung hiburan semata yang bisa dipandang sebelah mata.

Mungkin mereka bisa berkaca atau terinspirasi dari kisah Jon Gnarr. Tetapi tantangannya tentu tidak mudah mengingat perbedaan karakteristik pemilih dan latar belakang sosial politik di Indonesia dan Islandia.

Sebagai penutup, menurut saya sejauh ini fenomena komedian berpolitik di Indonesia hanya menjadi selingan menarik perhatian publik tanpa memberi pengaruh signifikan. 

Namun, ke depannya mungkin saja akan muncul sosok komedian yang benar-benar matang dan layak untuk mewakili suara rakyat dalam parlemen atau di pemerintahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun