Kebetulan hari itu cerah...
Matahari bersinar, namun awan putih sedikit menyelimuti hingga terik mentari tidak sampai ke bumi. Cukup teduh lah intinya.
Seperti biasa di hari sekolah, anak-anak di rumah yang sedang #BelajarDariRumah memperlihatkan tugasnya hari itu...bikin video sedang bermain Taplak Gunung alias Engklek.
Ya sudah, karena kebetulan masih ingat cara bermain dan segala perintilan kebutuhannya juga ada di rumah, jadilah saya dan anak-anak persiapan mengerjakan tugas tadi, untuk dikumpulkan sore harinya seperti biasa.
Daaaannn....seperti biasa pula.
Sekarang ini, setiap tugas sekolah anak-anak selalu saya buatkan videonya. Selain untuk dokumentasi mereka saat pandemi ini nanti ketika mereka sudah dewasa, juga sedikit "tabungan", siapa tahu Monetisasi di Youtubenya tinggi setelah ditonton banyak orang karena dianggap berguna oleh orang lain.
====
Kita persiapkan dulu deh yah bahannya apa aja.
Karena taplak gunung ini adalah permainan anak yang simple, jadi alat-alatnya juga simple/ sederhana, bahkan bisa dibilang "gak modal"
 Apalagi dulu, katika jaman saya SD (Sekolah Dasar) yang papan tulisnya masih menggunakan kapur untuk menulis, rasanya hampir setiap hari (selain main lompat tali karet), permainan Engklek (Taplak Gunung) inilah permainan yang paling sering dimainkan di sekolah. Modal Kapur Tulis sebagai alat untuk menggambar kotak-kotak di lantai/ ubin sekolah atau aspal/beton jadi andalan
Itulah kenapa seringkali, para guru kemudian "dijatah" oleh pihak sekolah kapur untuk mengajar, karena jika 1 kotak kapur "tergeletak" begitu saja di kelas, dijamin, 1 kotak kapur isi 50 batang bisa habis dalam waktu beberapa hari saja.
Oke, jadi jelas yah...
Pertama, modal utamanya yakni Kapur Tulis sebagai bahan untuk membuat kotak di lantai. Bagaimana jika bukan di lantai ?
Ya memang, seringkali juga dimainkan di atas tanah yang tidak mungkin digambari oleh kapur...so, lebih gampang lagi dong yah, tinggal cari batang kayu atau apalah yang keras (pensil, paku, atau ujung sepatu) untuk dijadikan "alat tulis" menggambar garis-garis untuk membentuk kotak-kotak diatas tanah tadi.
Gacoan ini juga biasanya digunakan untuk membuat garis kotak-kotak. Genteng yang terbuat dari tanah liat ini juga bisa digunakan sebagai pengganti kapur jika ingin bermain diatas aspal atau beton, akrena memiliki warna coklat yang mudah terlihat.
Atau, jika di tanah, cukup kuat menggores tanah sampai akhirnya nanti terbentuk garis untuk membuat kotak permainan.Permainan Taplak Gunung menggunakan 8 bentuk kotak, dan 1 gunungan yang bernomor 9. Bentuk kotak-kotak ini sendiri bisa beraneka ragam, sesuai ke-khas-an permainan ini dimainkan di daerah mana.
====
Nah, saya jabarin sedikit cara bermainnya siapa tau udah pada lupa (ini juga sedikit banyak diingetin lagi sama anak ke-1) hehehehehehe...
1. Gacoan dilempar berurutan mulai dari kotak 1, 2, 3, dst. Kotak terisi gacoan tidak boleh diinjak/ditempati oleh setiap pemain, pemain harus melompat ke kotak berikutnya
2. Gacoan yang dilempar dan terkena garis/ keluar kotak, pemainnya mati/ keluar dan berganti giliran dengan pemain lain. Begitu pula jika kaki pemain menginjak garis/ keluar kotak
4. Saat mengambil gacoan, tidak boleh ada anggota badan yang terkena garis. Jika pemain melanggar, maka pemain mati/ gagal dan harus berganti giliran dengan pemain lain.
6. Pemain yang sudah menyelesaikan semua putaran, berhak melempar gacoan dengan membelakangi kotak.
7. Gacoan yang masuk kotak, akan menjadi bintang dan tidak boleh diinjak pemain lain.
8. Pemenang permainan ini adalah yang memiliki paling banyak kotak/ bintang
Oke, yuk kita main...
Eh, kelupaan sedikit.
Diberi nama permainan Engklek, karena pemain harus melompat dengan satu kaki. Engklek diambil dari bahasa Jawa, tapi permainan ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda di setiap daerah, ada yang menyebut Taplak gunung, Dompu Bulan (betawi), Sudamanda, atau Sondamanda. Di daerah Riau disebut Setatak, di daerah Jambi disebut Tejek-tejekan, sedangkan di daerah Batak Toba dikenal Marsitekka.
Meskipun permainan engklek terkenal di negara kita, tetapi permainan ini bukan permainan asli Indonesia.
Ada yang mengatakan permainan ini sudah dimainkan oleh anak-anak Romawi (27 SM -- abad ke 15), tetapi buktinya tidak ada.
Catatan yang menyatakan bahwa permainan ini sudah ada sejak beberapa abad yang lalu, terdapat pada sebuah buku berjudul Buku Permainan yang disusun oleh Francis Willughbyrefers pada tahun 1635. Dalam buku itu diceritakan tentang permainan Scotch hop. Scotch  berasal dari kata scratch artinya menggores, dan Hop artinya melompat. Sekarang dalam bahasa Inggris permainan ini lebih dikenal dengan sebutan hopschotch, bukan schotch hop.
====
Manfaat yang diperoleh dari permainan Engklek ini antara lain :
1.Kemampuan fisik menjadi kuat, karena dalam permainan Engklek diharuskan untuk melompat-lompat.
2.Mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan kebersamaan.
3.Disiplin dan Sportif, karena dapat menaati aturan-aturan permainan yang telah disepakati bersama.
4.Mengembangkan kecerdasan logika. Permainan Engklek melatih untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya
5.Kreatif, karena permainan ini secara keseluruhan dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar pemain. Kreatif kan?
====
Jadi, ketika semua sudah beres dan anak-anak kami sudah mulai bermain. Tidak alam setelah itu anak-anak disamperin Security Perumahan kami. Diberi peringatan, agar tidak bermain ditangah masa PSBB di DKI Jakarta. Selain melanggar aturan, juga agar terhindar dari virus Corona. Saya yang kebetulan sedang "take", merasa "nanggung" dan meneruskan merekam dan baru berhenti merekam setelah pak security tadi meninggalkan lokasi.
Scene yang tadi, akhirnya malah jadi "harta karun" untuk video yang kami buat. Sedangkan "menyiasati" untuk ditampilkan di video adalah dengan membuat "reverse scene" dan jadi opening scene video TUTORIAL BERMAIN ENGKLEK / TAPLAK GUNUNG sebagai tugas anak kami nomor 3 hari itu.
Selamat bermain dan menyaksikan videonya.
Jangan lupa SUBSCRIBE, LIKE, SHARE dan KOMEN buat masukan kami...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H