Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

LRT-Jakarta, Kemenangan yang Tertunda-tunda

26 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2019   12:22 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah minggu lalu, kami sekeluarga kembali mendapat kesempatan untuk ikut ujicoba publik moda trasportasi baru di Jakarta.
Jika sebelumnya kami juga mendapat kesempatan mencoba MRT (Mass Rapid Transit), kali ini kamu mendapat kesempatan menjajal LRT (Light Rail Transit). 

Memang kali ini merupakan ujicoba tahap ke 3, dimana di ujicoba ke 1 (Agustus-September 2018) kami juga mendapat kesempatan tadi berbarengan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, namun sayang waktunya bentrok dengan kegiatan kami lainnya jadi kesempatan tadi melayang begitu saja. 

Sedangkan ketika ujicoba tahap 2 (4-25 Maret 2019), yang merupakan ujicoba sekaligus promosi kartu JAK LINGKO digelar, kami justr telat mendapatkan informasi tadi dimana saat itu ujicoba terbuka untuk publik yang memiliki kartu JAK  LINGKO diperbolehkan naik LRT dengan sebelumnya menggunakan angkot (jak 24) baik mulai dari kelapa gading menuju velodrome maupun sebaliknya saat itu.

***

Jika kita mau kilas balik kebelakang, proyek LRT ini memang unik. Selain "molor" dari rencana awal penggunaan publik, proyek ini juga penuh dengan berbagai macam "ujian". 

Bagaimana tidak, sejak dicanangkan dan langsung dieksekusi di era pemerintahan DKI pimpinan Jokowi-Ahok, proyek ini memang fokus untuk digunakan saat ASIAN GAMES 2019; mengingat ada 2 venue keren yang di renovasi dan akan digunakan di ajang bergengsi olahraga se-Asia tadi yakni Velodrome dan Equestrian, yang keduanya merupakan Gedung olahraga terbesar di kawasan Asia Tenggara yang digunakan untuk Balap Sepeda (Velodrome) dan olahraga Berkuda (Equestrian).

Hal yang sangat diharapkan menjadi kebanggaan warga Indonesia dan Jakarta khususnya, ketika di pusat kota bisa memperlihatkan Indonesia memiliki MRT (baca disini) dan dipinggir Jakarta memiliki LRT. 

Sayangnya, seperti yang tadi sudah disebutkan, kedua proyek tadi GATOT alias Gagal Total diluncurkan sesuai rencana, yakni menjelang Asian Games 2019. Padahal, selain untuk "show off", LRT ini bisa digunakan para atlet yang menginap di Wisma Atlet Kelapa Gading, menuju kedua venue olahraga tadi tentunya.

"Ujian" terkait LRT tadi, bisa sedikit kita runut, diantaranya :

SEPTEMBER 2015
Dasar hukum pembangunan LRT di DKI Jakarta mengacu pada Peraturan Presiden No 99/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Provinsi DKI Jakarta. Peraturan yang ditandatangani Presiden Joko Widodo dikeluarkan dalam rangka percepatan pembangunan kereta api untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018.

Untuk menegaskan Perpres tersebut dalam tataran teknis, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menugasi PT Jakarta Propertindo melalui Peraturan Gubernur Nomor 213 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Prasarana Kereta Ringan.

JUNI 2016
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melakukan groundbreaking proyek terkait dengan agenda Asian Games 2018: Light Rail Transit koridor Kelapa Gading-Velodrome, arena equestrian di Pulomas, dan velodrome di Rawamangun.

NOVEMBER 2016
Presiden Joko Widodo meneken Peraturan Pemerintah Nomor 54 yang merupakan revisi dari PP Nomor 79 Tahun 2015. Dalam revisi terbaru, badan usaha milik daerah (BUMD) yang mendapat penugasan proyek strategis nasional bisa menunjuk langsung BUMD lain dan anak perusahaannya atau badan usaha milik negara dan anak perusahaannya. 

Revisi PP dibutuhkan agar Jakpro yang telah ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur kereta ringan ini bisa bekerja lebih cepat.

DESEMBER 2016
PT Wijaya Karya Tbk terpilih menjadi kontraktor utama pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta. Nilai kontrak pembangunan rute Velodrome-Kelapa Gading Rp 5,295 triliun meliputi pembuatan fondasi, pembangunan rel, depo, dan stasiun. Wijaya Karya juga bertanggung jawab merancang sistem persinyalan, membuat pusat kontrol, dan menyusun pemungutan tiket otomatis. Daftar pekerjaan itu ditargetkan rampung dalam 610 hari.

capture-jpg-5d1300630d8230724e38db93.jpg
capture-jpg-5d1300630d8230724e38db93.jpg
APRIL 2017
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berjanji memprioritaskan penyelesaian proyek infrastruktur termasuk proyek LRT untuk pergelaran pesta olahraga Asian Games 2018 (baca disini). Prioritas langsung dibuatnya setelah hitung cepat seluruh lembaga survei menetapkannya kalah dalam pemilihan gubernur putaran kedua.

OKTOBER 2017
Pantry portal gantry crane proyek LRT Jakarta di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, roboh menimpa ruko di bawahnya

NOVEMBER 2017
-Penyertaan modal untuk badan usaha milik daerah (BUMD) dialihkan untuk membiayai program yang diusulkan Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Jakpro mengalami pemotongan terbesar. Perusahaan itu semula diplot memperoleh Rp 3,5 triliun pada 2018 namun dikurangi Rp 1,2 triliun.

-Pemerintahan Anies-Sandiaga memperpanjang rute kereta ringan atau LRT fase II sampai ke Tanah Abang, Jakarta Pusat, dari rencana semula hanya sampai Dukuh Atas.

 JANUARI 2018
-Gelagar proyek LRT Jakarta  di Jalan Kayu Putih Raya, Jakarta Timur, ambruk  di tengah pengerjaan yang dikejar tenggat.

FEBRUARI 2018
-Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempercepat kerja proyek pembangunan LRT. Hujan berintensitas tinggi, ditambah insiden gelagar patah dan ambruk, telah menyebabkan perlambatan atas proyek tersebut sebanyak 8 persen. Anies menginstruksikan penambahan giliran kerja dan jumlah alat berat yang digunakan.

-Satu hari setelah instruksi Anies Baswedan itu, pemerintah pusat memberlakukan penghentian sementara atau moratorium bagi semua proyek layang di dalam negeri termasuk LRT Jakarta. Moratotrium menyusul serangkaian kecelakaan yang terjadi.

APRIL 2018
DPRD DKI menyoal nilai anggaran pembangunan proyek LRT oleh PT Jakpro, harga pembangunan LRT Jakpro dianggap lebih mahal dibandingkan dengan LRT Jabodebek yang digarap PT Adhi Karya.

dokpri
dokpri

JULI 2018
Gubernur Anies Baswedan mencopot Direktur Utama Jakpro, Satya Heragandhi. Lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Jajaran komisaris juga dirombak.

AGUSTUS 2018
Ujicoba tertutup dilakukan, dicoba langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

MARET 2018
Ujicoba kembali dilakukan selama hampir 1 bulan, sekaligus promosi dan perkenalan JAK LINGKO, yang merupakan sistem integrasi moda transportasi Jakarta.

MEI 2019
Anies Baswedan mengatakan LRT siap beroperasi sebelum Idul Fitri 2019 (baca disini)

JUNI 2019
LRT kembali melakukan Ujicoba untuk ke-3 kalinya kepada publik.

===

insert-foto-5d1295430d82300ab16c84d2.jpg
insert-foto-5d1295430d82300ab16c84d2.jpg
Nah, di ujicoba ke-3 kalinya ini, kami sekeluarga plus orangtua kami mendapatkan kesempatan di tanggal 18 Juni 2019 untuk menjajal LRT. Kami juga sengaja mengambil waktu menjelang Ashar melalui stasiun Velodrome, selain menghindari macet rutin Kelapa Gading, waktu sekitar jam 3 sore merupakan waktu yang rasanya pas...tidak panas terik, cukup nyaman lah untuk bepergian.

Disambut Stasiun megah disamping Arena Velodrome, kami langsung menuju keatas yang kemudian disambut beberapa petugas yang mengarahkan kami untuk menukar e-ticket yang kami miliki ke Loket. Namun, karena saat itu banyak penumpang yang juga mengantre untuk ujicoba, kami kemudian dilayani oleh petugas yang juga menerima penukaran e-ticket dengan STJ (Single Trip Journey) LRT Jakarta; Good Job ! mengingat gak kebayang panjangnya antrean jika hanya dilayani oleh 1 petugas di loket.

dokpri
dokpri
Setelah memiliki kartu, layaknya menggunakan KRL (Commuter Line) dan MRT, kami harus melalui Gate Check yang mengharuskan calon penumpang menempelkan kartu STJ untuk membuka gate untuk bisa menuju peron.

Berbeda dengan stasiun MRT yang peronnya terasa mewah dan luas, disini peron terasa sangat sempit. Lebar ruang tunggu penumpang saat kereta belum tiba ini, jarak dengan kaca pintu otomatis yang juga sebagai pembatas peron dan rel, rasanya kurang dari 3 meter saja. 

Bahkan, ketika saya dan anak-anak siap mengantre di samping pintu masuk otomatis, kami justru kena "semprit" oleh petugas yang kemudian mengatakan kami harus berdiri dibelakang Guiding Block (garis kuning di lantai penunjuk arah untuk difabel); yang kemudian saya debat bahwa itu bukan pembatas berdiri, dan buat apa lantai ini juga dipasang garis antrean, terlebih jika semua penumpang bediri dibelakang guiding block maka hanya akan terbentuk 2 baris antrean saja dan menyulitkan penumpang lain untuk bergerak leluasa untuk mencari tempat kosong selama menunggu kereta datang. 

Akhirnya petugas tadipun "kalah" dan mempersilakan saya menunggu di garis antrean yang kemudian diikuti penumpang lainnya.

dokpri
dokpri
Suasana kereta buatan HYUNDAI ini sama nyamannya dengan kereta yang digunakan oleh MRT. Jarak yang akan ditempuh sepanjang 5,8 km dengan 6 stasiun ini terasa tenang. Selain karena semua jalur digunakan diatas/layang/elevated, sehingga tidak ada gaung seperti jika berada dibawah tanah, juga karena kecepatan yang dipakai tidak sekencang MRT sehingga goyangan dan suara rasanya tidak terlalu terasa.

LRT Jakarta tahap 1 ini memang hanya dibuat jarak dekat dan kapasitas penumpang yang hanya 278 orang sekali angkut, namun area yang dilewati merupakan area "setan", dimana sehari-hari di jam sibuk jalur ini bisa memakan waktu 20-30 menit, sedangkan kemarin ketika kami hitung antar stasiun hanya memakan waktu 1-2 menit saja sudah termasuk jeda berhenti untuk menaik turunkan penumpang yang jika ditotal hanya memakan waktu kurang dari 10 menit, berasa efisiennya kan? 

Lucunya lagi, suara pengumuman tentang standar menggunakan LRT, sapaan dan pengingat keselamatan yang diperdengarkan setiap mulai bergerak dari stasiaun, keseluruhannya TIDAK SEMPAT SELESAI diperdengarkan karena sudah akan sampai menuju stasiun berikutnya dan berganti menjadi pengingat nama stasiun yang sebentar lagi tiba (PR nih, bikin pengumumannya yang simple-simple aja, biar seluruh informasi bisa tersampaikan).

Secara keseluruhan, persiapan ujicoba LRT lebih baik dibanding saat kami menjajal MRT saat itu. Petunjuk-petunjuk cukup besar dan jelas mudah dibaca, stiker-stiker petunjuk penggunaan, rambu-rambu darurat juga sudah lengkap, bahkan kami mendapati interkom (alat komunikasi lokal) darurat sekaligus informasi di area peron yang bisa digunakan penumpang kapan saja.

dokpri
dokpri
Hal agak mengecewakan hanya saat kami sampai di Stasiun akhir yakni Satasiun Pegangsaan Dua (Kelapa Gading), adalah ketika kami akan menggunakan Musholla karena saat dalam perjalanan sudah masuk waktu Ashar. 

Tidak adanya ketersediaan air untuk berwhudu, begitu pula ketika akan menggunakan toilet juga mengalami nasib serupa (yang kemudian dikunci oleh petugas). Dan ketika kami tanyakan petugas yang ada, kondisi ini sudah sejak hari percobaan pertama selalu terjadi (kami melakukan ujicoba hari ke 8). 

Akhirnya kami melakukan tayammum, sebab kami menghindari membawa air minum sejak awal; toh aturan KRL, MRT juga sama, tidak boleh makan dan minum di dalam gerbong, jadi ya sekalian saja kesemuanya itu kami tidak persiapkan. Padahal, musholla yang tersedia cukup bagus walau sekali lagi fasilitas lainnya juga memang masih dibawah MRT.

dokpri
dokpri

===

dokpri
dokpri
Tibalah kami harus pulang, kembali ke stasiun Velodrome. Sangat puas dengan apa yang kami rasakan hari itu, terlebih jika kemudian kami diminta beban biaya perjalanan LRT ini hanya 5000 rupiah saja kedepannya (lihat disini).

Berharap pemimpin-pemimpin Jakarta dan pemerintahan pusat terus berkarya, berinovasi dengan mengembangkan terus apa yang sudah ada saat ini. Senang rasanya jika apa yang dibayarkan lewat pajak bisa terlihat nyata dan diraskan secara bersama-sama. 

Kami sendiri yakin, penurunan penggunaan transportasi pribadi yang sering jadi kambing hitam kemacetan ibukota berangsur turun. Entah 5, 10, atau 20 tahun kedepan ketika seluruh wilayah ibukota dan kota sekitarnya ini sudah dilakukan Pembenahan Angkutan Massal, terintegrasi dan terlayani dengan baik.

Semoga tidak ada lagi kemenangan kita yang ditunda-tunda...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun