Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

LRT-Jakarta, Kemenangan yang Tertunda-tunda

26 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2019   12:22 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, ketika saya dan anak-anak siap mengantre di samping pintu masuk otomatis, kami justru kena "semprit" oleh petugas yang kemudian mengatakan kami harus berdiri dibelakang Guiding Block (garis kuning di lantai penunjuk arah untuk difabel); yang kemudian saya debat bahwa itu bukan pembatas berdiri, dan buat apa lantai ini juga dipasang garis antrean, terlebih jika semua penumpang bediri dibelakang guiding block maka hanya akan terbentuk 2 baris antrean saja dan menyulitkan penumpang lain untuk bergerak leluasa untuk mencari tempat kosong selama menunggu kereta datang. 

Akhirnya petugas tadipun "kalah" dan mempersilakan saya menunggu di garis antrean yang kemudian diikuti penumpang lainnya.

dokpri
dokpri
Suasana kereta buatan HYUNDAI ini sama nyamannya dengan kereta yang digunakan oleh MRT. Jarak yang akan ditempuh sepanjang 5,8 km dengan 6 stasiun ini terasa tenang. Selain karena semua jalur digunakan diatas/layang/elevated, sehingga tidak ada gaung seperti jika berada dibawah tanah, juga karena kecepatan yang dipakai tidak sekencang MRT sehingga goyangan dan suara rasanya tidak terlalu terasa.

LRT Jakarta tahap 1 ini memang hanya dibuat jarak dekat dan kapasitas penumpang yang hanya 278 orang sekali angkut, namun area yang dilewati merupakan area "setan", dimana sehari-hari di jam sibuk jalur ini bisa memakan waktu 20-30 menit, sedangkan kemarin ketika kami hitung antar stasiun hanya memakan waktu 1-2 menit saja sudah termasuk jeda berhenti untuk menaik turunkan penumpang yang jika ditotal hanya memakan waktu kurang dari 10 menit, berasa efisiennya kan? 

Lucunya lagi, suara pengumuman tentang standar menggunakan LRT, sapaan dan pengingat keselamatan yang diperdengarkan setiap mulai bergerak dari stasiaun, keseluruhannya TIDAK SEMPAT SELESAI diperdengarkan karena sudah akan sampai menuju stasiun berikutnya dan berganti menjadi pengingat nama stasiun yang sebentar lagi tiba (PR nih, bikin pengumumannya yang simple-simple aja, biar seluruh informasi bisa tersampaikan).

Secara keseluruhan, persiapan ujicoba LRT lebih baik dibanding saat kami menjajal MRT saat itu. Petunjuk-petunjuk cukup besar dan jelas mudah dibaca, stiker-stiker petunjuk penggunaan, rambu-rambu darurat juga sudah lengkap, bahkan kami mendapati interkom (alat komunikasi lokal) darurat sekaligus informasi di area peron yang bisa digunakan penumpang kapan saja.

dokpri
dokpri
Hal agak mengecewakan hanya saat kami sampai di Stasiun akhir yakni Satasiun Pegangsaan Dua (Kelapa Gading), adalah ketika kami akan menggunakan Musholla karena saat dalam perjalanan sudah masuk waktu Ashar. 

Tidak adanya ketersediaan air untuk berwhudu, begitu pula ketika akan menggunakan toilet juga mengalami nasib serupa (yang kemudian dikunci oleh petugas). Dan ketika kami tanyakan petugas yang ada, kondisi ini sudah sejak hari percobaan pertama selalu terjadi (kami melakukan ujicoba hari ke 8). 

Akhirnya kami melakukan tayammum, sebab kami menghindari membawa air minum sejak awal; toh aturan KRL, MRT juga sama, tidak boleh makan dan minum di dalam gerbong, jadi ya sekalian saja kesemuanya itu kami tidak persiapkan. Padahal, musholla yang tersedia cukup bagus walau sekali lagi fasilitas lainnya juga memang masih dibawah MRT.

dokpri
dokpri

===

dokpri
dokpri
Tibalah kami harus pulang, kembali ke stasiun Velodrome. Sangat puas dengan apa yang kami rasakan hari itu, terlebih jika kemudian kami diminta beban biaya perjalanan LRT ini hanya 5000 rupiah saja kedepannya (lihat disini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun