Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Presiden Optimis Vs Panglima "Cengeng"

31 Maret 2019   16:18 Diperbarui: 31 Maret 2019   21:40 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi, Prabowo yang sebelumnya menyapa beberapa perwakilan duta besar negara asing di Indonesia, mengatakan Indonesia dihina dan direndahkan negara asing. Politik luar negeri kita yang hanya senyam semyum, hanya menjadi niceguy, yang hanya menjadi jembatan/ penengah konflik tidak menjadi hal yang luar biasa dimata dunia, hal yang sangat lemah dalam tatanan diplomasi internasional. Ia berkesimpulan, dengan kuatnya dan tegasnya negara atas kemampuan alutsista menjadi sagat penting, agar negara kita tidak dianggap remeh, jangan menjadi negara yang hanya mampu menjadi duta perdamaian saja.

Arsip Kompas
Arsip Kompas

Jokowi yang menjelaskan dengan tenang mengatakan, semua prakiraan oleh TNI soal perang sangat ia hargai namun bukan berarti semua diabaikan. Pengembangan alutsista yang dilakukannya berupa infrastruktur juga berdampak sangat baik, belum lagi ia juga melakukan investasi lewat alutsista dimana anggaran tidak haya dikeluarkan untuk "membeli" alat perang, tapui juga untuk riset dan produksi alat perang. Berbagai tank, kapal selam, dan meneruskan pengembangan helikopter, dll yang sudah banyak dibeli dan digunakan negara lain, mampu menghasilkan pendapatan dan pengembangan SDM TNI. Sedangkan mengenai aset pelabuhan, bandara, stasiun seluruhnya dikuasai oleh PELINDO, ANGKASA PURA, dan KAI sebagai pemegang kuasa terbesar.

Tidak ada satupun pelabuhan dan bandara AD, AL, dan AU dipegang oleh asing, sedangkan yang kemersialpun dioperasikan dalam bentuk kerjasama dengan tujuan transfer ilmu dan teknologi yang memang negara kita belum miliki. Sedangkan skala prioritas juga tetap dijalankan, belanja besar alutsista juga sudah direncanakan, namun kebutuhan dalam negeri juga menunjukkan proiorotas yang lebih, sehingga tetap saja semua harus mendahulukan kepentingan rakyat dan bangsa.

====

Jokowi yang mengedepankan DILAN (digital melayani), menyebut mengenai Mall Pelayanan Publik untuk ditanggapi oleh Prabowo. Namun sayangnya, jawabannya agak "meleset" karena jawabannya lagi-lagi "bersih, tidak ada korupsi, dan sistem-sistem pelayanan publik satu pintu tidak efektif dan lemah", yang lagi-lagi disambut riuh rendah dari pendukungnya.

Akhirnya, Jokowi menjelaskan bahwa Mall Pelayanan Publik, hadir untuk masyarakat demi mempercepat pelayanan di mall-mall yang sekarang tersebar di 13 kota, yang akhirnya selain cepat, sistem ini jadi transparan, korupsi bisa hilang. Karena jelas di 1998 Indonesia terkorup di ASEAN dengan indek persepsi korupsi Indonesia 20% menurut KPK, sedangkan di tahu ini menjadi 38% yang berarti sudah jauh membaik. Karena itu sistem terus diperbaharui dan ditingkatkan, dengan sistem berbasis elektronik tentunya.

Namun, Prabowo kembali memberikan contoh karena adanya dis-trust atau ketidakpercayaan rakyat karena adanya departemen di pemerintahan yang menjual jabatan hingga terindikasi 90% posisi merupakan hasil jual beli jabatan, dan banyaknya peredaran uang dan "pemaksaan" diranah aparatur sipil untuk memilih calon tertentu.

====

Pertanyaan "jebakan" Jokowi mengenai "Rakhina State" di Myanmar atau yang lebih dikenal dengan Rohingnya, dimakan dengan cantik oleh Prabowo. Urusan diplomasi yang sudah menjadi komitmen sesama negara Asia yang menghormati kedaulatan dan penyelesaian permasalahan dalam nengeri sendiri harus dilaksanakan. Namun, tetap kejadian yang dinilai PBB merupakan gerakan Genosida, Penghapusan Etnis, menjadi perhatian khusus.

Jadi, memang kita snediri yang masih susah makan, miskin, rasanya tidak perlu juga untuk ikut terjun dalam konflik tadi. Sedangkan, dimata dunia kita sendiri yang tidak dihormati negara lain selalu saja menjadi "a nation a great potential, and always be a nation with a great potential" bahkan oleh wartawan asing disini. Negara yang banyak hutang, kurs lemah, dan pengimport makanan padahal merupakan negara agraris. Sangat memalukan dan lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun