Sempat terlihat kesal dan marah ketika pernyataan demi pernyataannya ditertawakan oleh penonton yang hadir di Hotel Shangrila Jakarta, tempat debat ke empat Capres 2019 ini berlangsung, Prabowo akhirnya "amburadul" dalam menyampaikan Pidato Penutupnya karena sudah lebih dulu "dijinakkan" oleh Joko Widodo, yang sebelumnya habis-habisan "diserang" sepanjang debat dengan tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional.
Joko Widodo yang menutup debat dengan mengatakan bahwa ia dan Prabowo merupakan sahabat, bagai sebuah sepeda yang memiliki rantai; dimana rantai ini saling terkait dan menguatkan. Serta siapapun yang memimpin Negara ini kelak adalah putra terbaik yang mengedepankan kepentingan rakyat, negara dan bangsa ini membuat Prabowo yang sebelumnya berapi-api dalam setiap segmen debat, sama sekali tidak menyentuh kertas yang sejak awal setia menemani beliau dalam menyampaikan pendapatnya, ia lebih terlihat "manut" pada setiap kalimat yang disampaikan Jokowi pada pidato penutupnya, sehingga membuat susana di akhir debat menjadi lebih tenang dan "guyub". Â
====
Walau sudah sejak sehari sebelumnya harus "bedrest" karena diberikan cobaan sakit, debat keempat kali ini rasanya sayang sekali untuk dilewatkan untuk tidak menonton secara LIVE lewat siaran Televisi dimana kali ini merupakan jatah Group EMTEK lewat SCTV dan INDOSIAR serta grup Media Indonesia dimana METRO TV yang meyiapakan dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan penayagan agar bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Selain tentunya, pertarungan "head to head" antar capres, ditambah promosi yang dilakukan BPN dan TKN pun sepertinya sudah "nyangkut" di kepala saya bahawa debat kali ini akan super heboh. TKN (Tim Kampanye Nasional) Jokowi-Ma'ruf, yang kelihatan lebih "tenang" karena mengatakan debat keempat ini hanya akan diisi oleh nilai-nilai optimisme dari pasangan capres-cawpresnya ini membuat "lebih greget" karena sebelumnya tim BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo-Sandi sudah sesumbar bahwa debat kali ini akan "all out", dimana tema yang diusung merupakan hal yang sangat dikuasi calonnya selain tim sudah menyiapkan materi-materi "serangan" kepada kinerja pemerintahan selama ini yang dianggap gagal dan merugikan rakyat.
Alhamdulillah, badan yang sudah berangsur baik mampu diajak duduk santai didepan layar TV. Maklum di rumah kami, TV tidak dan yang masuk kamar jadi jika menonton TV ya harus di ruang keluarga bersama-sama, bahkan gadget pun kami sangat batasi penggunannya jika sudah masuk kamar tidur.
====
Benar saja, opening speech oleh Prabowo sudah terlihat bahwa kedepan, debat ini akan seru. Pidato yang sangat tajam dan berapi-apinya sampai harus dihentikan oleh moderator karena sudah melebihi durasi yang diberikan. Sedangkan Jokowi, sangat tenang dengan menjabarkan openingnya secara berurut sesuai tema yang akan dibahas.
Prabowo, menegaskan bahwa ia dan jajaran pendukungnya merupakan Pancasilais. Pancasila yang merupakan ideologi hasil kompromi besar, kecemerlangan dari generasi pendiri bangsa yang menghasilkan Republik Indonesia, akan ia jaga sampai titik darah penghabisan. Ia yang sejak umur 18 tahun sudah menandatangani pernyataan sebagai pembela Pancasila dan UUD 1945, siapapun akan berhadapan langsung dengan dirinya jika ada yang menyimpang dari 2 hal tadi.
Menurutnya, negara sehebat apapun, secanggih apapun, apabila negara ini masih menghalalkan korupsi, jual beli jabatan, pasti akan hancur. Sedangkan di bidang pertahanan keamanan, budgetnya terlalu kecil, sehingga hankam Indonesia lemah. Untuk hubungan internasional, Prabowo-Sandi akan baik dengan semua negara dan semua kekuatan, menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan membela rakyat yang paling utama, karena merupakan kehormatan yang mulia.
Jokowi sendiri, dengan nada yang lambat menjabarkan mengenai bagaimana Pancasila dirumuskan dan bagaimana seharusnya Pancasila dimaknai dan dijalankan oleh rakyat. Untuk pemerintahan, Jokowi memperkenalkan DILAN (Digital Melayani) karena dengan perkembangan teknologi ini, semua akan menjadi sangat transparan dan cepat sehingga akan sangat menggerus tingkat korupsi kedepannya dan kepuasan rakyat atas segala pelayanan pemerintahan yang mereka dapatkan.
Reformasi pemerintahan dan birokrasi jelas akan terjadi; penyederhanaan kelembagaan, peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintah, reformasi tata kelola pemerintahan. Peningkatan kualitas SDM TNI mutlak diperlukan dalam teknologi persenjataan dan cyber, karena selain perang fisik, perang teknologi juga akan ada di depan mata. Indonesia yang menjalani politik bebas aktif, terus diperjuangkan karena kita adalah negara yang berdaulat, besar, dan siap untuk terjun kedalam hubungan dunia internasional yang memiliki berbagai kepentingan.
====
Memasuki segmen pemaparan, Prabowo yang digembleng lewat jalur tentara, mengatakan bahwa Pancasila tidak harus diterapkan dengan cara indoktrinasi, namun harus masuk lewat jalur edukasi bahkan hingga level S3 (doktoral), dan contoh-contoh baik dari pemerintah perlu dilakukan. Sedangkan Jokowi, selain menanamkan nilai pancasila lewat jalur edukasi hingga S3, menambahkan bahwa yang terpenting bahwa aplikasinya didalam kehidupan masyarakat, karena Indonesia jelas semua berbeda agama, bahasa daerah, budaya, ditambah memanfaatkan teknologi yang ada seperti lewat media sosial.
Sejak Prabowo "curhat" dalam kesempatan berikutnya, debat menjadi "memanas". Prabowo yang sepertinya "kesal" ketika dituduh membela khilafah, Prabowo melarang tahlilan, ia meyakinkan hal tadi sepertinya tidak mungkin bahwa ia akan akan merubah pancasila. Sayangnya, Jokowi menanggapi dengan enteng bahwa ia juga banyak sekali dituduh macam-macam, terutama ia merupakan bagian dari PKI yang selama ini ditanggapinya dengan biasa saja, karena yang terpenting kita mampu membumikan pancasila, terutama sebagai pemimpin tidak saling hujat, tidak saling hina, meremehkan, dan menjelekkan, karena contoh itulah yang bisa menjadi nilai kebaikan untuk generasi muda.
Tema berikutnya menjadi lebih tajam, dimana Prabowo melempar rencana bahwa pemerintahannya kelak akan mencapai target transparansi dan efektif lewat teknologi informatika, dimana misalkan untuk mencapai rasio pajak akan dikembalikan ke 16%, sehingga akan menghasilkan uang untuk menaikkan gaji pejabat dan ASN agar tidak terjadi korupsi, ditambah efisiensi single identity card dengan memangkas berbagai macam kartu, karena mahal, boros, dan tidak bermanfaat.
Padahal sebelumnya Jokowi sudah memaparkan bahwa pemerintahan berbasis elektronik adalah pelayanan dan kecepatan, karena negara yang cepat pasti akan mampu menguasai peradaban kedepan. E-Government, E-Procurement, E-Budgeting, akan menjadi sangat transaparan, efektif, dalam melayani masyarakat. Bahkan penyederhanaan lembaga sudah juga dilakukan agar, segala sesuatunya bisa menjadi lebih pendek dan tidak berbelit-belit; 20an lembaga negara sudah dibubarkan untuk mengejar itu semua selama ia memimpin.
Jawaban emosional Prabowo " masalah bangsa ini adalah, kekayaan kita tidak tinggal di Indonesia. Sistem yang hebat bagaimanapun, jika tidak ada political will mengenai arah orientasi sistem ekonomi. Kita boleh punya informatika, sistem yang hebat, kartu yang banyak, semua indah seolah-olah modern, seolah-olah efisien, seolah-olah cepat tapi kekayaan mengalir ke luar negeri. Saya lebih baik pakai sistem lama tapi kekayaan tidak mengalir ke luar negeri", kemudian menjadi kalimat yang diulang-ulang dalam setiap segmennya, bahkan terkesan, apapun pertanyaannya jawabannya tetap sama terlontar dari capres nomor 02 ini. Entah apakah itu merupakan tekanan terhadap kondisi bangsa yang saat ini terjadi, atau penguasaan bahan dan data yang sebenarnya tidak bisa terekam dengan baik di tim BPN dan tidak tersampaikan, karena jelas sekali uang-uang yang mengalir/ada  di luar negeri tadi disinyalir banyak berada di kubunya, bahkan nama Prabowo dan Sandiaga Uno jelas terpampang di Paradise Paper yang sempat menghebohkan dunia beberapa waktu lalu.
====
Adalagi pernyataan berapi-api yang juga dilontarkan oleh Prabowo dalam debat malam tadi, yakni "aduh, aduh, aduh, saya penasaran siapa sih yang berani membrief seorang presiden, panglima tertinggi bahwa dalam 20 tahun tidak ada perang, negara semua aman, dan sudah memadai karena ini sudah seperti dulu dengan mottonya ABS (asal bapak senang) dimana laporan-laporan sengaja dibuat baik agar pimpinan merasa senang dan puas", dan dengan barapi-api juga berkata bahawa "saya lebih TNI dari banyak TNI yang lain, paham dan tahu betul mengenai segala kebutuhan mengenai pertahanan dan keamanan di Indonesia".
Prabowo yang mengkritisi mengenai kebijakan Jokowi yang hanya mementingkan infrastruktur pelabuhan, airport, perbatasan, dan bangunan bangunan komando, dinilai tidak berguna karena buat apa bangunan bagus kalau tidak bisa perang. Sedangkan untuk alutsista yang dimiliki, juga kalau jauh dari yang dimiliki negara tetangga sekalipun. Anggaran untuk TNI dan untuk perang, sangat jauh dari ideal". "lokasi strategis seperti pelabuhan, bandara, stasiun yang menurut Prabowo yang sejak di tentara merupakan aset terpenting yang harus dijaga justru "dijual" ke asing oleh Jokowi juga tidak luput dari kritikannya.
Belum lagi, Prabowo yang sebelumnya menyapa beberapa perwakilan duta besar negara asing di Indonesia, mengatakan Indonesia dihina dan direndahkan negara asing. Politik luar negeri kita yang hanya senyam semyum, hanya menjadi niceguy, yang hanya menjadi jembatan/ penengah konflik tidak menjadi hal yang luar biasa dimata dunia, hal yang sangat lemah dalam tatanan diplomasi internasional. Ia berkesimpulan, dengan kuatnya dan tegasnya negara atas kemampuan alutsista menjadi sagat penting, agar negara kita tidak dianggap remeh, jangan menjadi negara yang hanya mampu menjadi duta perdamaian saja.
Jokowi yang menjelaskan dengan tenang mengatakan, semua prakiraan oleh TNI soal perang sangat ia hargai namun bukan berarti semua diabaikan. Pengembangan alutsista yang dilakukannya berupa infrastruktur juga berdampak sangat baik, belum lagi ia juga melakukan investasi lewat alutsista dimana anggaran tidak haya dikeluarkan untuk "membeli" alat perang, tapui juga untuk riset dan produksi alat perang. Berbagai tank, kapal selam, dan meneruskan pengembangan helikopter, dll yang sudah banyak dibeli dan digunakan negara lain, mampu menghasilkan pendapatan dan pengembangan SDM TNI. Sedangkan mengenai aset pelabuhan, bandara, stasiun seluruhnya dikuasai oleh PELINDO, ANGKASA PURA, dan KAI sebagai pemegang kuasa terbesar.
Tidak ada satupun pelabuhan dan bandara AD, AL, dan AU dipegang oleh asing, sedangkan yang kemersialpun dioperasikan dalam bentuk kerjasama dengan tujuan transfer ilmu dan teknologi yang memang negara kita belum miliki. Sedangkan skala prioritas juga tetap dijalankan, belanja besar alutsista juga sudah direncanakan, namun kebutuhan dalam negeri juga menunjukkan proiorotas yang lebih, sehingga tetap saja semua harus mendahulukan kepentingan rakyat dan bangsa.
====
Jokowi yang mengedepankan DILAN (digital melayani), menyebut mengenai Mall Pelayanan Publik untuk ditanggapi oleh Prabowo. Namun sayangnya, jawabannya agak "meleset" karena jawabannya lagi-lagi "bersih, tidak ada korupsi, dan sistem-sistem pelayanan publik satu pintu tidak efektif dan lemah", yang lagi-lagi disambut riuh rendah dari pendukungnya.
Akhirnya, Jokowi menjelaskan bahwa Mall Pelayanan Publik, hadir untuk masyarakat demi mempercepat pelayanan di mall-mall yang sekarang tersebar di 13 kota, yang akhirnya selain cepat, sistem ini jadi transparan, korupsi bisa hilang. Karena jelas di 1998 Indonesia terkorup di ASEAN dengan indek persepsi korupsi Indonesia 20% menurut KPK, sedangkan di tahu ini menjadi 38% yang berarti sudah jauh membaik. Karena itu sistem terus diperbaharui dan ditingkatkan, dengan sistem berbasis elektronik tentunya.
Namun, Prabowo kembali memberikan contoh karena adanya dis-trust atau ketidakpercayaan rakyat karena adanya departemen di pemerintahan yang menjual jabatan hingga terindikasi 90% posisi merupakan hasil jual beli jabatan, dan banyaknya peredaran uang dan "pemaksaan" diranah aparatur sipil untuk memilih calon tertentu.
====
Pertanyaan "jebakan" Jokowi mengenai "Rakhina State" di Myanmar atau yang lebih dikenal dengan Rohingnya, dimakan dengan cantik oleh Prabowo. Urusan diplomasi yang sudah menjadi komitmen sesama negara Asia yang menghormati kedaulatan dan penyelesaian permasalahan dalam nengeri sendiri harus dilaksanakan. Namun, tetap kejadian yang dinilai PBB merupakan gerakan Genosida, Penghapusan Etnis, menjadi perhatian khusus.
Jadi, memang kita snediri yang masih susah makan, miskin, rasanya tidak perlu juga untuk ikut terjun dalam konflik tadi. Sedangkan, dimata dunia kita sendiri yang tidak dihormati negara lain selalu saja menjadi "a nation a great potential, and always be a nation with a great potential" bahkan oleh wartawan asing disini. Negara yang banyak hutang, kurs lemah, dan pengimport makanan padahal merupakan negara agraris. Sangat memalukan dan lemah.
Lagi- lagi Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia dipercaya SekJen PBB untuk menjadi penengah, menjadi jembatan perdamaian konflik Rohingnya yang sudah berjalan bertahun-tahun, Menlu dan jajarannya sudah hadir ke lokasi, bahkan Jokowi sendiri sudah melihat bagaimana memprihatinkannya kondisi jutaan muslim yang bermigrasi ke Bangladesh karena konflik tadi. Bagaimana Indonesia juga dihargai negara asing, karena banyak sisi yang bisa menjadikan Indonesia bisa dipandang oleh negara asing sebagai negara yang berdaulat dan kuat.
====
Untuk saya pribadi, debat malam ini sangat baik. Jokowi yang biasanya menyerang, kali ini sangat rileks dengan jawaban-jawaban tajamnya. Sedangkan Prabowo yang seringkali terlihat Defensif kali ini terlihat Offensif, bahkan yang seringkali "kelepasan" memuji prestasi Jokowi, kali ini hanya 1x saja "terpeleset" memuji atas apa yang sudah dilakukan pemerintahan pimpinan Joko Widodo.
Malam ini, Joko Widodo terlihat sekali keoptimisan dan kenegarawanan beliau, jelas dan gamblang menjelaskan apa yang telah dan akan dilakukan ke depan secara detail. Bukan hanya sebagai janji politik, tapi penjabaran detail atas janji-janjinya tadi.
Sedangkan Prabowo, yang dalam setiap segmen sepertinya "itu-itu saja", mengulang hal-hal yang sebatas "serangan" dan tidak menghadirkan solusi, dan bahkan terlihat sangat "cengeng" karena berkali-kali pula mengaitkan keseluruhan materi dengan anggaran keamanan yang minim, kurangnya persenjataan dan alat militer yang dimiliki, sehingga kita tidak dianggap oleh negara lain.
Ia mungkin lupa apa yang terjadi masa masa perjuangan kemerdekaan kita dahulu, apa yang dimiliki rakyat, apa yang dimiliki pejuang kemerdekaan kita di pusat dan di daerah-daerah sampai akhirnya kita berhasil memproklamirkan diri. Prabowo mungkin lupa, bagaimana setelah itu pula pemerintah menyiapkan segala sesuatunya untuk menjaga wilayah Indonesia yang luasnya hampir sama dengan Eropa.
Prabowo juga mungkin memiliki data yang kurang lengkap dibeberapa poin dan bagaimana PT PINDAD dan TNI kita memiliki prestasi tinggi dan disegani dikalangan pasukan-pasukan elit dunia.
Belum lagi beberapa kali Prabowo sepertinya "mementahkan" statemenya sendiri mengenai pemanfaatan teknologi dlam bernegara, tingkat emosinya menjadi sangat fatal sampai akhirnya perang fisik menjadi satu-satunya pilihan, dibanding justru saat ini hampir setiap hari terjadi "perang cyber" yang menyerang data-data pemerintah, bank, bahkan militer.
Tapi ya...sama seperti Prabowo katakan di closing statementnya "jadi memang karena ini debat, audience kan gimana kalau lihat kita terlalu bersahabat kan....jadi ini sulitnya memang, saya juga bersahabat dengan beliau. Kita berbeda tentang kenegaraan, jadi inilah demokrasi yang kita inginkan. Debat"
Saya yakin, Jokowi dan Prabowo punya satu cita-cita. Yang mungkin dikhawatirkan justru orang-orang disekitarnya. Apa yang terjadi selama Jokowi mempimpin bisa dijadikan pandangan ke depan. Prabowo bisa kita lihat dari siapa pendukungnya saat ini untuk penilain kira-kira bagaimana yang akan terjadi ke depan.
Saya pribadi melihat, Jokowi masih mampu dan cocok untuk menjadi Presiden rakyat Indonesia kedepan, dan Prabowo dengan pengetahuan dan ketegasannya sangat cocok menjadi Panglima TNI atau Menteri Pertahanan dan Keamanan masa kepemimpinan Joko Widodo - Ma'ruf Amin selanjutnya, dengan penambahan pemikiran perkembangan teknologi tentunya karena di depan sudah siap menghadang musuh-musuh yang tidak tampak di persaingan berbasis teknologi informasi demi Indonesia Maju dan Menang !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H