Kemarin, berkesempatan hadir diperhelatan acaranya change.org di seputaran Monas Jakarta. Bukan di Monasnya seperti akhir-akhir ini sering digunakan, namun di Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang tahun lalu gedung barunya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Mungkin, undangan ini karena saya memang beberapa kali selalu memantau dan ikut berpartisipasi dalam banyak petisi yang ditawarkan, dan alhamdulillah petisi-petisi tadi GOAL mencapai target dan berhasil mempengaruhi keputusan atau kebijakan yang diambil terhadap isu petisi tadi.
Senang rasanya bisa ikut andil, bisa ikut jadi bagian dalam beberapa petisi tadi yang hasilnya ternyata baik bagi banyak pihak.
====
Tepat 30 menit sebelum acara dimulai, saya sudah mendaftarkan ulang kepesertaan saya di meja panitia, dan sedikit "mengganjal" perut di snack table yang sudah disediakan.Â
Kaget sekali ternyata sudah sekitar 30-an orang sedang menikmati "cemilan" pagi ini di selasar ruangan Teater gedung megah di jalan Medan Merdeka Jakarta ini. Dan tidak berselang lama, jumlah ini terus bertambah seiring mendekati pukul 9 pagi, jadwal acara ini akan dimulai.
Panggung megah, dengan layar LED besar dengan tulisan AKAR, ditambah ornamen change.org yang minimalis namun cantik menyambut tamu undangan yang mulai memasuki ruangan, yang kemudian tidak terasa memenuhi kursi yang tersedia, bahkan di setiap barisnya, ditambahkan kursi cadangan karena tamu yang hadir melebihi kapasitas kursi "bioskop" yang ada, hebat sekali berarti antusiame pesertanya saya pikir...
====
Banyak sekali pembicara yang meramaikan acara, tentunya mereka adalah selain para penggagas petisi, juga merupakan influencer yang hadir dalam rangka membuat perubahan. Perubahan yang dilakukan secara "berjamaah" hanya berbekal "suara" lewat petisi online. Tanpa demonstrasi, tanpa berteriak-teriak, tanpa orasi-orasi, tanpa merugikan orang lain karena jalannya tertutup oleh massa, namun berdampak sangat kuat dan tepat mengena ke sasaran.
====
Sedangkan bagi pengusutan kasus korupsi, setiap bentuk protes warga, atau petisi yang dibuat di change.org, membuka jalan bagi KPK untuk ikut terjun di dalamnya, karena jelas fungsi KPK yakniÂ
(1). Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.Â
(2). Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.Â
(3). Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.Â
(4). Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; danÂ
(5). Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara ini, dengan adanya kasus-kasus tadi, bukan tidak mungkin akan ada kasus korupsi didalamnya.Â
Apalagi jika kasus tadi sudah masuk ranah hukum, sangat terbuka kemungkinan ada permainan "bawah tangan" di dalamnya. Inilah mengapa, KPK sangat intens juga memperhatikan setiap pergerakan petisi di change.org.
Bersamaan dengan itu pula, change.org memberikan plakat penghargaan kepada Kementerian LHK, sebagai mitra teraktif dan terresponsif dalam setiap pergerakan dalam change.org Indonesia.Â
Kementerian LHK dinilai berkontribusi besar dalam memberikan masukan, memberikan waktu, dan memberikan kesempatan berdiskusi bagi change.org dalam setiap bahasan terkait petisi yang berjalan selama ini.
====
Dimana masyarakat terbagi menjadi 2 kubu terbang dan kubu berenang, dimana masyarakat saling unfriend, dan keluar dari grup WA (WhatsApp) karena beda pilihan politik, dimana masyarakat saling serang di medsos, dan dimana masyarakat seperti tidak peduli urusan lain yang terjadi disekitarnya (bahkan seringkali masyarakat kehilangan info gosip yang dulu lebih tinggi perhatiannya dibanding urusan politik).Â
Ternyata ada 1 hal yang mengejutkan bagi change.org, yakni ternyata masyarakat masih peduli dan sangat peduli terhadap isu lingkungan hidup dan isu penegakan hukum yang ada di sekitar kehidupannya.
Artinya, walau kondisi masyarakat ini sedang terbelah, sebetulnya kebaikan untuk menuju perubahan tadi, masih ada disetiap orang di Indonesia. Semua ingin kebaikan ada di Indonesia.
Maka dari itu, acara yang ditutup persembahan lagu bertema perubahan iklim dari Keenan Avalokita Kirana (tonton disini), dan suguhan perkusi fantastis dari kelompok anak jalanan Sanggar Akar (tonton disini), membuahkan kesimpulan, bahwa bukan Sosial media, bukan Petisi, bukan pula Teknologi yang bisa melakukan perubahan, namun DIRI KITA SENDIRI, sebagai AKAR dari kekuatan perubahan.
Masyarakatlah yang mampu melakukan perubahan...karena sejak dulu aktivis, masyarakat sudah bergerak dalam menjaga negara dan lingkungan ini tetap baik, semua hanya beda fasilitas dan tools pendukungnya saja. Teruslah lakukan perubahan, menuju Indonesia dan Dunia yang lebih baik, karena kitalah AKAR kuat yang menopang tumbuhnya pohon besar dan kokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H