Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Change.org : Isu Politik Tidak Dominan di Masyarakat Kita

21 Maret 2019   09:11 Diperbarui: 22 Maret 2019   07:46 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin, berkesempatan hadir diperhelatan acaranya change.org di seputaran Monas Jakarta. Bukan di Monasnya seperti akhir-akhir ini sering digunakan, namun di Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang tahun lalu gedung barunya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.

Mungkin, undangan ini karena saya memang beberapa kali selalu memantau dan ikut berpartisipasi dalam banyak petisi yang ditawarkan, dan alhamdulillah petisi-petisi tadi GOAL mencapai target dan berhasil mempengaruhi keputusan atau kebijakan yang diambil terhadap isu petisi tadi.

Senang rasanya bisa ikut andil, bisa ikut jadi bagian dalam beberapa petisi tadi yang hasilnya ternyata baik bagi banyak pihak.

====

Dokpri
Dokpri
Walau awalnya tidak paham sama sekali apa yang sebenarnya akan dibahas di acara ini, namun justru rasa penasaran tadilah yang paling kuat membawa saya untuk hadir. 

Tepat 30 menit sebelum acara dimulai, saya sudah mendaftarkan ulang kepesertaan saya di meja panitia, dan sedikit "mengganjal" perut di snack table yang sudah disediakan. 

Kaget sekali ternyata sudah sekitar 30-an orang sedang menikmati "cemilan" pagi ini di selasar ruangan Teater gedung megah di jalan Medan Merdeka Jakarta ini. Dan tidak berselang lama, jumlah ini terus bertambah seiring mendekati pukul 9 pagi, jadwal acara ini akan dimulai.

Panggung megah, dengan layar LED besar dengan tulisan AKAR, ditambah ornamen change.org yang minimalis namun cantik menyambut tamu undangan yang mulai memasuki ruangan, yang kemudian tidak terasa memenuhi kursi yang tersedia, bahkan di setiap barisnya, ditambahkan kursi cadangan karena tamu yang hadir melebihi kapasitas kursi "bioskop" yang ada, hebat sekali berarti antusiame pesertanya saya pikir...

====

Dokpri
Dokpri
Dibuka oleh MC yang dilanjutkan dengan kehadiran sambutan Arief Aziz sang Co-founder Change.org Indonesia, ia memaparkan bagaimana Change.org hadir di Indonesia dan bagaimana perkembangannya sampai saat ini.

Banyak sekali pembicara yang meramaikan acara, tentunya mereka adalah selain para penggagas petisi, juga merupakan influencer yang hadir dalam rangka membuat perubahan. Perubahan yang dilakukan secara "berjamaah" hanya berbekal "suara" lewat petisi online. Tanpa demonstrasi, tanpa berteriak-teriak, tanpa orasi-orasi, tanpa merugikan orang lain karena jalannya tertutup oleh massa, namun berdampak sangat kuat dan tepat mengena ke sasaran.

Dokpri
Dokpri
Kehadiran para pembuat petisi yang sebagian besarnya berhasil mencapai target dan berdampak langsung ini, membuka mata kita bahwa sebuah pergerakan tidak harus dilakukan dengan show of force, tidak harus dilakukan dengan turun ke jalan, tidak harus dilakukan sampai akhirnya merugikan orang lain. Memprotes, urun rembuk, bisa dilakukan dari jauh, dari berbagai arah, dengan senyap, karena yang ingin berubah menjadi lebih baik itu banyak, yang ingin berubah lebih baik itu naluri manusia, tinggal kita yang harus bergerak dan menggerakkan diri untuk menuju ke arah tadi.

Dokpri
Dokpri
Terbilang, Tika and The Dissidents yang bergerak juga lewat musik dan pergerakan perempuan, StadUp Komedian Mosidik, Daniel Mananta yang bergerak lewat pelestarian hutan, serta beberapa aktivis lingkungan turut berbagi pengalaman diatas panggung, sebut saja Fawriza Farhan dari Yayasan Haka, Muhammad Teguh Surya yang habis-habisan membahas mengenai politik dan penguasa perkelapa sawitan di Indonesia, Chef Toto yang dijuluki "Jungle Chef" berkat resep-resep masakannya yang berasal dari alam (hutan), serta Rukka Sombolonggi yang mewakili Aliansi Masyarakat Adat Nusantara yang memeparkan mengenai kontradiktifnya kehidupan masyarakat adat Nusantara dengan tantangan perkembangan Pembangunan Nasional yang seharusnya ada jalan keluarnya dengan baik.

====

Dokpri
Dokpri
Acara yang dipotong istirahat selama 1 jam ini, kemudian diteruskan sesi 2 hingga pukul 16.00 wib. Di sesi 2 lebih banyak diisi oleh pihak Regulator yaknni pemerintahan, serta hiburan yang juga dari para aktivis dan relawan. Disini, pemaparan efek change.org dalam pemerintahan dan roda pembangunan dipaparkan jelas oleh Rasio Ridho Sani sebagai Dirjen Penegakkan Hukum Kementerian LHK (Lingkungan Hidup dan Kehutanan) serta Laode M Syarif wakil ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Dokpri
Dokpri
Di sesi 2, peserta dihujani ilmu dan pengetahuan baru mengenai bagaimana change.org "membantu" cukup besar dalam berbagai putusan, terutama penegakan hukum mengenai banyak hal di negara Indonesia tercinta ini. Sebut saja 1 kasus mengenai Bambang Hero, seorang Professor yang menjadi saksi ahli yang malah dituntut balik karena melaporkan perusahaan yang terbukti bersalah karena membakar hutan. Setelah petisi didukung 150.000 orang dan menjadi viral di media sosial, akhirnya perusahaan tersebut menarik gugatannya. Kemudian, di saat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara diam-diam mengesahkan aturan Undang-Undang (UU) MD3. Lebih dari 240.000 orang mendukung petisi tersebut agar Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan uji materi dan membatalkan UU MD3 yang baru disahkan DPR.

Sedangkan bagi pengusutan kasus korupsi, setiap bentuk protes warga, atau petisi yang dibuat di change.org, membuka jalan bagi KPK untuk ikut terjun di dalamnya, karena jelas fungsi KPK yakni 

(1). Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. 

(2). Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. 

(3). Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. 

(4). Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan 

(5). Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara ini, dengan adanya kasus-kasus tadi, bukan tidak mungkin akan ada kasus korupsi didalamnya. 

Apalagi jika kasus tadi sudah masuk ranah hukum, sangat terbuka kemungkinan ada permainan "bawah tangan" di dalamnya. Inilah mengapa, KPK sangat intens juga memperhatikan setiap pergerakan petisi di change.org.

Bersamaan dengan itu pula, change.org memberikan plakat penghargaan kepada Kementerian LHK, sebagai mitra teraktif dan terresponsif dalam setiap pergerakan dalam change.org Indonesia. 

Kementerian LHK dinilai berkontribusi besar dalam memberikan masukan, memberikan waktu, dan memberikan kesempatan berdiskusi bagi change.org dalam setiap bahasan terkait petisi yang berjalan selama ini.

====

Dokpri
Dokpri
Menilik lagi isi paparan Arief Aziz di awal, ada hal unik lainnya yang menjadi utama dalam pembahasan pertemuan change.org dengan para relawan, influencer, masyarakat kali ini. Yakni membuka mata kita bahwa di tahun politik Indonesia saat ini. 

Dimana masyarakat terbagi menjadi 2 kubu terbang dan kubu berenang, dimana masyarakat saling unfriend, dan keluar dari grup WA (WhatsApp) karena beda pilihan politik, dimana masyarakat saling serang di medsos, dan dimana masyarakat seperti tidak peduli urusan lain yang terjadi disekitarnya (bahkan seringkali masyarakat kehilangan info gosip yang dulu lebih tinggi perhatiannya dibanding urusan politik). 

Ternyata ada 1 hal yang mengejutkan bagi change.org, yakni ternyata masyarakat masih peduli dan sangat peduli terhadap isu lingkungan hidup dan isu penegakan hukum yang ada di sekitar kehidupannya.

Dokpri
Dokpri
Hal itu terbukti, dengan meningkat tajamnya hasil-hasil petisi yang digelar oleh change.org dalam 4 tahun terakhir. Di 2018 ini, justru meningkat tajam, bahkan hingga puluhan kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya suara dan tandatangan yang diberikan dalam setiap petisi. Hal yang cukup membuat kaget ketika ada stigma bahwa di tahun politik, isu apapun akan mati ditinggalkan. 

Artinya, walau kondisi masyarakat ini sedang terbelah, sebetulnya kebaikan untuk menuju perubahan tadi, masih ada disetiap orang di Indonesia. Semua ingin kebaikan ada di Indonesia.

Maka dari itu, acara yang ditutup persembahan lagu bertema perubahan iklim dari Keenan Avalokita Kirana (tonton disini), dan suguhan perkusi fantastis dari kelompok anak jalanan Sanggar Akar (tonton disini), membuahkan kesimpulan, bahwa bukan Sosial media, bukan Petisi, bukan pula Teknologi yang bisa melakukan perubahan, namun DIRI KITA SENDIRI, sebagai AKAR dari kekuatan perubahan.

Masyarakatlah yang mampu melakukan perubahan...karena sejak dulu aktivis, masyarakat sudah bergerak dalam menjaga negara dan lingkungan ini tetap baik, semua hanya beda fasilitas dan tools pendukungnya saja. Teruslah lakukan perubahan, menuju Indonesia dan Dunia yang lebih baik, karena kitalah AKAR kuat yang menopang tumbuhnya pohon besar dan kokoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun