Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dilan dan Surat Terbuka untuk Kang Emil

2 Maret 2019   12:34 Diperbarui: 3 Maret 2019   17:42 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar instagram PidiBaiq

Bagja salalawasna.
(Bahagia selamanya)

Simkuring, Gilly Prayoga W. - Urang Jatiwangi, nu ngumbara ka kota Bandung "

(Saya, Gilly Prayoga W. - Orang Jatiwangi, yang mengembara ke kota Bandung)

***

Tangkapan Layar MAX Pictures
Tangkapan Layar MAX Pictures
Terlepas dari itu semua, saya sebagai WNI keturunan Jawa Barat menilai, Kang Pidi Baiq yang juga personil Utama Band :The Panas Dalam" ini sudah melakukan hal luar biasa. Akhirnya karyanya tidak lagi hanya dinikmati warga ITB, warga Jawa Barat, tapi sudah dinikmati warga Indonesia secara keseluruhan lewat novel dan akhirnya film.

Dilan, sosok anak "begajulan" namun romantis mampus ini, sudah menjadi ikon dalam "seni" kehidupan remaja saat itu, yang ,membuat kita tidak bisa menutup mata karena yang ditampilkan adalah memang "potret" remaja yang "slenge'an", motoran (biar dibilang keren) bahkan gabung ke geng motor (biar makin keren) yang masing-masing geng tadi saling bersaing bahkan suka tawuran, suka "melawan" ke gurunya (terlebih jika anak tadi dari kalangan berada atau mungkin anak pejabat), punya pacar atau saling bersaing dalam mengejar cinta primadona sekolah, dan lain-lain.

Pahami cerita/film, juga bagian dari sejarah, potret kehidupan masa lalu yang dibumbui fiksi baik tokoh maupun perjalanannya agak lebih menarik untuk dibaca/ditonton.

Kita, sebagai penikmat, pemerhati, dan pengkritisi lah yang seharusnya mampu menceritakan itu semua kepada generasi kemudian apa makna positif dan negatifnya dari apa yang tersaji dari literasi maupun karya audio visual yang ada.

Sebagai penghargaan pun, apakah bentuknya taman, nama jalan, piagam, atau piala, juga demikian. Jangan hanya melihat dari kasat mata, tapi lihat dari makna.

Dilan memang sosok negatif dalam perilaku diluar rumah, tapi jika meilik bagaimana kehidupan dengan ibunya, ayahnya, saya rasa 2 jempol tangan kurang untuk Dilan.

Bagaimana rasa, dan perjuangan cinta dan proses belajar pun bisa jadi teladan dari sisi pantang menyerah dan menjaga komitmen/ janji untuk ditepati. Nilai itulah yang bisa dijadikan pembahasan, ketika kita dan generasi selanjutnya, duduk-duduk di pojokan GOR Saparua membahas "isi" dari novel dan film tadi.

Pengharapan Bandung yang kemudian akan "menambah" poin pariwisatanya dengan wisata literasi, selain wisata kuliner dan Fashionnya tentu... toh sekarang bandara sudah dibangun dengan bagus, belum lagi nanti ketika bandara dan koneksi kereta cepat plus tol menuju bandara Kertajati selesai, Bandung juga mungkin akan menjadi layaknya Pantai Laskar Pelangi yang juga saat ini terdapat musium literasi karya-karya penulisnya, Andrea Hirata.

Arsip Merdeka.com
Arsip Merdeka.com
Namun demikian, saya juga sangat berharap kedepannya kang Emil bisa membangun Taman-taman besar yang bukan hanya sekedar "pojokan" saja, namun khusus taman yang bertemakan tokoh tokoh besar Jawa Barat, seperti yang tertulis dalam surat terbuka diatas...atau kalau mau dari segi fiksinya, saya usul ada Taman Cepot sekaligus mengenang dalang Wayang Golek besar alm. Asep Sunandar Sunarya, Taman Kabayan yang juga berisi kenangan bersama Kang Ibing sebagai tokoh yang melekat dengan kabayan, Taman Calung beserta pengenalan fungsi dan kajian bambu secara luas, dan taman-taman lainnya yang disebar di berbagai kota di Jawa Barat demi tersebarnya tujuan wisata yang saat ini selalu terpusat di Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun