Adalah para pemuka agama Islam dari Hadramaut, Yaman yang punya andil besar terhadap terciptanya nasi kebuli. Saat menyebarkan agama Islam di India, mereka coba menyambungkan cita rasa kedua negara dengan panganan nasi rempah yang gurih.
Sambil menyiarkan agama, mereka mengajak warga Betawi untuk berkumpul dan makan bersama. Ulama dan pemuka agama menyajikan menu nasi yang disebut khas timur tengah. Para ulama ini mencoba untuk menyamakan lidah dengan mencampur-adukkan rempah-rempah asal Timur Tengah, India dan Indonesia. Sehingga terciptalah makanan dengan aroma khas tersendiri. Tak sampai di situ, para ulama kemudian melakukan beberapa percobaan untuk menyempurnakan cita rasa nasi buatan mereka. Dengan melalui banyak eksperimen, ditambahlah bahan utama lainnya yaitu daging kambing.
Sehingga masyarakat Betawi atau Jakarta lah yang pertama kali mencoba citarasa racikan makanan hasil akulturasi ini.
Sejak itulah, nasi kebuli selalu menjadi hal utama kalau berbicara makanan khas untuk acara seperti Idul Fitri, Maulid Nabi hingga Isra Mira'j di komunitas Betawi.
===
Sukses di tanah Betawi, mereka mulai melebarkan penyebaran Islam ke arah barat pulau Jawa, yang saat itu mayoritas beragama Hindu, dan kelompok-kelompok India.
Kembali mencoba untuk "berbaur" dengan budaya yang ada, mereka mulai menyebarkan dengan membuat pagelaran wayang, dsb namun menyediakan nasi kebuli sebagai penganan santapan bagi para penonton disitu. Hal yang sangat bisa diterima oleh masyarakat setempat.
Pada tahun 1960-an, nasi kebuli tidak hanya disajikan di acara formal, namun juga mulai dijajakan di pasar-pasar dan masuk kedalam menu makanan yang disajikan di restoran-restoran bahkan hotel mewah seperti saat ini.
====
Bahkan, saat kunjungan Raja Arab Saudi, Â Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Bogor untuk jamuan ramah tamah dengan Presiden RI Joko Widodo tahun 2017 lalu, Presiden Jokowi beserta pihak Istana tak main-main dalam memilih menu makanan yang akan disajikan.