Siapa yang tidak kenal NASI KEBULI ? Panganan yang sudah melekat di masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini, dikenal memiliki aroma, rasa, dan tampilan yang sangat menggugah selera bagi setiap orang yang menyantapnya.
Penganan yang disebut-sebut khas timur tengah ini, adalah jawaban paling umum sejak dahulu kala, ketika masyarakat kita ditanya sebuah pertanyaan "apakah contoh makanan khas Arab?', bisa dipastikan jawaban terbanyaknya adalah "kebuli"!
Nasi kebuli, atau dalam pengucapan bahasa arabnya adalah Kabuli, kerap disajikan dalam setiap acara keagamaan atau hari raya islam. Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra' Mi'raj, dan berbagai kesempatan lainnya seperti pernikahan, dimana selain disajikan sudah dalam 1 porsi pribadi, juga seringkali disajikan dalam nampan besar, yang disantap secara bersamaan untuk 5-10 orang sekaligus.
Rasanya yang lezat didapat dari kaldu daging dan susu kambing yang dimasak bersama minyak samin. Nasi ditanak bersama bahan-bahan tersebut hingga aroma wanginya yang khas menguar.
Rempah lainnya yang digunakan sebagai campuran adalah bawang putih, bawang merah, cengkeh, jintan, ketumbar, pala, lada hitam, hingga kayu manis.
Biasanya, nasi kebuli disajikan hangat bersama potongan daging kambing goreng.  Pada beberapa restoran, nasi ini juga disajikan dengan taburan kurma  atau kismis. Sambal goreng ati biasanya dipilih sebagai pasangan  sempurna dari makanan ini.
Bahkan, untuk yang sudah menjaga makanan atau mungkin sama sekali dilarang memakan kambing, sudah ada pula yang memodifikasi Kebuli dengan menggunakan daging ayam, sehingga yang tidak bisa memakan kambing pun, masih bisa menikmati lezatnya nasi kebuli.
Saat ini, nasi kebuli tidak hanya lagi dijual di kios-kios pedagang kecil saja. Namun, sudah masuk ke hampir semua restoran Arab, India, maupun restoran yang menyajikan masakan Persia yang dikenal MEWAH dan EKSLUSIF, serta dinikmati bukan saja dari kalangan muslim, namun juga non muslim Indonesia pun menyukai nasi Kebuli ini. Tidak jarang, di beberapa acara seperti perayaan natal, tahun baru, Nasi kebuli juga disediakan sebagai pilihan makanan untuk disantap para hadirin yang hadir.
Nasi Kebuli memiliki banyak kemiripan dengan Nasi Mandhi asal Timur Tengah.
Adalah para pemuka agama Islam dari Hadramaut, Yaman yang punya andil besar terhadap terciptanya nasi kebuli. Saat menyebarkan agama Islam di India, mereka coba menyambungkan cita rasa kedua negara dengan panganan nasi rempah yang gurih.
Sambil menyiarkan agama, mereka mengajak warga Betawi untuk berkumpul dan makan bersama. Ulama dan pemuka agama menyajikan menu nasi yang disebut khas timur tengah. Para ulama ini mencoba untuk menyamakan lidah dengan mencampur-adukkan rempah-rempah asal Timur Tengah, India dan Indonesia. Sehingga terciptalah makanan dengan aroma khas tersendiri. Tak sampai di situ, para ulama kemudian melakukan beberapa percobaan untuk menyempurnakan cita rasa nasi buatan mereka. Dengan melalui banyak eksperimen, ditambahlah bahan utama lainnya yaitu daging kambing.
Sehingga masyarakat Betawi atau Jakarta lah yang pertama kali mencoba citarasa racikan makanan hasil akulturasi ini.
Sejak itulah, nasi kebuli selalu menjadi hal utama kalau berbicara makanan khas untuk acara seperti Idul Fitri, Maulid Nabi hingga Isra Mira'j di komunitas Betawi.
===
Sukses di tanah Betawi, mereka mulai melebarkan penyebaran Islam ke arah barat pulau Jawa, yang saat itu mayoritas beragama Hindu, dan kelompok-kelompok India.
Kembali mencoba untuk "berbaur" dengan budaya yang ada, mereka mulai menyebarkan dengan membuat pagelaran wayang, dsb namun menyediakan nasi kebuli sebagai penganan santapan bagi para penonton disitu. Hal yang sangat bisa diterima oleh masyarakat setempat.
Pada tahun 1960-an, nasi kebuli tidak hanya disajikan di acara formal, namun juga mulai dijajakan di pasar-pasar dan masuk kedalam menu makanan yang disajikan di restoran-restoran bahkan hotel mewah seperti saat ini.
====
Bahkan, saat kunjungan Raja Arab Saudi, Â Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Bogor untuk jamuan ramah tamah dengan Presiden RI Joko Widodo tahun 2017 lalu, Presiden Jokowi beserta pihak Istana tak main-main dalam memilih menu makanan yang akan disajikan.
Darmansjah Djumala selaku Kepala Sekretariat Presiden telah menuturkan bahwa menu makan siang yang dipilih merupakan kombinasi menu Indonesia dan Arab Saudi.
Jadi jelas, nasi Kebuli merupakan hasil akulturasi budaya lokal dengan background salah satu agama di Indonesia, namun bisa dinikmati oleh seluruh rakyat di Indonesia.
Kalau makanan saja bisa mempersatukan, masa yang lain tidak ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H