Mengelola financial perusahaan memang tidak lepas dari berbagai komponen biaya, salah satunya adalah biaya overhead pabrik (BOP). Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana cara menghitung biaya overhead pabrik yang tepat?Â
BOP memiliki peranan penting dalam mengendalikan pengeluaran non-produksi, dan juga menjadi dasar dalam perencanaan anggaran produksi. Mari kita bahas lebih lanjut tentang BOP, pentingnya, dan cara menghitungnya.
Apa Itu Biaya Overhead Pabrik (BOP)?
Dikutip dari situs Freshbooks, biaya overhead juga disebut biaya operasional adalah semua pengeluaran bisnis yang terus berjalan untuk menjalankan bisnis yang tidak terkait langsung dengan pembuatan produk atau layanan. Ini mencakup berbagai hal, mulai dari perlengkapan kantor hingga biaya administrasi, tetapi tidak termasuk harga pokok penjualan (HPP).
Sebelum masuk ke cara menghitung BOP, kita perlu memahami dulu apa itu biaya overhead pabrik. Secara umum, biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang tidak dapat ditarik secara langsung ke produk atau unit yang dihasilkan.Â
Biaya ini mencakup pengeluaran yang berhubungan dengan proses produksi, tetapi bukan bagian dari bahan baku atau tenaga kerja langsung.
Mengacu pada definisi dari A Dictionary of Accounting (Oxford University), biaya overhead pabrik merupakan biaya yang tidak dapat langsung diatribusikan ke unit produk, seperti sewa gedung, listrik, pemeliharaan mesin, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, BOP perlu dialokasikan secara tepat ke biaya produk agar laporan keuangan perusahaan, seperti laporan laba rugi dan neraca, dapat mencerminkan biaya produksi secara akurat.
Karakteristik Biaya Overhead Pabrik
Dikutip dari situs bisnis dan teknologi, Ukirama, BOP memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya berbeda dari biaya langsung, di antaranya:
Tidak Proporsional terhadap Volume Produksi
Biaya overhead tidak selalu berubah secara linier dengan peningkatan atau penurunan jumlah produk yang diproduksi.Tidak Bisa Diidentifikasi Secara Langsung
Biaya ini tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan produk atau pesanan tertentu.Terdiri dari Beberapa Jenis Biaya
BOP terdiri dari beberapa kategori biaya yang berbeda, seperti overhead tetap, variabel, dan semi-variabel.
Jenis-jenis Biaya Overhead:
Overhead Tetap: Biaya yang tetap sama meski volume produksi berubah, seperti sewa gedung atau gaji manajemen.
Overhead Variabel: Biaya yang berubah seiring dengan volume produksi, seperti listrik atau bahan bakar mesin.
Overhead Semi-Variabel: Biaya yang sebagian tetap dan sebagian berubah, contohnya biaya telepon atau listrik yang tergantung dari tingkat pemakaian.
Cara Menghitung Biaya Overhead Pabrik
Sekarang kita sampai pada pertanyaan utama: bagaimana cara menghitung biaya overhead pabrik? Metodenya bergantung pada jenis dasar alokasi yang digunakan. Berikut ini adalah beberapa cara menghitung biaya overhead pabrik yang umum digunakan antara lain:
1. Berdasarkan Satuan Produk
Metode ini menghitung BOP per unit produk. Misalnya, jika anggaran BOP tahunan perusahaan adalah Rp 3.000.000 dan jumlah produk yang diproduksi dalam setahun adalah 5.000 unit, maka cara menghitungnya:
Tarif BOP per unit = Rp 3.000.000 / 5.000 unit = Rp 600 per unit.
Dengan demikian, setiap unit produk akan dibebani BOP sebesar Rp 600.
2. Berdasarkan Biaya Bahan Baku
Jika biaya overhead pabrik berkaitan dengan penggunaan bahan baku, perhitungan BOP didasarkan pada proporsi biaya bahan baku yang digunakan. Contohnya, jika BOP setahun adalah Rp 3.000.000 dan biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000, maka:
Tarif BOP = (Rp 3.000.000 / Rp 5.000.000) x 100% = 60%.
Artinya, setiap pesanan yang menggunakan bahan baku senilai Rp 30.000 akan dibebani biaya overhead sebesar Rp 18.000 (60% dari Rp 30.000).
3. Berdasarkan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jika perhitungan biaya overhead pabrik didasarkan pada biaya tenaga kerja langsung, berikut cara menghitungnya. Misalkan, BOP setahun Rp 3.000.000 dan biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000.000, maka:
Tarif BOP = (Rp 3.000.000 / Rp 5.000.000) x 100% = 60%.
Jika suatu pesanan memerlukan tenaga kerja langsung senilai Rp 30.000, maka BOP yang dikenakan adalah 60% x Rp 30.000 = Rp 18.000.
4. Berdasarkan Jam Tenaga Kerja
Untuk metode ini, BOP dihitung berdasarkan jumlah jam tenaga kerja yang digunakan dalam produksi. Contohnya, jika BOP tahunan adalah Rp 3.000.000 dan jumlah jam tenaga kerja yang digunakan adalah 3.000 jam, maka:
Tarif BOP per jam = Rp 3.000.000 / 3.000 jam = Rp 1.000 per jam.
Jika sebuah pesanan memakan waktu 200 jam, maka biaya overhead yang dibebankan adalah Rp 1.000 x 200 jam = Rp 200.000.
5. Berdasarkan Jam Mesin
Metode ini digunakan jika BOP terkait erat dengan penggunaan mesin dalam produksi. Misalnya, jika total BOP Rp 3.000.000 dan jam penggunaan mesin dalam setahun adalah 10.000 jam, maka:
Tarif BOP per jam mesin = Rp 3.000.000 / 10.000 jam = Rp 300 per jam.
Jika pesanan membutuhkan 300 jam penggunaan mesin, maka biaya overhead yang dibebankan adalah Rp 300 x 300 jam = Rp 90.000.
Menghitung biaya overhead pabrik sangat penting untuk memastikan alokasi biaya yang adil dan akurat dalam proses produksi. Dengan mengetahui cara perhitungan BOP, perusahaan dapat mengelola anggaran dengan lebih baik dan memastikan biaya operasional tetap terkendali.
Ada berbagai metode yang bisa digunakan, mulai dari perhitungan berdasarkan satuan produk, bahan baku, tenaga kerja langsung, hingga pemakaian mesin. Selain itu, penggunaan software akuntansi seperti Ukirama dapat membantu mempercepat proses perhitungan BOP secara otomatis.
Dengan pengelolaan biaya overhead pabrik yang baik, perusahaan dapat lebih efisien dalam mengelola keuangan, memaksimalkan keuntungan, dan tetap kompetitif di pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H