Desa Winong, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, menjadi saksi dari sebuah langkah inovatif yang membawa dampak signifikan bagi lingkungan dan masyarakat setempat. Mahasiswa KKN BBK 5 Universitas Airlangga (UNAIR) menginisiasi program bertajuk GEMPAR (Gerakan Membuat Pupuk Organik Ramah Lingkungan) dan BERKAH (Berkebun untuk Kehidupan dan Alam Hijau). Program ini fokus pada pengelolaan kotoran kambing sebagai bahan baku pupuk organik dan pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk budidaya cabai dan tomat.
GEMPAR: Fermentasi Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Organik Berkualitas
Kotoran kambing yang seringkali dianggap sebagai limbah kini disulap menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Proses pengolahannya menggunakan teknologi sederhana, yaitu fermentasi dengan bahan tambahan seperti EM4 dan molase. Selain ramah lingkungan, pupuk ini memberikan nutrisi lengkap untuk tanaman dan memperbaiki struktur tanah.
Tahapan Pembuatan Pupuk Organik:
1. Persiapan Bahan
- Kotoran kambing: 1 ember.Â
- EM4: 1 tutup botol untuk setiap liter air. Â
- Molase: Setengah tutup botol untuk setiap liter air. Â
- Air bersih: 1 liter untuk melarutkan EM4 dan molase.
2. Pembuatan Larutan Fermentasi
- Campurkan 1 tutup botol EM4 dan setengah tutup botol molase ke dalam 1 liter air bersih. Aduk hingga larut merata.
3. Proses Fermentasi
- Siram larutan fermentasi ke tumpukan kotoran kambing secara merata. Â
- Aduk campuran hingga homogen, lalu tutup dengan plastik untuk menjaga kelembaban. Â
- Biarkan selama 2 minggu, dengan pengadukan setiap 3 hari untuk memastikan proses dekomposisi berjalan sempurna.
4. Hasil Akhir
- Setelah 2 minggu, pupuk organik siap digunakan. Ciri-cirinya adalah tekstur halus, warna gelap, dan tidak memiliki bau menyengat.
BERKAH: Berkebun di Pekarangan Rumah untuk Ketahanan Pangan
Melalui program BERKAH, bibit cabai dan tomat ditanam menggunakan tanah biasa yang kemudian dipupuk dengan hasil fermentasi GEMPAR. Bibit yang tumbuh sehat kemudian dibagikan kepada masyarakat untuk ditanam di pekarangan rumah mereka.