Kemunculan sosok di atas telah dinurbuatkan oleh banyak suku, kepercayaan atau agama di dunia ini. Sebagai contoh, orang Jawa menyebutnya Satrio Piningit, orang Sunda menyebutnya Budak Angon, orang Islam menyebutnya Imam Mahdi dan kepercayaan atau agama lain yang tentunya memiliki sebutan yang berbeda terhadap sosok ini. Yang pasti inilah sosok yang sangat dinantikan oleh banyak manusia sebagai sosok "Tuhan" atau "Dewa" yang turun ke muka bumi.
Selanjutnya dari manakah sosok ini berasal. Dalam rangka menggenapkan janji Tuhan, Saya meyakini sosok tersebut harusnya keturunan Ketura. Di pihak lain orang Sunda menurbuatkan sosok ini keturunan Pajajaran. Menurut orang Jawa sebagai keturunan Majapahit dan menurut orang Islam sebagai keturunan Rasul Muhammad SAW. Apakah dengan ini sosok dimaksud merupakan orang yang berbeda? Saya yakin tidak. Sosoknya tetap satu.
Tuhan sudah menjanjikan bahwa dari keturunan Ibrahim ASlah akan muncul raja-raja (Kej. 17:6). Ketika kita pelajari sejarah Kerajaan Pajajaran dan Majapahit, walaupun masih dalam perdebatan, Saya adalah orang yang menyakini bahwa Raden Wijaya sebagai pendiri Majapahit, sesungguhnya adalah putra mahkota Kerajaan Pajajaran. Karena dengan ini janji Tuhan digenapi dan dengan ini pula, benang merah silsilah kerajaan-kerajaan "induk" Nusantara, mulai dari Tarumanegara, Kutai Kartanegara, Pajajaran, Majapahit sampai Sriwijaya menjadi jelas. Saya yakin mereka semua adalah keturunan Ketura.
Selanjutnya bagaimana dengan keyakinan orang Islam, bahwa sosok dimaksud adalah keturunan Rasul Muhammad SAW. Karena ini pernyataan sang Rasul, saya yakini hal ini pasti terjadi, karena beliau tidak pernah bohong. Yang menjadi masalah apakah sosok itu harus bergelar habib atau bermarga Arab? Jawabannya belum tentu, karena sesungguhnya tidak sedikit orang Indonesia yang merupakan keturunan Rasul Muhammad SAW.
Dalam sejarahnya anak perempuan Prabu Siliwangi, Sri Baduga Maharaja (Pajajaran) yang bernama Dewi Rara Santang menikah dengan Sultan Hud atau Sayyid 'Umadtuddin Abdullah Al-Khan. Sementara Sultan Hud sendiri adalah generasi ke-22 dari Rasul Muhammad SAW. Salah satu anak dari perkawinan ini adalah Sunan Gunung Jati sehingga otomatis sunan ini merupakan generasi ke-23.
Dalam sejarahnya Sunan Gunung Jati menjadi Raja Cirebon. Selain melanjutkan Kerajaan Cirebon, ada juga anak keturunan beliau yang menjadi Raja Banten, dimana salah satu yang terkenal adalah Sultan Ageng Tirtayasa.
Seperti diketahui Banten dan Cirebon masa itu merupakan salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Karena perdagangan saat itu tidak jarang diikuti dengan pernikahan maka otomatis garis keturunan Rasul Muhammad SAW menyebar ke berbagai wilayah Nusantara.
Kesimpulannya, kalau definisi habib adalah keturunan Rasul Muhammad SAW maka saya pastikan ada banyak sekali habib di Indonesia. Masalahnya, tidak seperti orang Arab atau Batak yang menjadikan silsilah sebagai suatu yang penting sehingga mereka dari kecil sudah diharuskan mengingat nomor atau garis keturunan mereka, kebanyakan suku di Indonesia tidak melakukan itu.
Oleh karena itu tidak aneh, walaupun mereka sesungguhnya seorang habib, namun mereka tidak tahu. Mereka tidak tahu karena mereka tidak pernah mengingat atau mencatat nasab atau silsilah mereka.
Dari seluruh penjelasan ini, sangat masuk akal ketika kita meyakini bahwa sosok yang akan menggenapkan janji Tuhan adalah satu sosok. Dia merupakan keturunan Ketura, Pajajaran, Majapahit dan Rasul Muhammad SAW. Dan yang pasti, dia adalah orang Indonesia asli. Dialah Satrio Piningit, sosok pemimpin yang akan menjayakan peradaban manusia.
Sudah suatu keniscayaan, seorang pemimpin besar pasti datang dengan membawa suatu ajaran. Yang menjadi masalah, mungkinkah sebagai orang Indonesia asli, dalam memimpin, sosok di atas menggunakan ajaran dari bangsa Eropa? Bangsa Arab? Atau bangsa Tiongkok? Jawabannya mungkin-mungkin saja, namun tidak masuk akal. Saya yakin, walaupun dia keturunan Rasul Muhammad SAW, dalam memimpin sosok ini pasti akan menggunakan ajaran asli bangsa Indonesia.