Nama Ranomi Kromowidjojo yang muncul di papan Olimpiade Tokyo 2020 menarik perhatian masyarakat Indonesia.
Dari namanya, Kromowidjojo, orang bertanya-tanya, siapakah perenang putri asal Belanda itu?
Nama Ranomi Kromowidjojo dikenal dunia renang internasional. Tiga medali emas dan satu perak yang diraihnya dari Olimpiade, merupakan salah satu bagian dari perolehan medali lainnya dari berbagai ajang kompetisi renang internasional.
Sejauh ini, Ranomi sudah mengumpulkan 37 medali emas, 20 perak, dan 12 perunggu dari seluruh kompetisi renang yang diikutinya.
Di Olimpiade Tokyo 2020 ini Ranomi juga berpeluang untuk mengantongi medali lagi. Wanita kelahiran Sauwerd, Belanda 20 Agustus 1990 itu berenang atas nama Belanda, karena dia berstatus Warganegara Belanda.
Dia adalah keturunan Jawa-Suriname.
"Sejak kecil saya kesulitan untuk mengucapkan K-Romo-Wi-djo-jo. Bahkan ketika ada pengumuman nama-nama pemenang, ada yang bertanya kepada saya, bagaimana mengucapkannya?" Kata Ranomi di Jakarta.
"Dari ayah saya mengenal beberapa kata Bahasa Indonesia seperti saya, kamu, Idul Fitri, dan beberapa lagi...." Kata Ranomi.
Ranomi memang sempat datang ke Jakarta untuk menghadiri sebuah acara "Conference of the Indonesian Diaspora Youth 2018" pada tahun 2018 lalu.
Pertama terjun di laga internasional adalah pada tahun 2006 di Kejuaraan Renang Eropa di Budapest, Hungaria.
Pada tahun-tahun selanjutnya, Ranomi mulai juara dan mendapatkan sejumlah medali dari berbagai kompetisi.
Ranomi bahkan memecahkan beberapa rekor dunia dan Eropa, baik nomor individual maupun bersama rekan-rekannya.
Di Olimpiade Beijing 2008, Ranomi mendapatkan medali emas melalui nomor estafet (4x100 meter).
Di Olimpiade London 2012, Ranomi meraih medali emas di nomor 50 meter individual.
Namun di nomor estafet 4x100 meter putri bersama rekan-rekannya Marleen Veldhuis, Femke Heemskerk, dan Inge Dekker, gagal mempertahankan medali emasnya, dan hanya meraih perak.
"Ketika saya mencapai finis, saya melihat ke papan, nama saya tercantum sebagai yang pertama. Ini adalah pengalaman yang tidak terlupakan," kata Ranomi tentang pencapaian emasnya di 50 meter London 2012.
Ranomi juga menceritakan saat pulang ke Belanda usai dari Olimpiade London, dia diperlakukan layaknya selebritis. Suatu kondisi yang menurutnya sangat memabukkan.
Namun demikian, Ranomi menyadari kondisinya untuk memegang motivasinya sebagai seorang atlet renang.
Darah keturunan Jawa berasal dari ayahnya Rudi Kromowidjojo. Kakeknya adalah kuli asal Jawa yang dibawa Belanda untuk dipekerjakan di perkebunan di Suriname.
Ayahnya yang dilahirkan di Suriname pindah ke Belanda dan menikah dengan gadis Belanda, Netty Deemter. Ranomi mempunyai satu saudara laki-laki, Chjanoy Kromowidjojo.
"Karenanya saya sangat sedikit sekali mengenal tentang Indonesia," kata Ranomi.
Suriname adalah sebuah negara di Amerika Selatan. Sebelumnya daerah ini namanya adalah Guyana Belanda karena bagian dari koloni Belanda, sama seperti Indonesia.
Sedangkan wilayah Guyana lainnya yang berbatasan dengan Suriname adalah Guyana Perancis, mantan kolonial Perancis.
Sekarang ini ada sekitar 15 persen penduduknya dari total populasi 575.000 penduduk Suriname keturunan Jawa.
Antara tahun 1890-1939 pemerintah Belanda mendatangkan sekitar 33.000 penduduk Jawa untuk bekerja di perkebunan-perkebunan milik Belanda di Suriname.
Setelah Belanda kalah dari Jepang di Perang Dunia ke II, banyak dari orang-orang Jawa itu tidak kembali ke Indonesia, tetapi ingin menetap di sana dan membentuk komunitas.
Ranomi Kromowidjojo yang mulai mengenal renang sejak usia balita ini sendiri memiliki nama panggilan Kromo.
Dunia renang yang diterjuninya ternyata membuat dia berjodoh dengan sesama atlet renang. Ranomi menikah dengan sesama atlet renang, Ferry Weertman.
Sesudah mendapatkan medali perak pada Kejuaraan renang di Eropa tahun 2006, Ranomi mengalami meningitis saat berlatih. Kendati demikian, hal tersebut tidak memudarkan semangatnya.
Lima bulan paska sembuh dari penyakitnya, Ranomi bahkan menggondol tiga medali emas dari Kejuaraan Renang Dunia yang digelar di Dubai.
Pada yang terakhir, di Olimpiade Tokyo 2020, Ranomi finis di posisi keempat nomor 50 meter dengan catatan waktu 24,30 detik. Meski tak mendapatkan medali akan tetapi dia merasa senang dan bersyukur bisa selesai di posisi keempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H