Seperti diketahui, Gajah Mada berikrar Palapa. Yaitu tidak akan bersenang-senang dengan makan buah palapa sebelum seluruh Nusantara jatuh ke dalam kekuasaannya.
Pada saat itu, nyaris hampir semua daerah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini sudah ditaklukkan oleh Gajah Mada, terkecuali satu daerah, yaitu Kerajaan Sunda.
Hal tersebut terlihat dari sikap Hayam Wuruk yang sangat menyesali apa yang terjadi. Bahkan sebagai penghormatan, rombongan Linggabuana yang tewas dikebumikan secara militer.
Hayam Wuruk lantas mengirimkan utusan dari Bali berkunjung ke Sunda untuk berdukacita dan meminta maaf kepada plt Raja Sunda.
Setelah kejadian itu, hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah menjadi tegang.
Niskala Wastu Kencana, adik dari Citra Resmi, yang pada saat itu masih kecil lantas diangkat menjadi Raja Sunda menggantikan ayahnya.
Karena belum cukup dewasa, dalam menjalankan tugasnya, Wastu Kencana didampingi oleh pamannya.
Setelah dewasa, Wastu Kencana ini dikenal sebagai Prabu Siliwangi yang legendaris. Prabu Siliwangi lalu mengeluarkan peraturan, rakyat Sunda dilarang menikah dengan orang Jawa.
Konon jika larangan itu dilanggar, akan berakibat buruk. Mitos itu masih terasa dan berlangsung turun temurun.
Dengan maksud rekonsiliasi hubungan antara Sunda dan Jawa, maka kini dapat dimengerti mengapa peresmian nama Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk itu mendapatkan perhatian khusus.
Tapi tidak ada nama Jalan Gajah Mada...