Apakah ini pertanda buruk? Namun Linggabuana memerintahkan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Sesampai di Bubat, tiba-tiba datang seseorang yang mengaku utusan dari Gajah Mada yang menyampaikan kepada rombongan Linggabuana agar menyerahkan saja Citra Resmi sebagai tanda takluk.
Seketika Linggabuana terkesiap dan naik darah. Mereka datang jauh-jauh dari Sunda, bukan untuk menyerahkan begitu saja Citra Resmi sebagai tanda takluk. Tapi untuk melangsungkan pernikahan secara baik-baik.
Linggabuana masih dapat menahan emosinya, akan tetapi seorang pengawalnya sudah tidak tahan lagi. Lantas melepaskan anak panah dan menembus utusan Gajah Mada itu sampai terguling-guling di tanah.
Gajah Mada ternyata sudah mempersiapkan banyak tentaranya di sekitar lapangan Bubat.
Tak pelak dengan demikian maka terjadilah perang terbuka. Inilah yang dikenal dalam sejarah sebagai Perang Bubat.
Prajurit Sunda yang membawa peralatan seadanya, di antaranya pedang, akhirnya dapat dikalahkan pasukan Gajah Mada yang lengkap.
Linggabuana, para pejabat, dan para prajurit Sunda pun tewas.
Melihat keadaan itu, tak tahan menanggung kesedihan, permaisuri dan putri Citra Resmi melakukan bela pati (bunuh diri) di depan jenazah Linggabuana.
Apakah ini juga sebagai siasat dari Hayam Wuruk?
Nampaknya itu hanyalah siasat dari Gajah Mada yang ingin menaklukkan seluruh Nusantara ini kedalam kekuasaannya.