Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengungkap Kilas Balik Misteri Kematian Kartini di Usia Muda

18 April 2021   11:06 Diperbarui: 18 April 2021   11:16 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak berhenti di Semarang saja, sekolah-sekolah lainnya didirikan juga di kota-kota lainnya seperti Cirebon, Madiun, Malang, Yogyakarta, bahkan Surabaya.

Dalam buku "Door Duisternis tot Licht" itu Kartini juga mengungkapkan perasaannya tentang cinta. Cinta kepada pria.

Kaum perempuan Indonesia kini harus berterimakasih kepada Kartini. Berkat jasa-jasanya, kini kaum wanita Indonesia sudah setara dengan lelaki di segala bidang kehidupan.

Sekarang tidak ada lagi istilah wanita yang dipingit. ,

Dalam perjalanannya kemudian, ada sejumlah kontoversi yang timbul. Salah satunya adalah soal kematian Kartini, empat hari setelah melahirkan anaknya.

Ada dugaan kematian Kartini itu akibat permainan jahat dari Belanda untuk membungkam pemikiran-pemikiran Kartini.

Empat hari setelah melahirkan, Kartini nampak sehat-sehat saja. Ketika dr Van Ravesten (dokter yang menolong Kartini melahirkan) akan pulang, untuk itu Kartini dan Ravesten menyempatkan untuk minum anggur bersama sebagai tanda perpisahan.

Setelah minum anggur itu Kartini sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia. Pada saat itu belum ada otopsi.

Pendapat lain mengatakan Kartini meninggal karena mengalami pre-eklampsia, atau kondisi tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Akan tetapi hal itu juga tidak dapat dibuktikan karena catatan dan dokumen kematian Kartini tidak ditemukan.

Namun demikian, pihak keluarga tidak mempedulikan rumor yang muncul terkait kematian Kartini, mereka menerima peristiwa itu sebagai takdir Yang Maha Kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun