Tidak berhenti di Semarang saja, sekolah-sekolah lainnya didirikan juga di kota-kota lainnya seperti Cirebon, Madiun, Malang, Yogyakarta, bahkan Surabaya.
Dalam buku "Door Duisternis tot Licht" itu Kartini juga mengungkapkan perasaannya tentang cinta. Cinta kepada pria.
Kaum perempuan Indonesia kini harus berterimakasih kepada Kartini. Berkat jasa-jasanya, kini kaum wanita Indonesia sudah setara dengan lelaki di segala bidang kehidupan.
Sekarang tidak ada lagi istilah wanita yang dipingit. ,
Dalam perjalanannya kemudian, ada sejumlah kontoversi yang timbul. Salah satunya adalah soal kematian Kartini, empat hari setelah melahirkan anaknya.
Ada dugaan kematian Kartini itu akibat permainan jahat dari Belanda untuk membungkam pemikiran-pemikiran Kartini.
Empat hari setelah melahirkan, Kartini nampak sehat-sehat saja. Ketika dr Van Ravesten (dokter yang menolong Kartini melahirkan) akan pulang, untuk itu Kartini dan Ravesten menyempatkan untuk minum anggur bersama sebagai tanda perpisahan.
Setelah minum anggur itu Kartini sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia. Pada saat itu belum ada otopsi.
Pendapat lain mengatakan Kartini meninggal karena mengalami pre-eklampsia, atau kondisi tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Akan tetapi hal itu juga tidak dapat dibuktikan karena catatan dan dokumen kematian Kartini tidak ditemukan.
Namun demikian, pihak keluarga tidak mempedulikan rumor yang muncul terkait kematian Kartini, mereka menerima peristiwa itu sebagai takdir Yang Maha Kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H