Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Awal Mula Islam di Jakarta, Apa Hubungannya dengan Raden Kian Santang?

23 Maret 2021   11:06 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:08 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awal mula Islam di Jakarta (goodnewsfromindonesia.com)


Dalam film "Kembalinya Raden Kian Santang" yang edar setiap malamnya di MNCTV, jika Anda rajin melihatnya disitu terlihat jika Kian Santang, putra dari Prabu Siliwangi, sering menyebut-nyebut nama "Allah".

Kian Santang juga sering terlihat sholat dan berdoa mendekatkan diri kepada Tuhan nya. Apakah itu hanya sekedar ilustrasi cerita saja?

Dalam sejarah, Kerajaan Pajajaran, dimana Siliwangi menjadi rajanya adalah kerajaan yang bernafaskan Hindu. Menarik perhatian, apakah Raden Kian Santang beragama Islam?

Keberadaan kerajaan Pajajaran yang berkisar pada 1030-1579 kendati digadang-gadang wilayah kekuasaannya meliputi Tatar Sunda, namun tak pelak, Pajajaran juga berhubungan dengan Jakarta sekarang ini (dulu namanya Sunda Kelapa).

Pada abad ke 16, Tome Pires, seorang penjelajah bangsa Portugis menyebutkan jika Dayeuh ini letaknya "dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa".

Pada ahli sejarah meyakini Dayeuh ini adalah wilayah Bogor sekarang ini, yang menjadi ibukota Pajajaran.

Kapankah awal mulanya Islam masuk ke Jakarta?

Budayawan Betawi Ridwan Saidi menyebutkan penyebar Islam pertama kali di Jakarta adalah Syekh Hasanuddin. Dari manakah asal syekh yang disebut juga dengan Syekh Quro itu?

Jangan menyangka jika Syekh Quro berasal dari Arab atau negara-negara yang pada mulanya memang Islam. Ternyata Syekh Hasanuddin ini berasal dari Champa (Kamboja sekarang). Dimana Kamboja justru lekat dengan Buddha.

Mula-mula maksud kedatangan Syekh Quro ke Pulau Jawa adalah untuk berdakwah di Jawa Timur. Dalam perjalanannya Syekh Quro singgah di Karawang, dekat Jakarta. Syekh Quro urung melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur.

Untuk mengetahui kapan waktunya agama Nabi Muhammad SAW ini mulai masuk ke Jakarta, Ridwan Saidi mengambil patokan pada didirikannya pesantren Quro di Karawang pada tahun 1418. 

Dinamakan pesantren Quro karena memang pesantren ini didirikan oleh Syekh Quro. Bahkan Syekh Hasanuddin menikah dengan salah seorang santriwati di pesantren itu, seorang gadis Karawang.

Lokasinya yang berdekatan dengan Dayeuh, setidaknya ada interaksi antara Pakuan Pajajaran dengan Karawang. Prabu Siliwangi lantas menikah dengan salah satu dari santriwati di pesantren Quro, yaitu Nyai Subang Larang.

Nah, nama itulah (Subang Larang) juga kerap disebut-sebut di film "Raden Kian Santang". Dari hasil pernikahan itulah, maka lahirlah Kian Santang. Kian Santang mengikuti agama yang dianut oleh ibunya, yaitu Islam.

Dari situ, jelas mengapa Raden Kian Santang kerap menyebutkan nama "Allah".

Menginjak usia dewasa, Raden Kian Santang juga melakukan syiar Islam, dia menjadi penyebar Islam dan banyak warga Betawi yang menjadi pengikutnya.

"Terdengar suara adzan dari langgar di sebelah timur,". Langgar itu adalah mesjid. Mengapa mesjid ini disebut juga dengan "langgar"?.

Seperti diketahui pada masa-masa itu penduduk di Jakarta masih dominan beragama Hindu atau Budha, atau non-muslim. Adat istiadat non-muslim masih dijunjung tinggi.

Oleh karenanya, mereka yang masuk Islam disebut dengan kaum pelanggar. Lalu para kaum pelanggar itu berkumpul di langgar (musholla). Hingga kini orang-orang Betawi menyebut musholla itu dengan langgar.

Adolf Heuken, seorang penulis sejarah Jakarta mengatakan sebagian besar mesjid tua yang masih ada di Jakarta sekarang ini dulunya adalah langgar.

Salah satunya adalah Mesjid Al-Anshor yang berlokasi di Tambora, Jakarta Barat.

Kendati Prabu Siliwangi menikah dengan Subang Larang dan diajak oleh Kian Santang untuk masuk Islam akan tetapi Prabu Siliwangi menolaknya.

Kian Santang dianggap berjasa dalam penyebaran Islam di Jakarta. Kendati berasal dari Sunda, akan tetapi Kian Santang mendapatkan hati di warga Betawi. Selain Kian Santang yang dakwah, Islam juga diajarkan di Jakarta oleh oleh seorang Adipati dari Tanjung Jaya (kini Tanjung Barat, Jakarta Selatan) yang bernama Pangeran Papak.

Sebagian pengamat mengatakan jika Prabu Siliwangi akhirnya menganut Islam, Ridwan Saidi juga belum bisa menjawab pertanyaan dan memastikan Apakah Prabu Siliwangi menuruti ajakan Kian Santang masuk Islam?

Melihat ke pendapat lain, Guru Besar Ilmu Budaya UNPAD (Universitas Padjadjaran) Bandung, Prof Nina Herlina Lubis, mengatakan jika Prabu Siliwangi ini dalam upacara kematiannya diperabukan. Itu berarti kematian Prabu Siliwangi pada tahun 1521, secara Hindu. Prabu Siliwangi masih memeluk Hindu.

Tahun kematian Siliwangi (1521) itu ada termaktub di Prasasti Batu Tulis. Prasasti Batu Tulis itu dibuat 12 hari setelah tanggal kematian Siliwangi oleh Prabu Surawisesa, putra Siliwangi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun