Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suku Jawa di Suriname Mayoritas, Mengapa Bisa Begitu?

13 Maret 2021   10:05 Diperbarui: 13 Maret 2021   10:16 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toying mengatakan Bahasa Indonesia yang digunakan Ponidjo berantakan. Toying berusaha menyusun untuk memahami apa yang dimaksudkan Ponidjo. 

Ternyata unggahan cerita Toying ini mendapatkan respon yang luar biasa. Dia dihubungi beberapa orang di desa yang disebutkan Ponidjo dan mereka bersedia mencarikan informasi.

Tidak ada sumber pasti yang menyebutkan berapa usia Ponidjo sekarang, di sana hanya ditulis jika selama 64 tahun hidupnya Ponidjo di Suriname.

Historical Indonesia, Belanda, dan Suriname

Milenial yang belum tahu, jangan heran jika mayoritas penduduk Suriname (dahulu Guyana Belanda) salah satunya adalah orang-orang dari Suku Jawa. Suriname berbatasan dengan Guyana di sebelah barat, dan dengan Guyana Perancis di sebelah timur.

Sedangkan di sebelah utara berbatasan langsung dengan Samudera Atlantik yang luas.

Mengapa orang-orang Jawa sampai ada di Suriname?

Kisahnya berawal dari dihapusnya sistem perbudakan pada 1 Juli 1863. Hal tersebut berdampak kepada terlantarnya perkebunan-perkebunan Belanda di Suriname.

Berangkat dari situ, ditambah lagi Belanda melihat orang-orang Jawa saat itu sangat miskin, kelaparan dan ditimpa bencana letusan gunung berapi, maka Belanda memutuskan mengirim mereka ke Suriname.

Maka diangkut lah sekitar 33.000 penduduk Jawa ke Suriname pada kurun waktu 1890 sampai dengan 1939 untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik Belanda yang terlantar tadi.

Selepas Belanda kalah dari Jepang pada Perang Dunia ke II, hanya sedikit penduduk Jawa yang kembali ke Indonesia. Sebagian besar mereka menetap di sana dan membentuk komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun