Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suku Jawa di Suriname Mayoritas, Mengapa Bisa Begitu?

13 Maret 2021   10:05 Diperbarui: 13 Maret 2021   10:16 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petinggi Suriname dari suku Jawa (tirto.id)

Suriname, negara yang terletak di Amerika Selatan ini historical. Pada abad ke 19 banyak penduduk dari Jawa yang diangkut untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik Belanda.

Ponidjo Kromotaroeno, mantan Kepala Kepolisian Distrik Saramacca, Suriname menjadi pembicaraan viral di media sosial. 

Berawal dari unggahan Toying Harwulan yang mengunggah lagu-lagu campursari di Facebook, ternyata secara tak sengaja Ponidjo memutar lagu itu.

Muncul kembali rasa kangen Ponidjo untuk bertemu dengan keluarganya di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Toying Harwulan lantas menceritakan soal pencarian Ponidjo di Facebook.

Kompas.com menyebutkan jika ayah dan ibu Ponidjo meninggalkan Indonesia, berangkat dari Semarang, pada 27 Juni 1931 dengan menggunakan kapal Soemalur.

Sarbin Goenapawiro, ayah Ponidjo, berasal dari Desa Tajem, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Sedangkan ibunya, Djainem Kromotaroeno berasal dari Desa Pelem, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.

Ponidjo menceritakan kepada Toying bahwa ibunya Djainem merupakan istri ketiga dari ayahnya.

Ponidjo dan Toying sendiri berkomunikasi setelah Ponidjo mengirimkan chat dan meminta tolong untuk mencari saudara-saudaranya Ponidjo di Indonesia.

Toying lantas membantu dengan menyebarkan informasi. Salah satu yang dilakukannya adalah dengan membagikan foto dan informasi keluarga Ponidjo di Grup Facebook Info Cegatan Jogja. Setelah ditelusuri, Toying mendapatkan informasi jika empat kelurahan yaitu Tajem (ayah Ponidjo), Kembang, Nayan, dan Paingan telah menjadi satu nama yaitu Kelurahan Maguwoharjo, sejak 1946.

Ponidjo mengatakan jika dia mempunyai seorang saudara kandung bernama Wagirah. Menurut Toying, jika ada informasi soal saudaranya maka dia tidak segan ke Indonesia.

Upaya itu sudah dilakukan Ponidjo sejak tahun 2017 lalu dengan cara menghubungi lewat media sosial atau bertanya kepada orang-orang.

Toying mengatakan Bahasa Indonesia yang digunakan Ponidjo berantakan. Toying berusaha menyusun untuk memahami apa yang dimaksudkan Ponidjo. 

Ternyata unggahan cerita Toying ini mendapatkan respon yang luar biasa. Dia dihubungi beberapa orang di desa yang disebutkan Ponidjo dan mereka bersedia mencarikan informasi.

Tidak ada sumber pasti yang menyebutkan berapa usia Ponidjo sekarang, di sana hanya ditulis jika selama 64 tahun hidupnya Ponidjo di Suriname.

Historical Indonesia, Belanda, dan Suriname

Milenial yang belum tahu, jangan heran jika mayoritas penduduk Suriname (dahulu Guyana Belanda) salah satunya adalah orang-orang dari Suku Jawa. Suriname berbatasan dengan Guyana di sebelah barat, dan dengan Guyana Perancis di sebelah timur.

Sedangkan di sebelah utara berbatasan langsung dengan Samudera Atlantik yang luas.

Mengapa orang-orang Jawa sampai ada di Suriname?

Kisahnya berawal dari dihapusnya sistem perbudakan pada 1 Juli 1863. Hal tersebut berdampak kepada terlantarnya perkebunan-perkebunan Belanda di Suriname.

Berangkat dari situ, ditambah lagi Belanda melihat orang-orang Jawa saat itu sangat miskin, kelaparan dan ditimpa bencana letusan gunung berapi, maka Belanda memutuskan mengirim mereka ke Suriname.

Maka diangkut lah sekitar 33.000 penduduk Jawa ke Suriname pada kurun waktu 1890 sampai dengan 1939 untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik Belanda yang terlantar tadi.

Selepas Belanda kalah dari Jepang pada Perang Dunia ke II, hanya sedikit penduduk Jawa yang kembali ke Indonesia. Sebagian besar mereka menetap di sana dan membentuk komunitas.

Banyak orang-orang Suku Jawa di sana yang terjun ke dunia politik dan memegang jabatan-jabatan penting kenegaraan. Menjadi menteri, anggota parlemen, dokter, pemain bola, bahkan artis.

KTPI (Kaum Tani Persatuan Indonesia) dan PBIS (Perserikatan Bangsa Bangsa Suriname) adalah dua organisasi yang melibatkan orang-orang Jawa di sana.

Hingga saat ini, budaya dan bahasa Jawa masih digunakan di sana dalam keseharian. Nama-nama mereka juga masih kental dengan nama Jawa, kendati dalam perkembangannya nama depan mereka adalah nama-nama barat, terutama Belanda dan Inggris.

Orang-orang Jawa di Suriname juga mengenal Waldjinah yang terkenal dengan lagu Walang Keke nya, atau Didi Kempot yang sudah beberapa kali melawat ke sana.

Bahkan begitu pelantun lagu Stasiun Balapan Solo itu meninggal dunia, beritanya langsung dilihat oleh mereka di Suriname.

Sri Dewi Martomamat merupakan peragawati keturunan Jawa yang terkenal. Ada lagi Karin Amatmoekrim, seorang penulis. Virgil Soeroredjo, seorang pemain bulutangkis.

Willy Soemita, politikus. Sigourney Bandjar, pesepakbola, dan sebagainya.

Pada Pemilihan Presiden pada tahun 2010 terpilih Letkol Desi Desire Bouterse dari Partai NDP sebagai presiden Republik Suriname.

Mantan diktator dan penguasa perang itu mengangkat 6 orang dari Suku Jawa sebagai menteri dalam kabinetnya.

Di antaranya Menteri Dalam Negeri Drs. Soewarto Moestadja dan Menteri Pendidikan M Raymond Sapoean.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun