Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kurang Tidur di Indonesia Meningkat Selama Pandemi, Mengapa?

17 Februari 2021   10:02 Diperbarui: 17 Februari 2021   10:10 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidur (republika.co.id)


Kurang atau pun kelebihan tidur dari yang semestinya digadang-gadang nantinya akan berdampak kepada menurunnya tingkat kesehatan seseorang.

Kementerian Kesehatan memberikan rumusan dampak yang akan muncul jika kita kurang tidur, di antaranya menjadi mudah lupa, peningkatan stres, peningkatan risiko obesitas, tidak fokus, kulit terlihat menua, meningkatkan risiko penyakit tertentu, dan hilang konsentrasi.

Sebuah media, Selasa (17/2/2021) melaporkan sebuah artikel yang menarik terkait tidur ini di Indonesia. Media tersebut mengatakan masalah kesehatan yang muncul akibat sulit tidur di negara kita ini mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19.

Survei terhadap 2.944 orang Indonesia yang dilakukan oleh Tims Honestdocs mendapatkan jika lebih dari dua pertiga masyarakat Indonesia ini mengalami apa yang disebut dengan kurang tidur.

Pada umumnya orang memang membutuhkan waktu istirahat yaitu tidur di malam hari, setelah tidur, paginya tubuh kita akan merasa segar lagi dan bersemangat menghadapi hari.

Namun sayangnya, tidak semua dari mereka yang dapat menikmati tidur yang berkualitas. Berbagai penyebab orang sulit atau kurang tidur banyak ragamnya. Dan itu menjadi masalah bagi mereka.

Dari jenis kelamin yang disurvei tadi, mereka yang wanita sebanyak 68 persen, sedangkan sisanya 32 persen laki-laki.

Dari segi usia, kebanyakan responden adalah mereka yang berusia antara 18-24 tahun.

Durasi tidur yang dianjurkan para ahli kesehatan beragam sesuai dengan usia seseorang.

Terlihat dari durasi itu, semakin bertambahnya usia seseorang, maka durasi tidur yang ideal akan semakin berkurang.

Bayi sampai dengan usia 1 bulan membutuhkan durasi tidur 14-18 jam per harinya. 1 sampai dengan 18 bulan membutuhkan 12-14 jam. Tidur yang sesuai dengan porsinya, akan membuat bayi berkembang normal dan baik, dari segi tubuh maupun otaknya.

Usia 3-6 tahun 12-13 jam. 6-12 tahun 10 jam. Sejumlah studi menemukan anak yang tidur kurang dari 6 jam per hari pada kemudiannya berisiko akan mengalami obesitas.

Selain itu kurang tidur pada dari semestinya akan membuat si anak mempunyai masalah perilaku di sekolahnya, tidak konsentrasi dalam belajar, dan menjadi anak yang hiperaktif.

Pada remaja (12-18 tahun) kebutuhan mereka adalah 8-9 jam. Jika Anda melihat seorang remaja yang punya nilai buruk di sekolah atau mengalami depresi, kurang tidur bisa menjadi salah satu penyebabnya.

"Kita-kita" yang usia 18 sampai 40 tahun butuh 7-8 jam waktu tidur seharinya. Di sini para pakar menganjurkan untuk memenuhi durasi itu untuk menjaga kesehatan kita.

Di atas tadi, 40 tahun hingga 60 tahun dibutuhkan waktu tidur 7 jam. Bahkan di atas 60 tahun, 6 jam durasi sudah cukup.

Nah dari uraian di atas, terlihat semakin bertambahnya usia seseorang maka durasi tidur yang dibutuhkan akan semakin berkurang.

Dari survei seperti yang disebutkan di atas, didapati sebanyak 24 persen cuma "bobo" 6 jam per malamnya.

Ditemui persentase yang sama, yaitu 17 persen, mereka yang tidur selama 5 jam dan 8 jam per malamnya. Sedangkan mereka yang tidur 7 jam per malamnya hanya 16 persen.

Cuma sedikit kan mereka yang tidur ideal?

Lantas mengapa selama pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari 12 bulan ini, persentase mereka yang tidur kurang mengalami kenaikan?

Penelitian menyebutkan hal tersebut dikarenakan mereka mengalami setidaknya gangguan mental karena ketakutan terserang virus, kehilangan pekerjaan atau usaha, informasi menyeramkan soal pandemi, kesepian, isolasi, aturan protokol kesehatan yang ketat, juga sedih melihat kematian orang-orang terdekat.

Studi lain menyebutkan jika hampir separuh dari responden di masa pandemi Covid-19 ini yang kurang tidur, atau insomnia.

3 M, yaitu menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun. Ini aturan protokol kesehatan yang ketat diberlakukan. Sebagian "orang-orang kaya" mungkin mereka merasa terpaksa melakukan aturan itu, jadi setidaknya mental mereka terganggu.

Karena dikarantina, mereka cuma tinggal di rumah saja. Ini bisa juga menyebabkan mereka tidur lebih banyak di siang hari untuk mengusir kejenuhan atau kesepian. Yang mana hal tersebut menyebabkan mereka kurang dapat tidur di malam harinya.

Manusia adalah makhluk sosial yang setidaknya harus berhubungan dengan sesamanya. Ketika mereka tiba-tiba harus di rumah saja, menyebabkan mereka kesepian yang mengganggu mental sehingga tidak dapat tidur nyenyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun