Kompasioner, selama ini Anda pernah atau sering menulis masalah pribadi?
Menulis di Kompasiana menyenangkan, apalagi jika diberikan label pilihan atau banyak pembacanya. Apalagi dilabeli Artikel Utama.
Tetapi jika tulisan kita tidak diberi label, apalagi yang membaca sedikit, kita terkadang murung. Maju terus.
Artikel ini saya tulis berdasarkan ide artikel kompasioner Lusy Mariana Pasaribu yang berjudul "Menghapus Artikel karena Tidak Laku, Apakah Tepat?"
Sampai saat ini artikel itu sudah mendapatkan 81 rate dan 48 komentar, termasuk dari saya.
Kompasioner Lusy menceritakan dia terpaksa menghapus sejumlah artikel karena menurutnya banyak kata-kata yang asal tulis.
Salah satu maksud artikel yang tidak laku menurut Lusy adalah yang membaca kurang dari 100 orang, dan sebagainya.
Apakah Anda sependapat dengan Lusy bahwa artikel yang tidak laku itu adalah yang baca kurang dari 100, atau kompasioner punya kategori lain?
Menurut Lusy, menghapus artikel yang tidak laku bukanlah tindakan yang tepat. Jika kompasioner ingin menghapus, sah-sah saja.
Menurut kompasioner Putri Dewi, menulis adalah jiwa yang berkembang, kalimat dalam tulisan itu adalah cerminan dari jiwa kita.
Saya sendiri pernah menghapus artikel karena karena tidak mendapatkan label, dan itu menandakan kalau tulisan itu jelek dan acak. Disebabkan karena terburu-buru atau tidak konsentrasi.