Kontroversi Trump sebelumnya Presiden AS itu menyarankan obat malaria hydrochloroquine untuk penderita korona.
Padahal sebuah riset terhadap sejumlah penderita korona di sebuah Rumah Sakit Pemerintah, ditemukan lebih banyak pasien yang meninggal sesudah diberi obat itu ketimbang untuk perawatan.
Dr Rick Bright yang menentang anjuran Presiden itu bahkan harus rela dimutasi atau diturunkan jabatannya di National Institute of Health.
Semula Bright menjabat Direktur di BARDA.Â
BARDA (Biomedical Advanced Research) adalah lembaga yang ditunjuk Presiden sebagai tonggak untuk mengadakan dan mengembangkan obat-obatan, khususnya vaksin korona.
Pertengahan Maret lalu, dengan didukung jaringan Fox News, Trump mempromosikan penggunaan obat kontroversial itu.Â
Sebenarnya para penasehat Trump sudah mengusulkan obat malaria itu dikaji dulu lebih jauh.
Dr Rick Bright mengatakan hydroquinone itu penggunaannya sangat lemah dan tidak ada manfaatnya. Bahkan chlorine dan hydrochloroquine malah terkait dengan semakin banyaknya kematian.
Bright mengatakan Trump sudah mempolitisasi situasi dan menempatkan kemenangan politik di atas sains.
Adanya benturan antara dirinya dengan orang-orang Trump menurutnya menjadikan upaya pengembangan vaksin saat ini sangat sulit dilakukan.
Trump pun nampaknya mengambil anjuran menggunakan suntikan desinfektan dan sinar UV dengan merujuk hasil riset.