Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Trump dan Ide Gilanya: Pasien Korona Disuntik Disinfektan dan Ditembak UV

26 April 2020   09:41 Diperbarui: 26 April 2020   10:10 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump (motherjones.com)


Donald Trump berulah dan mengundang kontroversial lagi.

Kalau beberapa waktu lalu, Presiden AS itu menggembar-gemborkan penggunaan hydrochloroquine, obat malaria, untuk menyembuhkan penderita penyakit korona

Kini Trump menganjurkan agar pasien korona disuntik cairan desinfektan ke dalam tubuhnya.

Trump juga menyarankan sinar ultraviolet dipancarkan langsung ke tubuh si penderita korona.

Pernyataan terakhir Trump itu mendapat banyak kecaman, termasuk dari Joe Biden, bakal calon Presiden dari Partai Demokrat.

Mereka yang mengecam itu senada ide Trump itu sebagai ide gila. 

"Menyuntik desinfektan? Sinar Ultraviolet?" Tulis Joe Biden, calon Presiden AS, di Twitternya.

Ketimbang melakukan ide gila itu, Joe Biden mengatakan lebih baik Trump melakukan tes orang lebih banyak lagi. Dan sediakan APD bagi para tenaga medis.

"Jangan dengarkan nasehatnya (Trump). Menyuntikkan desinfektan dan menyinari dengan sinar Ultraviolet tidak bisa saya sarankan," kata Kashif Mahmoud, seorang dokter di Charleston, negara bagian Virginia Barat.

Kecaman lain datang dari dokter paru-paru dari Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco. John Blames, dokter tersebut, menyatakan seseorang akan mempunyai masalah kesehatan dengan menghirup bau cairan desinfektan.

Menurut Blames, paru-paru dan rongga pernafasan manusia tidak diciptakan untuk menghirup aerosol yang ada dalam cairan pemutih. "Ini adalah hal terburuk bagi paru-paru kita," jelasnya.

Kontroversi Trump sebelumnya Presiden AS itu menyarankan obat malaria hydrochloroquine untuk penderita korona.

Padahal sebuah riset terhadap sejumlah penderita korona di sebuah Rumah Sakit Pemerintah, ditemukan lebih banyak pasien yang meninggal sesudah diberi obat itu ketimbang untuk perawatan.

Dr Rick Bright yang menentang anjuran  Presiden itu bahkan harus rela dimutasi atau diturunkan jabatannya di National Institute of Health.

Semula Bright menjabat Direktur di BARDA. 

BARDA (Biomedical Advanced Research) adalah lembaga yang ditunjuk Presiden sebagai tonggak untuk mengadakan dan mengembangkan obat-obatan, khususnya vaksin korona.

Pertengahan Maret lalu, dengan didukung jaringan  Fox News, Trump mempromosikan penggunaan obat kontroversial itu. 

Sebenarnya para penasehat Trump sudah mengusulkan obat malaria itu dikaji dulu lebih jauh.

Dr Rick Bright mengatakan hydroquinone itu penggunaannya sangat lemah dan tidak ada manfaatnya. Bahkan chlorine dan hydrochloroquine malah terkait dengan semakin banyaknya kematian.

Bright mengatakan Trump sudah mempolitisasi situasi dan menempatkan kemenangan politik di atas sains.

Adanya benturan antara dirinya dengan orang-orang Trump menurutnya menjadikan upaya pengembangan vaksin saat ini sangat sulit dilakukan.

Trump pun nampaknya mengambil anjuran menggunakan suntikan desinfektan dan sinar UV dengan merujuk hasil riset.

Studi pemerintah itu mengindikasikan virus korona akan menjadi lemah kalau terkena sinar matahari dalam suhu udara hangat.

Penelitian itu juga menunjukkan desinfektan dapat mematikan virus di cairan pernafasan atau di ludah dalam waktu lima menit.

Bahkan alkohol isopropyl bisa membunuhnya lebih cepat.

Setelah mendengarkan penjabaran William Bryan, Pelaksana Tugas Kepala Direktorat Sains dan Teknologi di Kementerian Dalam Negeri, dalam jumpa pers di Gedung Putih, Washington DC, Kamis (23/4/2020), Presiden Donald Trump menyarankan hasil studi didalami lebih lanjut.

Trump mengiyakan hasil riset itu, menggunakan cairan pemutih dan sinar UV.

"Desinfektan dapat mematikan virus dalam satu menit" kata Trump mengiyakan hasil riset.

Ide gila Trump dipertanyakan seorang wartawan apakah pernyataan tersebut bisa membahayakan publik?

Tentu beberapa dokter di sana mengatakan ide Trump sangat berbahaya.

"Ide itu sangat berbahaya," kata Vin Gupta, seorang dokter paru-paru kepada NBC News.

Dalam dunia kedokteran, desinfektan diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi. Atau bisa juga desinfektan itu adalah obat untuk membasmi kuman penyakit.

Dalam masa pandemi korona ini, di media massa kita sering mendengar di berbagai daerah atau tempat, para petugas menyemprotkan cairan desinfektan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit virus korona.

Cairan desinfektan kerap disemprotkan di bus-bus, atau kendaraan lainnya, di pasar-pasar, di pagar-pagar, di halaman-halaman, dan tempat-tempat lainnya.

Ide Presiden AS Donald Trump untuk memberikan suntikan cairan desinfektan kepada pasien korona dinilai sebagai sebuah ide gila, karena sangat membahayakan.

Pembicaraan telepon Jokowi dan Trump

Pada Jum'at (24/4/2020) Presiden RI Jokowi mengadakan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump.

Jokowi dan Trump membahas permasalahan alat kesehatan untuk menangani virus yang dialami negara-negara terdampak.

Kedua kepala negara saling bertukar pikiran upaya untuk mengatasi kekurangan Alat Pelindung Diri. Seperti masker, atau ventilator.

Trump mengatakan negaranya akan mengirim ventilator ke Indonesia. Kedua kepala negara juga sepakat memperkuat jalinan ekonomi dan perdagangan paska berlalunya korona.

Menurut Trump, Indonesia adalah negara yang penting bagi Amerika Serikat.

Sebelum pembicaraan, Donald Trump menulis surat ucapan dukacita atas wafatnya Ibunda Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun