- lelah dan kewalahan
- membatasi diri dengan orang lain
- menyalahkan orang lain
- gampang marah dan frustasi
- merasa depresi dan kesedihan yang berlebih
Namun yang harus diingat dalam kondisi tersebut, ingatlah bahwa Anda tidak sendiri. Masih ada orang lain yang mau peduli permasalahan Anda dan senang membantu.
Bukan kita saja yang depresi serta frustasi dengan praktek social distancing itu. Karena sekian lamanya kita harus berdiam diri di rumah, tidak bepergian. Mereka yang berprofesi olahragawan pun terlebih lagi merasakan kejenuhan yang luar biasa, hampir-hampir gila.
Mereka pun sama dengan kita. Rindu keluar pintu rumah bertemu dengan orang lain, lelah karena kurang/tidak bisa tidur, gelisah, kehilangan semangat, dan murung.
Risiko memburuknya kesehatan mental bagi mereka (para atlet) disebabkan karena masa depan yang tidak pasti.
Dampak yang terjadi karena virus korona ada persamaan dan perbedaannya. Jika pada masa merebaknya flu babi dan SARS para atlet dicengkeram ketakutan ketika berhadapan dengan orang lain, juga sering cuci tangan berlebihan dan kecemasan lainnya.
Senada, pada masa virus korona ini para atlet juga harus mengurung diri di rumah di antara miliaran orang lainnya di seluruh dunia.