Rahmat sendiri mengemukakan alasannya mengapa ia mengatakan bahwa petugas KPPS meninggal karena diracun. Menurutnya, beberapa saat setelah hari pencoblosan 17 April terjadi ramai isu tentang sejumlah petugas KPPS yang meninggal ketika sedang bertugas. Pada saat pengajian, ada jemaah yang mengajukan pertanyaan kepadanya, mengapa tidak dibahas soal kematian petugas KPPS.Â
"Tolong dong, dibahas," kata jemaah. "Jadi saya harus bersikap bagaimana? Ya, saya sampaikan," jelas Rahmat, Jum'at (21/6/2019) di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Bandung.
Menurutnya lagi, isu meninggalnya petugas KPPS sudah ada di media sosial. Dia hanya mengutip dari media sosial. "Makanya saya sampaikan apa yang ada di medsos itu," ujarnya.
"Saya kira ada orang lain lagi yang mengatakan itu, bukan saya saja," kata Rahmat.
Dalam videonya, Rahmat mengatakan antara lain:
Seumur-umur penyelenggaraan Pemilu, tidak ada petugas KPPS yang meninggal. Bapak-bapak, ibu-ibu, tidak ada ya? Kemarin ratusan petugas KPPS meninggal. Sesuatu yang belum pernah terjadi.
Coba kalau dites di lab, semua yang meninggal itu mengandung racun. Racun ini disebar dari rokok di setiap TPS. Tujuannya agar mereka meninggal dalam waktu satu dua hari. Tujuannya apa? Supaya mereka tidak memberikan kesaksian apa yang terjadi di TPS.
Rahmat mengatakan hanya mengutip dari media sosial. "Saya tidak yakin, apakah isu KPPS diracun itu akan diajukan tim BPN ke MK. Kita tunggu saja," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H