Rahmat Baequni yang viral karena dalam sebuah video mengatakan bahwa para petugas KPPS dalam Pemilu 2019 meninggal karena sengaja diracun ditangkap pada Kamis (20/6/2019) malam, oleh penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar, di kediamannya. Pada keesokan harinya, Jum'at (21/6/2019) Rahmat ditetapkan sebagai tersangka.
Rahmat Baequni dikenal sebagai ustaz yang bersuara lantang dalam setiap ceramahnya. Ustaz kelahiran 25 Pebruari 1976 ini sempat menempuh pendidikan di STIA Al Fatah Demak, jurusan yang diambilnya adalah Tafsir Hadist.
Di Instagram, ia memiliki lebih dari 139 ribu pengikut. Rahmat Baequni tercatat sering mengisi ceramah di Mesjid Agung Trans Studio Bandung. Berbeda dengan ustaz-ustaz lainnya yang mengambil tema kebanyakan, seperti akidah, akhlak, dan tazkiyatun nafs. Ustaz Rahmat dalam ceramahnya bertemakan tentang sejarah Islam dan akhir jaman.
Sebelum kesohor karena hoax perihal petugas KPPS yang mati diracun, Rahmat pula sempat viral karena ceramahnya yang mengatakan bahwa Mesjid Al Safar yang terletak di rest area km 8 Tol Cipularang bangunannya merupakan simbol illuminati. Video ceramah tersebut kemudian diretweet ratusan ribu netizen. Kontan, video yang viral itu sempat menarik perhatian Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Soalnya, arsitek dari Mesjid Al Safar itu tidak lain adalah Ridwan Kamil sendiri.
Kontroversi ini lantas ditengahi oleh MUI. Dan pada Senin (10/6/2019) lalu diadakan pertemuan antara Rahmat Baequni dan Ridwan Kamil di Mesjid Pusdai Bandung.
Rahmat juga diketahui sebagai Pembina Shuffah Baitul Mumin, Ketua Garda Annas Pusat Bandung, serta pendiri One Ummah Foundation.
Sementara itu, pengacara Rahmat, Hamynudin Fariza menyatakan bahwa Rahmat merupakan seorang ustaz yang sangat dinantikan para jemaah. Rahmat juga tulang punggung keluarga, dan isterinya baru saja melahirkan seorang bayi. Oleh karena itu, Hamynudin minta kliennya agar tidak ditahan.
Selama ini kliennya memang belum ditahan karena belum ada penetapan dari polisi, sebab saat ini polisi masih melakukan proses pemeriksaan.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko membenarkan hal tersebut. "Sejauh ini belum ditahan, masih dalam proses pemeriksaan," katanya, Jum'at (21/6/2019).
Rahmat dijerat polisi dengan pasal-pasal tentang ITE atau pidana.
Trunojoyo mengatakan Rahmat diancam dengan kurungan 5 tahun penjara.
Rahmat sendiri mengemukakan alasannya mengapa ia mengatakan bahwa petugas KPPS meninggal karena diracun. Menurutnya, beberapa saat setelah hari pencoblosan 17 April terjadi ramai isu tentang sejumlah petugas KPPS yang meninggal ketika sedang bertugas. Pada saat pengajian, ada jemaah yang mengajukan pertanyaan kepadanya, mengapa tidak dibahas soal kematian petugas KPPS.Â
"Tolong dong, dibahas," kata jemaah. "Jadi saya harus bersikap bagaimana? Ya, saya sampaikan," jelas Rahmat, Jum'at (21/6/2019) di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Bandung.
Menurutnya lagi, isu meninggalnya petugas KPPS sudah ada di media sosial. Dia hanya mengutip dari media sosial. "Makanya saya sampaikan apa yang ada di medsos itu," ujarnya.
"Saya kira ada orang lain lagi yang mengatakan itu, bukan saya saja," kata Rahmat.
Dalam videonya, Rahmat mengatakan antara lain:
Seumur-umur penyelenggaraan Pemilu, tidak ada petugas KPPS yang meninggal. Bapak-bapak, ibu-ibu, tidak ada ya? Kemarin ratusan petugas KPPS meninggal. Sesuatu yang belum pernah terjadi.
Coba kalau dites di lab, semua yang meninggal itu mengandung racun. Racun ini disebar dari rokok di setiap TPS. Tujuannya agar mereka meninggal dalam waktu satu dua hari. Tujuannya apa? Supaya mereka tidak memberikan kesaksian apa yang terjadi di TPS.
Rahmat mengatakan hanya mengutip dari media sosial. "Saya tidak yakin, apakah isu KPPS diracun itu akan diajukan tim BPN ke MK. Kita tunggu saja," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H