Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Raja Thailand di Mata Minoritas Muslim

6 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 6 Mei 2019   07:00 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara dan rakyat Thailand mencatat sejarah yang luar biasa pada Sabtu (4/5/2019). Soalnya, pada saat itu, mereka resmi menobatkan Maha Vajiralongkorn sebagai raja baru negara gajah perang ini.

Vajiralongkorn (66) sudah menjalankan tugas sebagai raja dan pemerintah Thailand semenjak wafatnya raja Bhumibol Adulyadej (88), ayahanda dari Vajiralongkorn, dua tahun lalu.

Dalam seremoni di Istana Agung, Bangkok, Sabtu (4/5/2019), pada intinya Vajiralongkorn menghimbau persatuan nasional.

Sementara itu, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha memberikan sambutan yang berisi ucapan terimakasih kepada Raja Vajiralongkorn. Prayuth sendiri berkeinginan untuk tetap menjabat Perdana Menteri seusai pemilu pada 24 Maret 2019 lalu, yang hasil resminya akan diumumkan setelah seremoni penobatan.

Dalam satu dekade terakhir sebelum ini, Thailand berada dalam situasi ketegangan politik, termasuk di dalamnya kudeta militer pada tahun 2014. Pemilu dua bulan terakhir juga telah terjadi sengketa.

Dalam pidatonya, Vajiralongkorn menyatakan bahwa ia harus meneruskan warisan kerajaan dan memerintah dengan keadilan untuk kebahagiaan rakyat.

Raja Maha Vajiralongkorn juga didampingi Ratu Suthida yang tiga hari menjelang pelantikan diangkat sekaligus sebagai kepala pengawal pribadi raja.

Suthida merupakan mantan pramugari maskapai penerbangan Thai Airways.

Vajiralongkorn yang dijuluki Rama X adalah raja ke 10 dari Dinasti Chakri.

Vajiralongkorn memasang sendiri mahkota kerajaan di kepalanya.

"Mahkota Kemenangan Agung" yang digunakan sejak 1782 itu memiliki berat 7,3 kg dan tinggi 66 sentimeter berlapis emas.

Bentrokan berdarah di Thailand wilayah selatan semenjak tahun 2000 telah menelan korban lebih dari 6500 dari kalangan sipil dan aparat keamanan Thailand.

Raja Vajiralongkorn selama ini kerap memberikan perhatian khusus kepada Muslim khususnya di wilayah selatan.

Acara-acara Islami kerap dihadiri raja seperti lomba membaca Al Qur'an, peresmian sekolah Islam, dan Musabaqoh Tilawatil Qur'an.

Beberapa waktu lalu,raja juga memberikan dukungan kepada para peserta lomba membaca Al Qur'an yang dihelat di mesjid Pattani.

"Beliau sendiri datang untuk meresmikan acara," kata Wakil Rektor Universitas Fatoni, Pattani, Thailand Selatan, Prof. Madya Dr. Amad Omar Chapakia. Menurut Chapakia raja memberikan perhatian lebih.

Wilayah Thailand Selatan yang Muslim meliputi Provinsi Songkla, Yala, Pattani, serta Narathiwat.

Selain langsung hadir di acara-acara umat Muslim, "Beliau juga memberi penghormatan dengan cara lainnya," kata Chapakia kepada BBC Indonesia.

Tidak seperti orang-orang Buddha yang mayoritas di negeri Gajah Perang ini, Raja Vajiralongkorn sering mengangkat tangannya, seperti orang Muslim.

Kedekatan raja dinilai sebagai upaya meredam ketegangan.

Ketegangan di wilayah selatan sudah lama terjadi yakni pemberontakan di wilayah Muslim.  Penduduk mayoritas Buddha di Thailand, maka hal itu disebut ketegangan sektarian.

Sementara itu, menurut Onanong Thippimol, dari Universitas Thammasat, Thailand, Raja Thailand menunjukkan kepeduliannya kepada wilayah mayoritas Muslim di sana. Raja Maha Vajiralongkorn menginginkan adanya perdamaian dan rukun. Banyak juga orang Buddha juga yang tinggal di wilayah selatan itu.

Kendati upaya raja untuk meredam ketegangan sudah diperlihatkan, namun menurut Onanong penyelesaian masalah tidak begitu mudah terlaksana.

Hal itu disebabkan karena negeri Gajah Perang ini belum mencapai demokrasi yang menyeluruh.

Siapa pun harus waspada, apalagi orang Thailand sendiri jika melontarkan kritik atau hujatan kepada raja. Raja di Thailand memiliki aturan yang paling keras di dunia. Mereka yang mengkritik raja, dapat dijatuhi hukuman 15 tahun bui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun