Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketahui Seputar Donor ASI

13 Januari 2018   09:45 Diperbarui: 13 Januari 2018   10:40 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, pemeriksaan laboratorium untuk screening hepatitis dan HIV sudah dapat dilakukan di negara kita. Prosedur ini penting karena data terbaru di Indonesia menunjukkan tren kenaikan HIV, dengan kasus tertinggi ketiga adalah pada kelompok ibu rumah tangga.

Hasil penelitian tahun 2010 pada 1.091 donor ASI mendapati sekitar 3,3 persen hasil screening serologi menemukan kandungan virus sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HTLV, dan HIV. Penelitian lain mengungkap temuan pertumbuhan berbagai bakteri pada sejumlah ASI yang belum dipasteurisasi. 

Oleh karena itu, Dr. Ariani menegaskan bahwa setelah memastikan ASI donor bebas dari Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, dan HTLV, ASI tersebut juga harus dipasteurisasi dengan cara tertentu. Setelah itu, barulah ASI donor tersebut dinyatakan aman untuk dikonsumsi bayi.

"Jadi, memberikan donor ASI tidak semudah itu. Belum lagi jika bicara penyimpanan. Idealnya, pengiriman harus diperlakukan seperti darah, yaitu disimpan dalam kotak pendingin khusus dan petugas pengelola menggunakan alat pelindung diri," tegas Dr. Yohmi.

"Karena itu, Satgas ASI IDAI sangat berhati-hati dalam mengeluarkan rekomendasi. ASI donor bukan sekedar dari saudara atau orang yang sudah dikenal, tapi apakah beliau bebas dari penyakit atau tidak," pungkas Dr. Ariani.

Saat ini, baru RSCM yang memiliki unit pengelolaan ASI yang cukup baik. Di negara-negara lain, unit penyimpanan dan bank ASI sudah sangat terstruktur. Bank ASI tidak hanya memastikan keamanan ASI, tetapi juga menjamin kandungan zat gizi dalam ASI tetap terjaga.

Dr. Yohmi mengakui, pembentukan bank ASI di Indonesia masih terhambat persoalan regulasi, dana untuk screening, dan fasilitas penyimpanan. Oleh sebab itu, yang dapat dilakukan saat ini adalah terus memberikan sosialisasi yang benar terkait donor ASI, terutama bagi media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun