Pendapat senada disampaikan oleh Dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), dari RSAB Harapan Kita. Menurutnya, meski saat ini donor ASI marak di masyarakat, dunia medis justru sedang berupaya menurunkan, karena hal ini kurang baik jika tidak dijaga aspek medis.
"Sekarang ini, ada banyak ibu dengan maksud yang sangat baik hendak mendonorkan ASI mereka yang berlebih. Masalahnya, tanpa menjelekkan ibu yang donor, kita juga perlu mengetahui latar belakang kesehatan para pendonor," ujar Dr. Ariani.
Dr. Yohmi menegaskan bahwa ASI terbaik tetaplah ASI ibu ke anaknya sendiri, karena tubuh ibu memproduksi ASI dengan komposisi yang menyesuaikan dengan kondisi bayi.
Jadi, kapan terjadi kondisi saat donor ASI dibutuhkan? Menurut Dr. Yohmi, indikasi donor ASI di antaranya jika bayi lahir prematur dan ibu belum siap memproduksi ASI. Atau, bayi yang memiliki sindrom kelainan penyerapan usus yang tidak dapat diberikan susu formula, atau alergi protein susu sapi yang berat.
Lebih rinci, dokter yang berpraktik di RS St. Carolus ini memaparkan keuntungan dan kerugian dari donor ASI
Misalnya, sebagai alternatif makanan bayi, ASI donor adalah yang terbaik karena paling bisa ditoleransi.
"Namun, patut diingat bahwa meski ASI adalah susu, ia sebenarnya produk darah yang dapat mentransfer berbagai penyakit. Dalam donor ASI, kasus yang paling sering ditemui adalah penularan virus CMV, Hepatitis B dan C, dan HTLV, virus pemicu leukemia dan limfoma," tandas Dr. Yohmi
"Dalam ASI bisa terkandung zat-zat atau penyakit-penyakit dari ibu yang mengeluarkan ASI tersebut. Jika sang ibu ternyata mengidap Hepatitis B atau penyakit menular lain, maka dapat menular melalui ASI jika tidak dilakukan screening sebelumnya," tegas Dr. Ariani.
Tak pelak screening, atau pemeriksaan kesehatan menjadi kunci penting dalam persoalan donor ASI.
Badan Pencegahan dan Penularan Penyakit Amerika Serikat, misalnya, tidak merekomendasikan ASI donor tanpa didahului oleh screening atau penapisan. Prosedur tersebut tak hanya dilakukan pada ASI, tetapi juga pada ibu yang memproduksi ASI.
Screening dapat berupa pemeriksaan secara lisan (wawancara) atau tertulis, dilanjutkan screening laboratorium. Pertanyaan umumnya meliputi apakah sang ibu pernah menerima transfusi dalam 12 bulan terakhir, mengonsumsi alkohol, sedang minum obat hormonal, atau menjalani diet vegetarian yang akan berdampak pada kualitas ASI.