Apalagi jika si pengunjung menjawabnya dengan menggunakan bahasa Jawa, maka si pemilik warung akan ikut-ikutan menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Karena si pemilik warung itu keturunan Jawa.
"Dari desa Pamarican ada 9 kecamatan yang mayoritas penduduknya mengunakan bahasa Jawa. Jadi secara keseluruhan di desa ini 90 persen penduduknya menggunakan bahasa Jawa," kata seorang warga Dusun Ciparakan, Desa Sukahurip, Kecamatan Pamarican.
Baehaki Effendi, seorang warga yang dimaksud, lebih lanjut menyebutkan sejak lahir dan belajar ngomong, anak-anak di desa itu menggunakan bahasa orangtuanya yaitu bahasa Jawa.
Tak mengherankan lantaran mayoritas penduduk di desa itu merupakan dulunya migran dari Kebumen, Jawa Tengah.
"Nenek moyang mereka memang berasal dari Kebumen. Jadi mereka cenderung mempertahankan bahasa ibunya di Ciamis ini dengan bahasa Jawa," kata Baehaki.
Adapun kebanyakan mata pencaharian di desa Sukahurip itu adalah penyadap dan petani kelapa untuk bahan pembuatan gula.
Baehaki yang bersyukur tinggal di tengah-tengah keberagaman itu lebih lanjut menjelaskan kesenian dan budaya Jawa seperti kentongan, ronggeng, lengger, wayang kulit, campursari, kuda lumping, atau ebeg kerap disajikan dalam sebuah hajatan.
"Di hajatan itu juga disuguhi makanan seperti jenang," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H