Cuma soal gengsi...
Dulunya, seperti dilansir dari kamus Cambridge, thrifting itu dimaknai sebagai toko yang menjual barang-barang bekas seperti furnitur, buku, atau pakaian.
Pada saat itu, toko yang menjual pakaian bekas itu hanya bertujuan nirlaba atau tidak mengambil keuntungan.
Mereka mengkhususkan pakaian bekas untuk kaum miskin, gelandangan, atau tuna wisma yang tentunya berharga murah namun kualitas barangnya tetap bagus.
Dinukil dari Time, Jennifer Le Zotte (seorang sejarawan) mengatakan bisnis thrifting itu berawal dari gereja yang menghimpun pakaian bekas yang layak pakai dari jemaat untuk dijual dan hasil dari penjualan itu digunakan untuk aktivitas di gereja.
Setelahnya, kondisi tersebut berkembang menjadi "toko barang bekas" yang menjadi tempat berburu fesyen bagi para imigran di Amerika pada akhir tahun 1800-an.
Selanjutnya, pada tahun 1920-an bahkan ada department store atau mall tersendiri yang khusus menjual furniture dan pakaian bekas untuk diperdagangkan.
"Ada pergeseran dari yang namanya toko barang bekas ke toko hemat, alias thrifting," kata Le Zotte.
Jadi jelas thrifting ini bermakna hemat.
Dan itu bukan berarti pakaian itu buruk kualitasnya. Baru dipakai sekali atau dua kali kualitas nya tidak berubah. Kelebihannya, harganya lebih murah, hemat.
Peluang bisnis di dunia dan Indonesia