Lutfi menjelaskan dengan adanya kedua sungai besar itu maka musuh akan mengalami kesulitan untuk menyerang kerajaan, terlebih dengan adanya benteng di hulu sungai seperti yang sudah disebutkan di atas.
Dari mulut ke mulut cerita rakyat setempat di lokasi dinding yang menjadi bagian dari benteng yang dimaksud diketahui bahwa tempat itu adalah Kutobedah.
Lutfi menambahkan di peta tahun 1880 di titik lokasi yang bernama Kutobedah dituliskan Kutorejo.
Kutorejo (bahasa Jawa) dalam Bahasa Indonesia tentunya adalah Kota Raja, istilah untuk mengindikasikan sebagai ibukota atau pusat pemerintahan.
Kendati sudah hampir pudar, namun hingga kini masih ditemukan istilah Kota Raja ini di cerita-cerita atau buku-buku terbitan lama.Â
"Sebelum fajar terbit, dia sudah berkemas-kemas akan mulai berangkat ke Kota Raja dengan menggunakan kuda". Itu salah satu kalimat yang terlihat dalam buku cerita.
"Dulu namanya Kutorejo kemudian masyarakat menggantinya dengan Kutobedah karena dindingnya sudah dibedah (rusak)," kata Lutfi menjelaskan.
Sayangnya, wilayah yang dulu menjadi ibukota pemerintahan Singosari itu kini sudah lenyap, karena ditempati oleh warga yang dijadikan menjadi tempat pemukiman.
Kerajaan Tumapel juga ada disebut-sebut di Cina pada Dinasti Yuan. Mereka menyebutnya dengan Tu-ma-pan.
Tu-ma-pan pada tahun 1253 dirubah namanya menjadi Singasari oleh Wisnu Wardhana. Dalam kelanjutannya, nama inilah yang lebih dikenal daripada Tumapel.
Awalnya Tumapel merupakan daerah bawahan dari Kerajaan Kediri. Tumapel pada waktu itu dipimpin oleh Tunggul Ametung.