Si Manis Jembatan Ancol (keluyuran.net)
Penjajahan Belanda atas Indonesia meninggalkan luka yang mendalam di hati bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Berbagai catatan sejarah kelam terpatri dalam tinta biru tentang kisah para pahlawan nasional yang melawan si angkara murka dari seluruh penjuru tanah air.
Masa-masa tersebut juga meninggalkan sejumlah catatan kisah nyata tragis, salah satunya tentang Si Manis Jembatan Ancol di Batavia (Jakarta sekarang).
Kisah yang terjadi pada abad ke 19 ini berawal dari seorang gadis cantik yang bernama Maryam yang tinggal bersama ibunya.
Maryam lantas bekerja pada seorang pedagang kaya raya di Batavia.
Si pedagang itu terpesona oleh kecantikan Maryam dan akan menjadikan Maryam menjadi selirnya.
Akan tetapi permintaan bosnya itu ditolak, Maryam melarikan diri.
Nasib malang dialami Maryam. Saat melarikan diri ke kawasan Ancol, di sana Maryam betemu dengan sekelompok preman.
Para koboi tersebut memperkosa Maryam bergantian lalu membunuh Maryam.
Jasad Maryam lantas dibuang ke area persawahan di kawasan tersebut.
Versi lain menyebutkan Maryam dibunuh centeng Oey Tambahsia.
Oey Tambahsia yang dimaksud adalah pedagang Cina yang menjadi tuan Maryam yang ingin menjadikan Maryam sebagai gundiknya.
Saat Maryam melarikan diri, Oey Tambahsia memerintahkan centeng- entengnya untuk menangkap kembali Maryam.
Namun karena melawan, Maryam lantas dibunuh centeng Oey Tambahsia.
Kisah nyata ini sangat melegenda, diceritakan dari mulut ke mulut, dijadikan buku, dan dibuat filmnya.
Konon Maryam menjadi arwah penasaran dan kerap menampakkan diri pada waktu-waktu tertentu di atas jembatan Ancol.
Itulah cikal bakal, kisah tragis tersebut sering disebut juga dengan Si Manis Jembatan Ancol.
Oey Tambahsia sendiri di masa hidupnya (1827-1856) selain tersohor sebagai seorang pedagang kaya raya di Batavia dia juga seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan.
Baik kisah Si Manis Jembatan Ancol maupun Oey Tambahsia keduanya menjadi kisah legenda terutama di kalangan masyarakat Betawi. Dalam bentuk karya sastra, pantun, atau Cerita Betawi.
Oey Tambahsia yang lahir di Pekalongan, Jawa Tengah adalah anak dari seorang pedagang tembakau kaya raya yang bernama Oey Thai Lo. Bahkan Cina ini juga mendapat julukan "Raja Tembakau".
Selain pedagang, Oey Thai Lo juga memiliki pangkat Letnan (Cina) di Kongsi Besar.
Oey Thai Lo meninggal dunia pada saat Oey Tambahsia berusia 15 tahun.Â
Kekayaan sang Raja Tembakau lantas diwariskan kepada Oey Tambahsia dan anak-anak lainnya.
Selain kaya raya dari warisan ayahnya, Oey Tambahsia juga seorang pemuda yang ganteng dan perlente. Maka tak heran karenanya dia menjadi sering gonta-ganti pasangan.
Bahkan untuk mendapatkan pasangan itu dan ada api cemburu yang membakar, tak segan-segan Oey Tambahsia memerintahkan centeng-centengnya untuk membunuh orang yang menghalanginya.
Oey Tambahsia pindah ke Batavia setelah menerima warisan dari ayahnya sang Raja Tembakau.
Bahkan karena kesombongannya itu, Oey Tambahsia tidak menghormati para pedagang Cina lainnya di Batavia. Dia merasa sebagai orang yang paling kaya di antara mereka.
Karena cemburu, Oey Tambahsia memerintahkan centengnya untuk membunuh Sutedjo yang dikira sebagai kekasih dari salah satu gundiknya, Adjeng Gundjing.Â
Padahal sebenarnya, Sutedjo adalah saudara kandung dari Adjeng Gundjing. Cemburu memang buta, terkadang membuat gelap mata seseorang.
Oey Tambahsia juga membunuh pembantunya yang setia, Tjeng Kie, dengan cara meracuni. Dengan maksud untuk memfitnah Liem Keng Sia, musuh bebuyutan nya.
Dewan Cina melaporkan perbuatan Oey Tambahsia ke pengadilan Landraad.
Oey Tambahsia akhirnya dihukum gantung di muka umum.
Upaya banding keluarga Oey Tambahsia ditolak Gubernur Jenderal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H