Selain pedagang, Oey Thai Lo juga memiliki pangkat Letnan (Cina) di Kongsi Besar.
Oey Thai Lo meninggal dunia pada saat Oey Tambahsia berusia 15 tahun.Â
Kekayaan sang Raja Tembakau lantas diwariskan kepada Oey Tambahsia dan anak-anak lainnya.
Selain kaya raya dari warisan ayahnya, Oey Tambahsia juga seorang pemuda yang ganteng dan perlente. Maka tak heran karenanya dia menjadi sering gonta-ganti pasangan.
Bahkan untuk mendapatkan pasangan itu dan ada api cemburu yang membakar, tak segan-segan Oey Tambahsia memerintahkan centeng-centengnya untuk membunuh orang yang menghalanginya.
Oey Tambahsia pindah ke Batavia setelah menerima warisan dari ayahnya sang Raja Tembakau.
Bahkan karena kesombongannya itu, Oey Tambahsia tidak menghormati para pedagang Cina lainnya di Batavia. Dia merasa sebagai orang yang paling kaya di antara mereka.
Karena cemburu, Oey Tambahsia memerintahkan centengnya untuk membunuh Sutedjo yang dikira sebagai kekasih dari salah satu gundiknya, Adjeng Gundjing.Â
Padahal sebenarnya, Sutedjo adalah saudara kandung dari Adjeng Gundjing. Cemburu memang buta, terkadang membuat gelap mata seseorang.
Oey Tambahsia juga membunuh pembantunya yang setia, Tjeng Kie, dengan cara meracuni. Dengan maksud untuk memfitnah Liem Keng Sia, musuh bebuyutan nya.
Dewan Cina melaporkan perbuatan Oey Tambahsia ke pengadilan Landraad.