Cabang olahraga Angkat Besi cukup bisa dibanggakan Indonesia selain bulutangkis di dunia internasional.
Tercermin darinya kedua cabang olahraga itu merupakan olahraga yang paling sering mendulang medali di Olimpiade untuk keharuman nama bangsa.
Setidaknya ada 5 atlet Angkat Besi (yang berpartisipasi di Olimpiade Tokyo 2020) lalu seperti Eko Yuli Irawan, Rahmat Erwin Abdullah, Deni, Windy Cantika Aisah, dan Nurul Akmal.
Namun di luar negeri, ada nama Sahari Dumaini Sinamo, atlet Angkat Besi Indonesia kelahiran Pakpak, Dairi, Medan, Sumatera Utara, 17 Juni 1971 yang mengharumkan dan membela Merah-putih di sejumlah ajang internasional.
Dari sejumlah cuplikan berita pada tahun 2018 lalu disebutkan jika ada atlet asal Indonesia yang tinggal di Afrika Selatan yang mengukir prestasi membanggakan yaitu meraih medali perak Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 di Barcelona, Spanyol.
IWF Masters World Championship of Olympic Weightlifting itu adalah Olimpiade nya Angkat Besi di atas usia 35 tahun.
Medali emas di kelas 48 kg putri itu diraih lifter asal Hungaria. Pada nomor usia 45-49 tahun.
Hal yang membanggakan, lantaran pada saat itu Indonesia juga menorehkan prestasi yang mengagumkan di Asian Games 2018.
Di IWF Masters World Championship berikutnya (2019 di Montreal, Kanada) Sahari bahkan mengantongi medali emas di kelas 48 kg rentang usia 45-49 tahun pada angkatan clean and jerk seberat 102 kg.
Sahari sudah tinggal di Afrika Selatan selama 9 tahun atau sejak tahun 2013 lalu.
Sahari menceritakan cikal bakal dia menjadi atlet Angkat Besi dan lantas tinggal di Afrika Selatan adalah karena suaminya orang Afrika Selatan yang bernama Colin Thatcher.
Sahari menceritakan dia belum lama menjadi atlet Angkat Besi atau lifter tersebut.
"Saya ikut suami ke Afrika Selatan. Ketika sedang berlatih gim disana pelatih gym mengatakan bahwa saya berbakat menjadi lifter. Pelatih gym saya mengatakan bahwa saya bisa di Angkat Besi," kata Sahari.
Sembari menangis Sahari mengatakan dia menginginkan perhatian dari pemerintah Indonesia terutama Kemenpora.
"Maaf saya jadi menangis, saya minta di recognized (diakui) oleh pemerintah Indonesia," lanjutnya.
Sahari juga mengungkapkan selama ini dia mendanai biaya untuk berlatih dan mengikuti sejumlah turnamen itu dari koceknya sendiri dan beberapa dari donasi sejumlah kenalannya lantaran tidak menerima bantuan dari PB PABBSI maupun Kemenpora.
Di turnamen selanjutnya Sahari akan mengikuti "Olimpiade nya" Angkat Besi 2022 di Orlando, Amerika Serikat.
Sudah lolos ke Kejuaraan Dunia 2022 itu dan sedang mengurus visa, Sahari akan mencoba merebut medali emas di kelas 45 kg rentang usia 50-54 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H